imagination

7.3K 610 1.6K
                                    

Bagian 17 |
a feeling I just can't describe

Bagian 17 |a feeling I just can't describe

Ups! Ten obraz nie jest zgodny z naszymi wytycznymi. Aby kontynuować, spróbuj go usunąć lub użyć innego.

Yang ini bisa kebaca kan ya? Wkwkwk

Vote dan komen lagi dund
kawan-kawan✨✨
▂▂▂▂▂▂▂▂▂▂▂▂▂▂

"Anna, ada yang nyariin tuh di luar."

Kinan yang sedang membalas chat dari Flora di malam ini pun langsung bangkit dari tempat tidurnya. Berjalan menuju ke arah pintu kamar dan menemukan Mba Dewi di sana. "Siapa tuh, Mba?" tanya Kinan dan mengetikkan pesan singkat lagi kepada temannya itu sambil tertawa-tawa.

"Mas Dean. Temuin langsung sana udah ditungguin. Mba ke dapur lagi ya."

Mendengar nama itu disebut, Kinan langsung menjauhkan ponselnya itu dan menahan senyumannya. Lalu, Kinan berjalan di belakang Mba Dewi untuk menuruni anak tangga. "Masih ada susu putih nggak, Mba? Anna mau minum itu sebelum tidur," katanya.

Mba Dewi menoleh ke arah Kinan sebentar. "Masih kok. Nanti Mba bikinin buat Anna ya."

"Makasih, Mba." Kinan memberikan senyuman lebarnya kepada Mba Dewi dan agak berlari menuju ke arah pintu utama. Memakai sandalnya juga untuk menemui Dean yang sudah berada di depan pagar rumahnya. Sedang duduk di kap mobilnya seraya memainkan ponsel.

Kinan mendekat. Dean masih saja fokus ke layar ponselnya hingga suara Kinan terdengar barulah Dean menjauhkan ponselnya itu. "Cie hape baru," ujar Kinan dan berdiri di depan Dean dengan tatapan yang mengarah pada benda mungil warna abu-abu itu.

Dean tidak membalas ucapan Kinan, karena dirinya langsung mengulurkan ponselnya kepada Kinan. "Masukin nomor hape lo," katanya.

Kinan menerima baik ponsel Dean itu. Dengan cepat Kinan memasukkan nomor ponselnya. Lalu, Kinan melihat ke arah Dean yang masih saja memerhatikan dirinya. "Sekalian id Line Kinan juga nggak?" Kinan mengatakan itu seraya tersenyum lebar.

Kepala Dean mengangguk. "Boleh." Di hape Dean yang sedang Kinan pegang memang semuanya serba baru. Dari nomor ponsel, id Line dan semua yang berhubungan dengan aplikasi chat-nya. Untuk ponsel baru ini Dean harap tidak ada nomor nyasar di tengah malam yang mengirimnya pesan singkat tidak jelas lagi. Walaupun sebenarnya Dean tahu kebanyakan yang mengechat-nya itu jika tidak adik kelasnya ya.. perempuan yang Dean sering temui di pub. Hm.

"Oke, Kinan masukkin."

Seraya menunggu Kinan memasukkan id Line-nya itu, Dean mengamati Kinan di hadapannya. Kaus kebesaran berwarna kuning dengan celana pendek yang tertutupi kausnya itu. Rambutnya juga masih tergerai. Bukan tanpa alasan juga Dean menemui Kinan malam ini. Selain karena ia ingin meminta nomor Kinan secara langsung, Dean jadi memikirkan ucapannya sendiri yang ia katakan kepada Abby. "Kok belum tidur, Nan?" Dean membuka suaranya lagi.

1.3 | lines ✓Opowieści tętniące życiem. Odkryj je teraz