PERTEMUAN KEDUA

20.9K 1.5K 53
                                    

Jam dinding terus berdetak beraturan, senada dengan detakan nadi wanita yang saat ini berbaring lemas menenggelamkan badan di bed empuk nya. Mata nya lagi-lagi kosong, menerawang jauh menembus langit-langit rumah.

Dimana Alfa? Dia sangat merindukan nya. Sesak dada nya rasanya tidak berkurang sedikit pun semenjak kepergian Alfa dua tahun yang lalu. Bahkan kini terasa semakin menyesakkan sejak bertemu dengan Reyzen.

Postur lelaki itu membuat nya rindu ingin memeluk tubuh tinggi milik Alfa. Rindu itu semakin beku di ambang batas sadar nya. Membuat nya sulit membedakan sebuah realita atau khayalan belaka tentang kehadiran Alfa di sisi nya.

"Woii... Yang abis ketemu sama jodoh terbaik malah murung begini?" Suara Desi menarik realitas Diandra turun ke bumi.

Entah sejak kapan sahabat nya ada di situ, Diandra bahkan tidak mendengar suara ketukan pintu kamar nya atau seseorang membuka daun pintu nya, tiba-tiba sudah muncul suara dengan nada menggoda.

"Lo kapan datang?" Tanya Diandra

"Baru ajah, lo gak denger gue ketuk-ketuk pintu kamar?"Tanya Desi balik

Diandra menggeleng, memiringkan tubuhnya ke samping membelakangi Desi untuk menyembunyikan kemurungan nya.

"Lo kenapa Ra? Gak suka dengan jodoh terbaik pilihan bokap?" Tanya Desi lagi membaca ketidakberesan ekspresi Diandra

"Melihat nya membuat gue semakin merindukan Alfa. Gue bahkan sempat memeluk lelaki itu karena gue pikir dia adalah Alfa. Postur mereka sangat mirip" Jelas Diandra terus terang

Desi terkekeh "Bokap lo emang cerdas ya, milihin jodoh terbaik yang mirip dengan Alfa gitu. Jadi siapa tau ajah dia beneran bisa menggantikan posisi Alfa di hati lo"

Diandra malah terlihat semakin murung "Gue malah semakin ingin pergi secepat nya mencari Alfa, Kalau bisa, gue ingin bertemu dengan lelaki itu lagi sesegera mungkin, supaya gue bisa segera melunasi janji"

Desi ikut berbaring di samping Diandra, sekarang dia mengerti bukan saat nya untuk bercanda tentang lelaki lain. Karena hanya dengan melihat nya saja, Desi sudah bisa merasakan seberapa menderitanya sahabat nya itu menyimpan rindu untuk seseorang yang tidak bisa di temui nya.

Hening lagi, hanya ada suara nafas yang saling kerjar-kejaran dengan detakan jam di dinding. Desi memeluk Diandra untuk menunjukkan seberapa mengerti nya dia akan penderitaan sahabat nya.

"Gue harap dia punya alasan yang tepat ninggalin, kalau tidak gue bakal membunuh nya" Sahut Diandra di puncak emosinya

"Dia pasti sedang mencari alasan untuk itu, karena belum menemukan alasan makan nya dia belum kembali" Jawab Desi ringan mencairkan suasana yang tadi nya beku.

"Semoga saja" Balas Diandra

"Shoping yuk, siapa tau ajah suasana hati lo bisa baikan setelah shoping" Ajak Desi. Ide yang cukup brilliant. Lagian Diandra tidak perlu memikirkan apa yang akan di beli nya, atau tanggal berapa ini. Dia punya pabrik uang yang terus mengalir di rekening sampai orang bank pun bingung untuk menghitung semua jumlah nya.

Diandra mengangkat kepala nya menatap pada Desi "Pilihan lo jangan norak ya, jangan malu-maluin gue di mol"

Desi tersenyum lugu "Gue kan gak tau barang-barang branded Ra, gue gak biasa belanja yang mahal-mahal. Jadi lo ngerti lah"

"Maka nya lo ikut selera gue aja, gak bakalan salah pilih"

"Selera lo kan mahal-mahal banget, gaji gue mana cukup ikut selera lo"

"Harus berapa kali sih gue bilang, Gue yang bayar. Lo gak usah khawatir. Apa yang gue kasi ke lo itu gak ada akan sebanding dengan kesetiaan lo sama gue dalam keadaan susah atau pun senang"

DUA ATAPWhere stories live. Discover now