OTY 46. Pertemuan

609 146 34
                                    

Kata rindu yang diucapkan oleh Ode membuat jantung Yerisha berdetak lebih kencang

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Kata rindu yang diucapkan oleh Ode membuat jantung Yerisha berdetak lebih kencang.

Hei, apa Herjuno tak sadar kata rindu yang diucapkannya secara enteng bisa memporak-porandakan perasaan seseorang?

Kalau ia tak sadar, mungkin ia perlu belajar apa itu kata 'peka'.

"Aku rindu pada adikku."

Definisi usai dibuat melayang tinggi, lalu dihempaskan begitu saja ke tanah. Sakit.

Yerisha tahu sih soal gaya gravitasi bumi yang senantiasa menarik benda yang berada di atas permukaan ke arah pusat bumi, tapi untuk perasaan, apa perlu pemuda itu menggunakan gaya gravitasi juga? Kenapa tak dibuat melayang tinggi saja terus? Kenapa harus dijatuhkan?

Yerisha belajar untuk tak cepat mengambil kesimpulan soal setiap ucapan Ode, terlebih pemuda itu sudah membuat batasan yang jelas.

Adik-kakak.

Tentang perasaannya, Yerisha perlu kembali bertanya pada dirinya.

Apa arti Herjuno baginya?

Apa makna detak jantungnya yang begitu cepat saat berada di dekat cowok itu?

"De, tadi om Andra ke sini," ucap Yerisha mengalihkan pembicaraan agar kekecewaannya tertutupi.

"Eum. Iya. Aku tahu, Yer."

"Kenapa nggak menemui om Andra? Sepertinya ada hal penting yang mau beliau sampaikan."

"Aku butuh waktu, Yer," ucap pemuda itu lirih.

Yerisha mencoba memahami apa yang dirasakan Ode. Terlebih apa yang dialami pemuda itu terlalu berat dan seolah datang masalah secara bergantian.

"Aku paham, De." Yerisha memilih tak bertanya lebih lanjut guna membiarkan Ode lebih tenang, tak terlalu banyak pikiran. Perkara koas pastilah cukup membuat pemuda itu pusing.

"Oh iya, bagaimana koasmu? Lancar?"

"Lancar untungnya." Ode kembali tersenyum sembari duduk di sofa ruang tengah, Yerisha mengikuti pemuda itu, duduk di sampingnya sembari meraih remote di atas meja lalu menghidupkan televisi.

"Kalau naskah kamu bagaimana Yerisha?"

"Hmmm. Lumayan lancar. Terkadang mager nulis."

"Kalau magernya sesekali nggak masalah. Manusiawi. Kalau magernya keterusan itu yang nggak boleh," terang Ode membuat Yerisha mencebikkan bibir.

"Oh iya, Yer."

"Hmmm?"

"Kalau nanti aku ingin ketemu papa, kamu mau menemaniku?"

Yerisha memiringkan kepalanya. "Dengan senang hati, De."

Setidaknya, Yerisha ingin sedikit membantu Ode. Walau hanya menemani pemuda itu saja.

ODE TO YOUWhere stories live. Discover now