RAYUAN MAUT

38.1K 1.9K 14
                                    

We don't make it with marriage, but we do in friend relationship--Diandra--

Anita, Nera dan Azkia duduk saling berhadapan dengan wajah yang sangat lesu. Rachel yang baru tiba merasa aneh dengan pemandangan itu karena biasanya sepagi ini mereka tidak pernah sekalem ini, yang ada biasanya mereka semangat bergossip.

"Ada apa? Kok aneh banget kalian pagi ini?" Tanya Rachel.

"Kita kehabisan tiket konser nya Adam" Jawab Azkia.

"Habis?" Rachel mendekat pada ketiga rekan kerja nya, ikut dalam atmosfer berduka "Gue juga belum beli tiket nya, kok habis? Emang kapan di jual nya?" Tanya Rachel.

"Kemarin tiket nya mulai di jual, hanya tiga jam semua nya sudah ludes" Jawab Nera.

"Bukan nya kita yang mendesain konser nya? Harus nya kita punya VIP akses dong" Rachel masih punya harapan.

Azkia menggeleng. Sebagai orang yang mengurus desain konser Adam sudah tau betul kalau itu tidak ada dalam kontrak mereka "Gue udah coba minta tapi management nya Adam itu pelit banget"

Rachel ikutan lesu, mereka berempat kini duduk saling bertatapan dengan tampak lesu.

"Padahal gue pingin banget datang ke konser itu, Karena Alfa juga pasti akan ada di sana. Gue pingin ke sana supaya bisa ngeliat Alfa langsung" Celetuk Anita.

Rachel menatap tidak percaya pada Anita "Gue pikir lo mau lihat Adam, ternyata tetep aja Alfa" Timpal Rachel.

"Lo gak ngerti Hel, Alfa itu semangat hidup gue. Bisa melihat dia secara langsung itu adalah keajaiban" Anita tidak mau kalah.

"Iya Hel" Azkia ikut membenarkan perkataan Anita.

****

Menunggu Alfa datang tidak pernah serepot ini bagi Diandra. Menyiapkan makan malam, menyusun Dinner set dengan rapi di lengkapi lilin untuk menambah romantis nya suasana. Jangan tanyakan Diandra kesambet apa hari ini, yang pasti dia melakukan ini tidak Cuma-Cuma.

Bahkan Diandra dengan suka rela menunggu Alfa di teras seolah tau kalau laki-laki itu itu akan datang tepat jam 7 malam. Diandra berusaha menghapus semua perasaan canggung nya, tidak untuk kali ini. Dia harus melakukan yang terbaik. Dengan senyum yang terpendar, Diandra menggandeng tangan Alfa yang baru saja turun dari mobil.

Alfa sempat merinding, menyangka kalau Diandra sedang kerasukan saat ini. Dia tidak pernah seperti ini sebelum nya. TIDAK PERNAH. Garis bawahi itu.

"Lo lapar gak?" Tanya Diandra sambil tetap menggandeng lengan Alfa masuk ke dalam rumah.

Alfa tidak menjawab. Dia masih mengira-ngira apa yang terjadi pada Diandra saat ini sehingga menjadi begitu hangat pada nya.

"Gue abis masak loh" Lanjut Diandra menarik Alfa ke meja makan.

"Tadaaaaaa" Kata nya menunjuk meja makan yang sudah di atur sedemikian romantis, membuat Alfa semakin ketakutan.

"Masakan gue enak loh, lo kan tau sendiri bagaimana nyonya Wiwit melatih gue memasak harus perfect seperti rasa yang dia mau. Dan sekarang gue persembahkan ke lo masakan terbaik yang pernah gue pelajari" Kata Diandra menyendok pasta ke piring yang sudah di siap kan nya lalu menyodorkan nya di depan Alfa yang masih penuh sikap waspada.

"Sebaik nya kamu katakan ada apa?" Alfa akhirnya bertanya dalam rasa bingung nya "Aku merasa kamu menyimpan racun di makanan ini dengan sikap mu yang seperti itu" Lanjutnya jujur.

"Gak ada racun nya kok" Diandra memakan hidangan yang ada di piring Alfa "Tuh kan gue gak apa-apa"Lanjutnya setelah menelan satu suap.

"Terus? Kamu kesurupan? Atau apa gitu? Aku merasa ini bukan kamu" Tanya Alfa lagi masih curiga dengan sikap baik Diandra.

DUA ATAPDonde viven las historias. Descúbrelo ahora