OTY 30. Canggung

848 165 9
                                    

Waktu berjalan begitu cepat bagi Yerisha, tiba-tiba saja dia sudah berada di ujung semester, disibukkan dengan berbagai tugas yang tak pernah berhenti mengalir

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.


Waktu berjalan begitu cepat bagi Yerisha, tiba-tiba saja dia sudah berada di ujung semester, disibukkan dengan berbagai tugas yang tak pernah berhenti mengalir.

"Kenapa sih pas mau ujian tugas malah nambah mulu," keluhnya menatap layar laptopnya yang menampilkan tugas dari dosennya yang nyatanya membuat dia harus mengurung diri di kamar menyelesaikannya.

Ia tak mengerti, mengapa saat menjelang ujian bukannya berkurang, tugas yang diberikan dosen bertambah. Bahkan terkadang, saat ujian tugas itu tak akan berhenti bertambah.

Yerisha mengarahkan kursornya ke menu simpan untuk menyimpan tugasnya yang telah selesai. Senyumnya mengembang cerah ketika melihat tugas yang akhirnya berhasil ia selesaikan dengan baik. Perkara hasil ia serahkan pada yang di atas. Yang penting, ia sudah berhasil menyelesaikan tugasnya tepat waktu.

Yerisha merentangkan kedua tangannya ke atas, sedikit melakukan peregangan setelah berjam-jam duduk di kursi sembari menatap laptop membuat tubuhnya kaku dan lelah.

Ketukan di pintu kamar membuat Yerisha bangun dari kursi lalu melangkah menuju pintu untuk membukanya. Begitu pintu terbuka, Ode sudah berdiri di sana dengan pakaian super rapi yang membuat Yerisha mengernyit bingung.

"Mau kemana kamu?" tanya Yerisha bingung melihat Ode mengenakan kemeja.

"Mau ikut nggak?" tanya Ode.

"Kemana?" Raut wajah Yerisha bingung, kalau Ode mengajaknya membeli nasi goreng seperti biasa, pemuda itu tak akan serapi itu. Pastilah Ode hanya akan mengenakan kaos oblong yang biasa dipakai sehari-hari bukan kemeja.

"Melihat pertunjukkan Tara Ilham."

Mendengar nama Tara Ilham disebut membuat wajah Yerisha cerah seketika.

"Tara Ilham? MAU!!!!!!!!!!"

Ode terkekeh lalu berkata. " Sana ganti dulu. Kutunggu di bawah."

Yerisha mengangguk dan terlonjak kegirangan. Ia memang ingin sekali menonton Tara Ilham perform, tapi kan tiket perform Tara Ilham sangat sulit didapat.

Ode beruntung mendapatkan tiket itu, karena Tara Ilham sendirilah yang memberinya tiket.

Ode lalu ke kamar untuk mengambil jaketnya setelah itu ia turun ke bawah. Ia berniat memanaskan motornya dulu sambil menunggu Yerisha berdandan. Di ruang keluarga, ia bertemu sang mama yang sedang menonton televisi.

"Mau keluar sama Yerisha?" tanya mama.

"Iya, Ma."

"Ode, mama boleh bicara sebentar."

Raut wajah sang mama yang berubah serius membuat Ode mengangguk lalu duduk di samping sang mama di sofa.

"Mama lihat kamu dan Yerisha makin dekat."

"Iya, Ma."

"Bukankah ini saatnya kita memberitahu Yerisha yang sebenarnya? Tentang kamu."

Ode terdiam, ya dia tahu harus memberitahu Yerisha cepat atau lambat. Tapi—


"Bolehkan mama cerita ke Yerisha soal kamu?"







***

"De, Ode." Yerisha menggembungkan pipi karena kesal Ode tak menyahut panggilannya.

Padahal mereka sudah berada di gedung tempat pertunjukkan Tara Ilham diadakan. Mereka tak langsung masuk ke dalam, karena Yerisha pergi ke toilet sebentar. Saat kembali, ia melihat Ode bersandar di pintu masuk dengan wajah murung. Entah apa yang membuat cowok itu murung.

"Kamu kenapa sih?"

Ode menggeleng. "Masuk, yuk."

Yerisha hanya menghela napas lalu mengekori pemuda itu yang terlebih dulu melangkah menuju pintu masuk.  Ode mengeluarkan dua buah tiket dan menyerahkannya pada petugas yang berada di pintu masuk. Setelahnya, keduanya masuk ke dalam ruangan yang sudah dipenuhi oleh para penggemar Tara Ilham baik kaum Adam maupun hawa. Kepopuleran Tara Ilham, nyatanya begitu besar dengan penuhnya tempat itu. Keduanya harus berdesakan untuk mencari tempat yang nyaman untuk melihat pertunjukkan Tara Ilham.

Saat berusaha keluar dari kerumunan, Yerisha merasakan punggungnya terdorong ke depan, membuat keseimbangannya goyah dan membuatnya nyaris jatuh ke lantai kalau saja ia tak berpegangan pada Ode.

"Maaf," cicit Yerisha menyingkirkan tangannya dari lengan Ode yang tadi ia gunakan untuk berpegangan.

Ode mengulum senyum. "Nggak apa-apa."

Yerisha yang terlanjur malu karena memegang lengan Ode memilih berjalan lebih dulu ke arah tempat kosong di sisi kiri venue.

"Jangan terlalu cepat jalannya Yerisha, nanti kamu jatuh." Teguran Ode di sebelah kanannya membuat Yerisha terkejut, pemuda itu mampu menyusulnya.

"Takut acaranya mau mulai," kilahnya, padahal ia hanya ingin menghindari Ode.

"Nggak usah buru-buru. Masih ada waktu," sahut Ode menyamai langkah cepat Yerisha.

Tapi Yerisha enggan untuk memperlambat langkahnya, hal itu membuat Ode terpaksa harus menarik pergelangan tangan Yerisha. Tarikan pelan, namun berhasil memperlambat langkah gadis itu. Pandangan Yerisha langsung tertuju pada tangan Ode yang melingkari pergelangan tangannya.

"Nggak usah buru-buru, Yerisha."

Tapi maunya Yerisha buru-buru.

Buru-buru menjauh dari Ode lebih tepatnya. Pemuda itu malah menambahnya dengan memegang pergelangan tangannya.

"Ehmmm nanti tempatnya abis."

"Nggak akan ada yang mengambil tempat kita, Yerisha," ucap Ode berusaha meyakinkan.

"Oke. Tapi lepaskan tanganku, please," mohon Yerisha membuat Ode tersadar, ia dengan lancang telah memegang pergelangan tangan gadis itu.

"Maaf." Satu kata yang membuat keduanya langsung diliputi rasa canggung. Venue sangat ramai, tapi di antaranya Yerisha dan Ode serasa sepi—




-tbc-












ODE TO YOUWhere stories live. Discover now