68. Habis

2.2K 255 1
                                    

"Ap-Apa katamu tadi?"

Mata Lucia melebar lalu kembali menatap tajam pria dihadapannya. Walaupun dia mendengar dengan jelas setiap perkataan Rein, tapi tetap saja dia tidak percaya.

"......."

Seketika Rein terdiam, dia benar-benar cemas dan tubuhnya langsung berkeringat dingin.

'Sialan, aku sangat bodoh! Jika aku menyatakannya sekarang sudah pasti akan ditolak!' Rein berteriak di dalam hati, tapi setelah melihat ekspresi Lucia, ia langsung membeku. Seperti yang ia duga, ini adalah tanda-tanda penolakan.

Terkadang dia sangat membenci kemampuan anehnya ini. Setiap kali dia memikirkan sesuatu, pasti ada saja beberapa kata yang tanpa sengaja keluar dari mulutnya.

Rein sadar dengan perkataannya barusan dapat mengubah suasana menjadi lebih buruk. Walaupun begitu, dia tetap tidak ingin berbohong pada Lucia.

"Eh kenapa? Apa aku mengatakan sesuatu?" Rein memasang wajah sepolos mungkin sambil sedikit memiringkan kepalanya.

"Tadi kau bi-"

"Aku apa?" Sebelum Lucia menyelesaikan pertanyaannya, Rein langsung memotongnya dengan cepat.

"Tadi-"

"Apa?"

"......" Lucia terdiam melihat tingkah Rein, tapi setelah melihat ekspresinya yang aneh dan tubuhnya yang penuh dengan keringat, dia tidak mau menanyakan lebih jauh.

"Tidak..."

Keduanya terdiam dan suasana berubah menjadi canggung, untung saja tidak lama kemudian pesanan meraka datang.

Hingga beberapa menit kemudian kecanggungan itu menghilang.

"Lucia, sebenarnya apa tujuanmu membawaku kesini?" Rein bertanya sambil memakan kentangnya.

"Hmm.. tadinya memang ada."

"Tadinya?"

Lucia memperhatikan tubuh Rein sekilas. Memang, dia membawa Rein ikut dengannya bukanlah tanpa alasan.

Setelah Rein logout tanpa adanya kabar, Lucia menjadi panik dan khawatir. Bahkan dia sampai menunggu selama 3 jam penuh di dalam dungeon, tapi tetap saja Rein tidak kembali.

"Sudahlah, tidak perlu membahasnya lagi. Jadi apakah kau sekarang ingin pulang? Atau ingin pergi ke suatu tempat?" Lucia bertanya sambil memainkan sendok pudingnya.

Rein terdiam sejenak mendengar pertanyaan Lucia.

'... Bukankah ini sebuah kesempatan kencan?'

Akan sangat sia-sia jika Rein pulang ke rumah kalau sudah diberikan kesempatan seperti ini.

"Ehem, karena sudah seperti ini kenapa kita tidak berkeliling sebentar?" Rein meminum kopinya sambil melirik-lirik Lucia.

"Berkeliling ya, ... Memangnya mau kemana?"

Otak Rein langsung berputar dengan sangat cepat memikirkan tempat yang paling cocok untuk mereka berdua, dan seketika ia tersenyum sambil menatap Lucia.

"Game Center!"

"Hmm, Game Center... Kau yakin ingin pergi ke sana?" Lucia mengangkat alisnya. Entah kenapa ia memiliki firasat, kalau Rein pergi ke sana semua uangnya akan segera habis.

"Benar sekali! Ayo kita pergi!"

Dan tidak lama kemudian mereka berdua selesai menghabiskan sarapannya.

Pada awalnya Rein ingin membayar semua biaya sarapan mereka, tapi saat berada di kasir dia terkejut bukan main karena semua makanan yang ia makan tadi gratis! Wajar saja gratis jika pemilik kafe ini adalah Lucia!

The Heretic Chef : Exaworld OnlineWhere stories live. Discover now