atlas

4.1K 267 250
                                    

Bagian 56 |
carry me home like you used to

Bagian 56 |carry me home like you used to

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Hai, sparkel datang lage. Assikkk gak ngaret wkwkwk

Komen yaa menurut kalian
tentang part ini✨✨
▂▂▂▂▂▂▂▂▂▂▂▂▂▂

"Yo, ambil trolinya."

Gio mengangguk. Melaksanakan apa yang Mamanya katakan barusan. Iya, di hari Sabtu menjelang siang ini Anneth mengajak Gio untuk membeli keperluan dapur. Gio tidak ada kegiatan juga. Tidak ada salahnya ikut Anneth untuk berbelanja di supermarket.

Kaki Gio melangkah ke mana pun Anneth pergi. Membeli snack, membeli sayuran, buah, daging juga dan masih banyak lagi hingga Gio berpikir satu troli mungkin tidak akan cukup. Gio menghela napas pelan.

Seraya menunggu Mamanya yang memilih yogurt itu, Gio mengeluarkan ponselnya dari saku jaket. Hal pertama yang Gio lihat adalah foto Kinan yang memang menjadi wallpapernya. Memakai kaus kuning kebesaran. Mereka sedang berada di Villa dekat pantai.

Kinan terlihat senang. Salah satu hal yang Gio ingini juga memang; Kinan senang. Di hari itu juga Gio banyak mengetahui sisi Kinan yang lain, yang sebelumnya tidak pernah Gio ketahui. Kinan mulai mempercayainya.

"Kalo ke pantai kayak gini lagi, Kinan mau ajak Pororo ah!" ujar Kinan dengan mata berbinarnya. Saat itu mereka sedang duduk berdua di atas pasir yang dialasi blanket—itu Gio yang bawa. Gio sudah merencanakan acara jalan-jalan mereka dari jauh-jauh hari. Dan melihat bagaimana sinar matahari yang mulai bersembunyi keperpaduaannya  mengarah pada ombak di pantai sana. Terlihat begitu cantik.

Gio manggut-manggut saja mendengar ucapan Kinan dan menyelipkan helaian rambut panjang Kinan yang bergerak sesuai angin yang menerpa halus wajahnya. Kinan sudah Gio nobatkan sebagai seseorang yang begitu penting untuk dirinya. Lihatlah gadis di sebelahnya itu, selalu mengeluarkan senyumannya seperti tidak pernah ada yang menyakitinya. Tidak pernah ada yang membuatnya sedih.

Tapi, Gio salah. Dan memang benar mungkin orang yang terlihat begitu ceria menyimpan banyak luka.

Seperti Kinan yang menceritakan bagaimana Bundanya. Bagaimana pertama kali mengetahui ia kehilangan seseorang yang menjadi penyemangatnya. Bagaimana Kinan harus menerima kenyataan pahit bahwa dulu Bundanya tidak menginginkannya. Bagaimana Kinan menceritakan semua yang sudah menghancurkan dirinya.

"Ki," panggil Gio pelan. Kinan menoleh ke arahnya. Gio mengulum senyum. Kinan membalasnya dengan senyum sedih. Lalu, genggaman tangan Gio mengerat. Memberikan kekuatan lebih untuk Kinan. "Makasih udah terbuka sama gue ya," katanya tulus.

Gio itu seseorang yang tidak pernah ingin peduli tentang orang-orang di sekitarnya. Memedulikan dirinya saja tidak pernah. Dia akan melakukan hal apa pun. Membuat dirinya berada dalam bahaya sekalipun. Tidak terlintas di pikirannya bahwa mengetahui apa yang terjadi pada orang lain adalah sebuah keharusan. Dan itu hanya pada Kinan.

1.3 | lines ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang