OTY 28. Sunday Morning

796 188 21
                                    

Tak ada yang lebih membahagiakan bagi mama Yerisha selain melihat putra dan putrinya akur

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Tak ada yang lebih membahagiakan bagi mama Yerisha selain melihat putra dan putrinya akur. Dia menyadari betul baik Yerisha maupun Ode semakin dekat dan saling membutuhkan. Hal yang diidam-idamkannya semenjak Ode menginjakkan kakinya di rumah keluarga Sagara.

"Risha, kamu mau masak telur ceplok atau telur orak-arik sebenarnya?" tanya Ode saat ia memeriksa wajan, telur yang seharusnya utuh itu malah hancur dan tak berbentuk seperti telur ceplok.

Yerisha menggembungkan pipi dan mempoutkan bibir lalu menjawab dengan santai. "Telur ceplok kok. Tadi waktu kubalik hancur."

"Artinya kamu terlalu cepat membaliknya," jawab Ode tersenyum tipis sambil menggeleng melihat pekerjaan Yerisha yang berantakan. Kulit telur yang seharusnya berada di tempat sampah malah berada di mangkok samping kompor.

"Ya mana kutahu kalau kecepatan. Nggak lihat jam sih," kilah Yerisha.

"Yaudah biar aku yang goreng telurnya, kamu lanjutin potong sosisnya saja," ucap Ode.

Akhirnya Yerisha mundur, memberi ruang pada Ode untuk meneruskan pekerjaannya menggoreng telur.

Keduanya berencana membuat nasi goreng untuk sarapan. Yerisha yang bertugas menggoreng telur sementara Ode yang bertugas memotong sayur dan sosis sebagai pelengkap. Untuk bumbu mereka lebih memilih bumbu nasi goreng instan.

Yerisha melanjutkan pekerjaan Ode yang tinggal memotong sosis. Saat Yerisha berhasil memotong sosis yang ia samakan dengan hasil potongan Ode, cewek itu menghela napas, ia menatap nanar hasil potongannya yang berantakan. Ukurannya tak sama, bentuknya apalagi.

"Udah nggak apa-apa, yang penting udah dipotong-potong," hibur Ode menyadari perubahan wajah Yerisha.

"Beneran nggak apa-apa? Apa perlu aku potongin lagi"

"Jangan. Itu ada udah cukup. Kalau kebanyakan sosis malah berlebihan, sesuatu yang berlebihan kan nggak bagus," terang Ode.

Sementara itu mama Yerisha memperhatikan keduanya dari arah. Area dapur dan ruang makan menjadi satu, terpisah oleh meja pantry sehingga ia bisa melihat semua yang dikerjakan keduanya. Senyumnya terus mengembang melihat keakraban Yerisha dan Ode.

"Pasti nyonya senang non Yerisha dan den Ode akur," sahut bi Inah menyuguhkan segelas teh hangat padanya.

"Sangat, Bi."

"Alhamdulillah ya, Nyonya. Mereka sudah akur."

Mama Yerisha mengangguk, tersenyum lebar lalu menjawab," aku sungguh bersyukur."

ODE TO YOUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang