CURHAT

41.3K 2.3K 18
                                    

Kini Diandra tiba rumah sakit Hasikin. Di rumah sakit inilah seluruh harapan Diandra berbaring, di rumah sakit ini lah kedua sayap nya sekarat hingga dia tidak bisa lagi terbang, di rumah sakit ini seluruh hidupnya dia titipkan dan entah sampai kapan.

Berpeluh dan tertatih melebihi kondisi yang di rasakan Diandra semenjak ketidakhadiran kedua orang tuanya. Akan lebih baik jika dia menangis menumpahkan kekesalan nya tapi tak ada air mata yang bisa keluar. Sudah kering air matanya menangisi semua ini selama dua tahun belakangan. Not event getting better. Pengobatan kedua orang tua nya terancam berhenti jika benar tunjangan perceraian nya di cabut oleh mantan mertua nya.

Sementara gaji nya tidak mungkin cukup untuk semua itu. Diandra bisa apa sekarang? Mengemis kembali ke dalam keluarga Willianto demi orang tua nya? Haruskah dia melakukan itu?

Diandra duduk begitu lama di atas sajadah, terdiam tidak mengucapkan doa apapun karena bingung harus meminta apa. Dia sudah terlalu banyak meminta sampai bingung apa lagi yang ingin diminta nya pada Tuhan.

"Gue tau doa lo" Kata Desy, salah satu perawat di rumah sakit Hasikin sekaligus sahabat nya sejak SD. Memasuki ruang perawatan orang tua Diandra dan langsung duduk di samping sahabatnya.

"Gue ngucapin nya terlalu keras ya?" Tanya Diandra, melepas mukena dan merapikan nya.

"Gak kok, tapi sepertinya gue bisa baca pikiran" Canda Desi sambil menyentuh kepala nya dengan dua jari seperti sedang membaca isi batin Diandra.

Diandra menatap wajah kedua orang tua nya secara bergantian, tidak bisa tersenyum dengan candaan Desy "Gue punya banyak harapan Des, sampai tidak tau harus mengucapkan yang mana. Mungkin lebih baik jika mereka bangun maka semua harapan gue terasa terkabulkan" Ucapnya bernada sedih.

Desi kemudian memeluk Diandra tanda sangat mengerti dan peduli akan keadaan sahabatnya itu "Suatu saat mereka pasti bangun Ra. Tapi apa lo sudah siap saat mereka sudah bangun?" Tanya Desi.

"Siap apa?" Tanya Diandra tidak mengerti.

"Mereka pasti akan sangat marah saat bangun kemudian mengetahui anak nya sudah menjadi janda dan kehilangan segalanya karena keluarga Willianto. Atau bisa jadi karena mereka sudah mengetahuinya di alam bawah sadar jadi mereka tidak ingin bangun"Desi sangat realistis membuat Diandra kembali merasa begitu terpukul.

"Setidak nya mereka bangun. Apa pun yang terjadi asalkan mereka di sini. Gue pasti bisa melalui nya" Lirih Diandra

"Jangan buat sedih dengan keadaan lo yang sekarang Ra. Lo harus bangkit dan merebut apa yang sudah menjadi hak lo" Desi mencoba menguatkan Diandra.

"Gue harus gimana Des. Gue gak mungkin kembali ke keluarga Willianto. Gue gak pingin berada di sana dan menjadi wayang mereka lagi. Belum lagi Alfa yang sudah menceraikan gue" Diandra menghela panjang dengan nafas berat "Gue gak punya cara lain, selain pergi sejauh mungkin dari mereka dan memulai hidup baru sebagai Rachel"

"Pasti ada cara lain Ra, gue yakin Alfa sebenarnya sangat mencintai lo. Dia melakukan ini hanya katena tidak tahan melihat lo tersiksa dalam keluarga nya, makanya dia mencari cara untuk ngebebasin lo. Tapi pasti ada cara lain Ra. Percaya deh lo harus menemukan cara itu. Demi kebahagiaan lo dan demi keluarga lo"

"Alfa mencintai gue?" Tanya Diandra memperbaiki mimik wajahnya karena kalimat itu membuatnya ingin tertawa jahat.

Desy mengangguk yakin "Pertama keluarga Willianto tetap memegang janjinya untuk menjaga privasi lo dari public, sampai sekarang lo sama sekali belum pernah tereskpos di media manapun. Itu pasti permintaan dari Alfa, agar lo bisa tetap menjalani kehidupan lo yang normal setelah bercerai darinya. Kedua dia tetap mengawasi lo dan membantu masalah lo, dia juga yang membantu lo dapat pekerjaan yang sekarang bahkan setelah kalian bercerai. Buat apa coba dia ngelakuin semua itu demi lo kalau bukan karena cinta?" Desi menggebu-gebu menjelaskan realitasnya.

DUA ATAPWhere stories live. Discover now