99. Langkah Baru

2.4K 227 189
                                    

Queen sejak tadi terus memperhatikan Nier. Ia masih penasaran dengan apa yang terjadi tadi padanya. Namun sayang karena kurangnya pengalaman, ia pun menjadi tersesat tanpa bisa mengetahui apa arti dari keanehan itu.

'Sudahlah, tidak ada gunanya aku memikirkan ini.' Dan pada akhirnya Queen pun menyerah, ia memutuskan untuk melupakan perasaan itu.

"Ngomong-ngomong kapan kita pergi?" Tanya Nier setelah ia selesai mengatur Inventory-nya.

"Tentu saja sekarang. Kau tahu, kita membutuhkan waktu 7 hari 7 malam untuk sampai ke sana. Dan itupun kalau perjalanannya lancar, andai saja kita nanti diserang monster dan kereta kita hancur, mungkin waktu yang dibutuhkan akan dua atau tiga kali lipat dari biasanya."

"... Bukankah itu terlalu lama?" Nier mengerutkan alisnya, ia tidak pernah menyangka kalau perjalanan ini akan memakan waktu yang sangat lama.

"Memang, tapi mau bagaimana lagi? Salahkan saja pihak pengembang karena tidak mau membuat sistem teleportasi." Keluh Queen.

"...!"

'Sistem teleportasi?'

Seketika Nier teringat dengan sebuah Item yang diberikan Lucia.

[Gate of Dimension], item tersebut memiliki kemampuan untuk berteleportasi jarak jauh, dan salah satu diantara lokasinya adalah Kekaisaran Qwinzi.

Memang ketika mengingat jaraknya yang jauh, Nier pun berniat untuk menggunakan item tersebut. Jika 7 hari 7 malam bisa disingkat menjadi beberapa menit, kenapa tidak?

Nier pun membuka Inventory-nya lalu mencari Item [Gate of Dimension]. Namun setelah ia berhasil menemukannya, Nier tiba-tiba merasa ragu.

'Haruskah aku menggunakannya?' Pikir Nier, kemudian ia membuka status pada Item tersebut lalu tidak lama kemudian ia menutupnya kembali.

'Tidak, aku tidak bisa. Andai orang lain tahu aku memiliki item ini bisa-bisa mereka akan semakin aktif memburuku.'

Nier menggelengkan kepalanya dari sisi ke sisi, lalu ia membatalkan niatnya untuk menggunakan Item tersebut.

Jujur saja, Nier adalah salah satu pemain yang paling dicari saat ini, ia sudah lama diincar oleh berbagai guild papan atas karena perbuatan jahatnya.

Pertama, ia pernah mengganggu sebuah Guild tingkat atas yang bernama Great Smile, dan itu membuat kepalanya dihargai dengan 1.000 koin emas.

Namun ulah Nier tidak berhenti di sana, yang kedua ia menghancurkan sebagian besar daerah Ibu Kota Kerajaan Karade yang menyebabkan ribuan pemain mati di tangannya.

Dan karena perbuatannya itu, kini kepalanya sudah dihargai dengan 10.000 koin emas atau jika diuangkan maka akan menjadi 100 juta rupiah.

10.000 koin emas bukanlah jumlah uang yang sedikit, apalagi ditambah dengan sebuah item teleportasi yang sangat amat langka. Mungkin jika ia ketahuan memiliki item tersebut, kehidupan Nier pasti akan berakhir tragis dengan dirinya yang terus diburu.

"Ngomong-ngomong sebelum kita pergi, kenapa kau tidak berpamitan dengan mastermu dulu." Ucap Queen sambil menunjukkan jarinya ke sebelah Nier.

"Master? Maksudmu Momo?"

Setelah terbangun dari lamunannya, Nier segera melihat ke kiri dan ke kanan. Namun ia tidak melihat Momo di sekitarnya.

'Dimana Momo? Apa Queen salah lihat?' Pikirnya.

Tapi tepat sebelum ia bertanya lagi, tiba-tiba bayangan hitam terbentuk di sampingnya dan tidak lama kemudian wujud Momo pun terlihat.

"Momo?! Sejak kapan kau disini?" Tanya Nier terkejut setelah melihatnya.

Namun alih-alih menjawab, Momo pun terus menatap Queen dengan tangan yang bersilang di depan dadanya, ia menatap Queen dengan tajam lalu tak lama kemudian ia membuka mulutnya dan mulai berbicara.

"Bagaimana kau bisa tahu aku ada disini? Apa kau memiliki skill pelacak atau semacamnya? Ohh.. tentu saja aku tahu, kau pasti mengendus seperti anjing untuk melacakku kan?" Tanya Momo dengan nada yang mengejek.

"Aku tidak memiliki skill seperti itu, hanya saja skillmu itu yang sangat buruk bahkan sampai bisa dirasakan oleh mage sepertiku." Jawab Queen.

Disaat tatapan mata mereka bertemu, Nier yang saat ini berada di dekat mereka bisa merasakan aura dingin dan rasa permusuhan yang intens, itu cukup untuk membuat bulu kuduknya merinding.

"Sudah cukup! Kenapa kalian selalu saja bertengkar disetiap kali kalian bertemu?!" Nier menarik tangan Momo kebawah untuk membuatnya duduk dan diam.

"Hmph.."

Momo pun duduk seperti yang diinginkan Nier. Namun walaupun ia duduk, ekspresi pada wajahnya tidak  banyak berubah. Keduanya masih saling menatap, memancarkan rasa dingin dan aura permusuhan.

"Hahh... Kalian seperti kucing dan anjing saja."

Nier mengelus dahinya, ia tidak tahu kenapa mereka berdua bisa sampai bertengkar seperti itu, dan disaat ia bertanya pun baik itu Momo atau Queen tidak ada yang mau menjelaskannya.

Setelah duduk cukup lama, barulah suasana di sana berubah menjadi sedikit membaik. Aura permusuhan mereka juga perlahan menghilang ketika Momo mulai bertanya pada Nier.

"Nier, kudengar tadi kau ingin pergi ke Kekaisaran." Ucap Momo, lalu ia tiba-tiba mengeluarkan sepucuk surat dari kantongnya dan kemudian menyerahkan surat tersebut ke tangan Nier.

"Kalau begitu ambil ini. Aku sudah menyiapkan sebidang rumah agar kau bisa berjualan di sana. Aku tahu perkembanganmu sedang buntu dan kau juga sedang membutuhkan banyak uang. Mungkin dengan ini kau bisa menyelesaikan masalahmu."

Seketika Nier, Queen, dan Lily membeku. Mereka semua sangat terkejut sampai tidak tahu bagaimana harus menanggapinya.

"Tunggu sebentar! Momo, bukankah ini terlalu berlebihan?! Kau tahu sendiri kan seberapa banyak koin emas yang dibutuhkan untuk membeli sepetak tanah di Kekaisaran?!" Teriak Nier, ia tidak bisa menerima hadiah sebagus ini begitu saja.

"Lagi pula aku hanya orang luar, kau tidak bisa memberikan harta sebagus ini hanya untukku." Jawab Nier lagi dengan menggelengkan kepalanya.

Nier merasa Momo sudah terlalu baik padanya. Bahkan selama 3 bulan ini Momo selalu memberinya makan dengan hidangan yang terbaik, ia mengajari Nier tanpa banyak keluhan, memberinya tempat tinggal untuk bermalam, selain itu Momo juga membantunya leveling hingga bisa membuat Nier naik ke level 144 dalam waktu yang amat singkat.

Momo benar-benar sangat membantunya dan karena itulah Nier merasa tidak enak jika diberi terus menerus. Menurut Nier, sudah cukup untuk menerima. Kini sudah saatnya ia lagi yang memberikan sesuatu untuk Momo.

"Siapa bilang kau orang luar?! Kau adalah muridku, satu-satunya muridku. Kau mengerti?"

"Tapi—"

"Cukup, aku sudah memberikannya padamu."

Nier benar-benar tidak diberikan waktu untuk menolak. Sebab setelah Momo mengatakan itu, wujud Momo tiba-tiba memudar lalu ia menghilang tanpa meninggalkan satupun jejak.

"Nier temuilah orang tua yang tinggal di sana, ia pasti akan senang jika bisa membantumu."

Walau wujudnya menghilang, suara Momo masih tetap terdengar.

"Dan untukkmu wanita melon. Berhati-hatilah saat menuruni bukit nanti, aku tidak tahu kenapa banyak orang yang mengincar nyawamu, tapi tetap saja, berhati-hatilah.." Setelah Momo mengatakan itu, suaranya seketika lenyap seolah ia memang benar-benar pergi meninggalkan mereka.

"Siapa yang kau panggil wanita melon?" Queen tidak terima dirinya dipanggil begitu. Tapi, anehnya ia mulai memikirkan apa yang dikatakan Momo tadi.

"Siapa lagi yang ingin membunuhku? Haruskah kali ini aku meratakan Guild mereka?" Ucapan Queen bukanlah tanpa dasar. Sebenarnya ia sudah sering mengalami masalah seperti ini, dan rata-rata setiap Guild yang menyerangnya pasti akan berakhir dengan tragis. Dari sanalah Queen mendapatkan rasa percaya dirinya.

Jika Queen sibuk dengan masalahnya. Disisi lain Nier masih saja terdiam. Saat ini ia sedang membaca sebuah Quest yang baru saja diberikan Momo.

Dan Quest tersebut berisi..

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Oct 01, 2020 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

The Heretic Chef : Exaworld OnlineWhere stories live. Discover now