OTY 51. Syair Untukmu

699 155 53
                                    

Bacanya sambil nyetel mulmed, dengerin mas Ode nyanyi enak nih 🤣

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Bacanya sambil nyetel mulmed, dengerin mas Ode nyanyi enak nih 🤣

***

Salah satu sudut kota pelajar, tahun 2023

"Pre-order novelmu minggu depan kan, Yer?" tanya Saelin menyeruput milkshake stroberinya.

"Iya. Entah kenapa aku nggak sedeg-degan biasanya. Sukses ataupun tidak, biarlah mengalir." Yerisha mencomot pisang nugget yang dilapisi lelehan coklat warna-warni di atas piring lalu memakannya.

"Pasti sukses lah, mamas Januar Wijaya pasti akan mempromosikan novel pacar tersayangnya secara besar-besaran." Saelin menopang dagu, menatap Yerisha yang terbatuk karena tersedak saat Saelin menyebut nama Januar Wijaya.

"Apaan sih, Sae?" elak Yerisha mengambil tisu dari dalam tas untuk membersihkan bibirnya yang belepotan minyak.

Saelin memperhatikan Yerisha yang membersihkan bibir dan tangannya dengan tisu.

Dari semua orang kenapa harus Januar Wijaya? Begitu yang selalu ditanyakan Saelin saat Yerisha menceritakan kebahagiaannya berpacaran dengan Januar Wijaya.

Shit! Tiap saat Saelin ingin mengumpat saat Januar Wijaya muncul di dalam pembicaraan mereka. Walau tak suka Luke mendekati Yerisha, ia lebih tak suka Januar Wijaya yang mendapatkan Yerisha.

Walau begitu, itu kehidupan Yerisha, dia tak berhak ikut campur.

"Ada telpon itu, Yerisha," tegur Saelin menunjuk ponsel Yerisha yang berada di atas meja berkedip-kedip, sepertinya Yerisha menonaktifkan nada dering.

Nama Januar Wijaya terpampang jelas di layar ponsel Yerisha.

Tuh kan baru diomongin sudah muncul orangnya.

"Bentar ya, Sae." Yerisha meminta izin mengangkat telepon dari Januar, seperti biasa cewek itu akan memilih menjauh tiap kali mengangkat telepon dari Januar.

Saelin mengaduk milkshakenya dengan sedotan, nampak bosan menunggu Yerisha yang sedang bertelponan dengan Januar Wijaya. Biasanya mereka akan mengobrol lama di telepon, sehingga yang bisa Saelin lakukan hanya menunggu dengan raut cemberut. Bosan, iya sangat bosan.

"Hei, udah lama nunggunya?" Dery muncul, menyelamatkannya dari kebosanan  yang menyerang.

Dery mengangkat alis, sedikit bingung melihat binar mata Saelin. "Kamu kenapa sih, Sae?"

"Kamu menyelamatkanku, Dery."

Dery celingukan. Mencari sesuatu yang membahayakan Saelin. Preman misalnya? Atau pemudq usil yang menggodanya. Untuk yang terakhir Dery sedikit tak yakin, memang ada yang mau menggoda Saelin? Yang ada pemuda itu yang digoda Saelin.

ODE TO YOUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang