OTY 29. Sembunyi-Sembunyi

789 171 2
                                    

Rombongan Luke bergabung dengan rombongan Yeri, melanjutkan jalan-jalan

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Rombongan Luke bergabung dengan rombongan Yeri, melanjutkan jalan-jalan.

Yerisha dan Luke berjalan berdampingan, lebih dahulu. Sementara lima orang yang lain melangkah lebih lambat, dua orang teman Luke yang berada di depan Saelin, Ode dan Dery lah yang membuat ketiganya berjalan lebih lambat dan terpisah dari Yerisha. Keduanya seolah sengaja berjalan lebih lambat untuk memberi jarak dan mencegah ketiganya menyusul Yerisha.

"Ini manusia berdua menghalangi jalan aja. Kesel deh," gerutu Saelin menyilangkan tangan di depan dada, memandang dua teman Luke dengan tatapan tak suka.

Dery di belakang terkekeh mendengar gerutuan Saelin yang membuat kedua teman Luke menoleh ke belakang. Dery menarik lengan Ode, membuat pemuda itu berhenti sebentar dan bertanya. "Kenapa?"

"Kamu nggak apa-apa?"

"Loh emang aku kenapa?"

"Nggak akan nyanyi lagu patah hati kan?"

Ode menghela napas sebelum menjawab. "Apa sih, Der? Aku nggak—" ucapannya terhenti seketika saat pandangannya menatap Luke dan Yerisha tengah tertawa bersama. Tawa yang begitu lebar.

Dery mengikuti arah pandangan Ode lalu menepuk bahu sahabatnya itu.

"Aku dan Yerisha. Hubungan kami bukan semacam itu," tegas Ode menepis tangan Dery lalu sedikit berlari untuk mengejar rombongan di depannya.


Dery hanya menggeleng. Nggak mengerti mengapa Ode begitu bersikukuh tak memiliki perasaan. Sungguh memang dia tak memiliki perasaan? Atau —

***

Yerisha tampak panik saat melihat Luke turun dari mobilnya. Yerisha di antar oleh Luke pulang. Sementara Ode bersama Saelin dan Dery. Lukas turun dari mobil setelah ia menawarinya mampir, padahal hanya basa-basi. Melihat pemuda itu turun membuatnya gugup seketika. Luke berjalan lebih dulu memasuki rumah sementara ia sibuk menatap ponsel, memberi tahu Ode agar jangan pulang dulu.

Sampai detik ini Yerisha belum ingin cerita pada siapapun tentang dirinya dan Ode.

"Yer, kamu mau berdiri di sana?" tanya Luke dari arah teras memandangi Yerisha masih berdiri di depan gerbang sembari sibuk dengan ponselnya. Siapa yang sebenarnya dihubungi Yerisha? Ode?



"Eh iya, Lu. Sebentar," ucap Yerisha memasukkan ponselnya ke tas lalu menyusul.

Luke sudah menekan bel pintu rumah Yerisha. Tak berapa lama pintu terbuka, seorang wanita keluar dari sana.

"Selamat siang Tante Nana."

Mama Yerisha terdiam, mengawasi Lukas dari ujung kepala sampai ujung kaki. Keningnya sedikit berkerut, merasa tak asing dengan pemuda di depannya itu.

"Ehmmm—Luke?" tanya mama Yerisha sedikit berhati-hati, takut ia salah mengenali orang.

"Iya Tante." Senyum Luke terkembang begitu mama Yerisha mengenalinya.

Mama Yerisha membuka pintu lebar-lebar, memberi ruang untuk Lukas masuk ke dalam." Masuk, Lu. Apa kabar kamu? Tante hampir tak mengenalimu karena kamu sangat tinggi dan tampan."

"Aku dulu dekil ya, tante." Luke masuk ke ruang tamu keluarga Sagara, mengamati sejenak ruangan yang dipenuhi lukisan dan foto keluarga itu lalu memilih duduk di sofa dekat jendela.

Mama Yerisha tertawa. "Bisa saja kamu, Lu."

"Saking berubahnya aku sampai Yerisha tak mengenaliku loh, Tante."

Mama Yerisha tertawa. "Sungguh? Dia memang begitu, Lu. Maafkan dia."

"Oh iya, Yerisha—" ucap mamanya nampak celingukan, mencari Ode yang tak ikut serta dengan mereka.

"Saelin dan—"

"Ma, tolong bikinin minum dong," pinta Yerisha sengaja menyela kalimat mamanya. Yerisha mendekat, memberi sebuah kode agar tak membicarakan perihal Ode. Untungnya mama Yerisha peka, sehingga sadar maksud putrinya.

"Ah iya. Mama akan membuat minuman. Kamu mau minum apa, Lu?"

"Nggak usah Tante. Malah merepotkan nanti."

"Santai saja, Lu. Seperti sama orang lain saja. Tunggu sebentar ya," ucap mama Yerisha keluar dari ruang tamu dan menuju dapur.

Luke yang melihat kepergian mama Yerisha mengerutkan dahi, entah mengapa ia merasa ada yang disembunyikan oleh Yerisha.

Mama Yerisha yang selesai membuat minuman dari dapur berpapasan dengan Ode dan temannya yang memasuki pintu belakang sambil mengendap-endap.

"Ode," panggilnya lirih.

Ode berhenti dan tersenyum pada mamanya.

"Kamu nggak bareng Yerisha?"

"Nggak, Ma. Aku sama temen." Ode memperkenalkan Dery.

"Halo Tante. Saya Dery teman Ode."

"Halo," sapa mama Yerisha ramah.

"Ma, ada teman Yerisha ya."

"Iya teman kecilnya. Luke. Yerisha menyembunyikan hubungan kalian dari siapapun?"

"Begitulah, Ma. Tolong jangan memberitahu Luke ya."

Mama Yerisha mengangguk, walau sebenarnya dia sedikit kecewa dengan sikap putrinya.


"Aku ke kamar dulu ya, Ma."

"Permisi, Tante."

Dery dan Ode melangkah pelan di tangga agar tak menimbulkan bunyi. Saat Yerisha mengabari soal Luke yang mampir, ia sudah terlanjur dekat rumah, sangat sulit untuk tak pulang. Karena itulah ia menitipkan motor Dery di tetangganya lalu lewat jalur belakang agar Luke tak menyadari kedatanganya.

"Wahhhhhh." Dery berdecak kagum melihat betapa besarnya kamar Ode, berbeda sekali dengan kamar kosan yang dulu digunakan cowok itu. Kamar kosan 2x2 sangat sempit di mata Dery padahal barang Ode tak banyak.

"Bagaimana rasanya?" tanya Dery

"Rasanya apa?"

"Tinggal di sini."

"Nyaman. Aku suka di sini. Mereka baik dan aku merasakan kehangatan keluarga."

Dery duduk di pinggir kasur Ode dengan bersila. "Yerisha?"

"Yerisha—" Ode menjeda kalimatnya sejenak. "Baik."

"Syukurlah kalau begitu. Ngomong-ngomong kapan kamu pulang menemui mamamu, De? Aku ingin menitipkan bakpia buat mamamu," tanya Dery yang memang sangat kenal dengan mama Ode.

Ode menyunggingkan senyum tipis." Sebentar lagi kalau urusan kuliahku udah kelar, Der."
















TBC



Pendek ya hehehe



ODE TO YOUWhere stories live. Discover now