OTY Special Chapter 4: Maaf, Maaf, Maaf

799 169 82
                                    

"Aku berharap aku tak terlambat untuk mengatakan maaf

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.


"Aku berharap aku tak terlambat untuk mengatakan maaf. Aku minta maaf Yerisha. Maaf."

Kalimat maaf yang sudah ia pendam selama ini, akhirnya keluar juga dari bibirnya. Keadaan mereka dulu sangat buruk, hingga sulit untuk hanya sekedar bertemu, apalagi meminta maaf.

Kehadirannya secara tiba-tiba di hadapan Yerisha tentu membuatnya kaget. Setahun lebih tak ada kabar, lalu muncul tiba-tiba di hadapan Yerisha, sudah tentu membuat Yerisha kaget.

Setelah menggantung tanzaku di pohon bambu, mereka memutuskan berbicara empat mata di cafe yang tak jauh dari tempat festival. Sementara Januar memilih membiarkan dua orang itu menuntaskan permasalahan mereka. Dari tatapan keduanya, Januar tahu ada hal yang perlu dituntaskan oleh keduanya.

Tentang rasa yang masih tersisa. Begitu tebak Januar.

Setelah ice americano pesanan mereka datang, keduanya sama-sama diam, sibuk bergelut dengan hati masing-masing yang kian tak baik-baik saja saat bertemu.

Katanya waktu bisa menyembuhkan luka. Katanya.

Tapi, bagaimana kalau sebenarnya yang bisa menyembuhkan luka itu adalah diri sendiri?

"Apa kabar, Yerisha?" Ode mengawali pembicaraan.

Yerisha yang menatap gelas ice americanonya mendongak, mengulas seulas senyum. "Aku baik-baik saja. Kamu apa kabar, De?"

"Aku juga baik."

Ada keheningan setelahnya. Keduanya kehabisan bahan obrolan, padahal banyak hal yang masing-masing ingin disampaikan. Keduanya meminum ice americano masing-masing, sama-sama memikirkan bagaimana cara kembali membuka obrolan.

"Kamu kenapa bisa di Jepang?"

"Pembimbingku mengajakku ke sini, beliau ada urusan dengan profesor Watanabe dari Universitas Tokyo. Beliau memperkenalkanku dengan profesor Watanabe. Kebetulan profesor Watanabe adalah dokter bedah terkemuka di negara ini."

"Ah iya-kamu ingin menjadi dokter bedah. Kamu berencana mengambil pendidikan dokter spesialis di sini?"

"Itu-aku belum memikirkannya, Yer. Ada hal lain yang ingin kulakukan saat ini."

"Jadi pertemuan kita hanya kebetulan ya," gumam Yerisha meminum kembali ice americanonya. Apa yang ia harapkan? Ode jauh-jauh dari Indonesia ke Jepang hanya khusus untuk menemuinya? Tentu tidak mungkin. Saat mereka berada di satu negara yang sama saja, pemuda itu tak seniat itu menemuinya.

ODE TO YOUWhere stories live. Discover now