5.❤

15K 748 6
                                    

                🌼happy reading🌼

                                •
                                •
                                •
                                •

Sesampainya dirumah, Nasya langsung menuju kamarnya, namun langkah Nasya terhenti saat Risa memanggil namanya.

"Nasya." panggil Risa.

Nasya yang sedang menaiki tangga menghentikan langkahnya "Apa ma?"

"Tadi kamu berangkat sama siapa?" tanya Rani sambil bersedekap dada menatap anaknya.

"Sendiri." jawab Nasya seadanya

"Pak Dodi ada kenapa nggak minta diantar?"

Nasya menghela nafasnya "Mah, aku tadi bangun kesiangan. Kalau aku berangkat pakek mobil yang ada malah makin telat karena macet, makanya aku bawa motor aja kan bisa ngebut."

Risa memelototkan matanya mendengar kata terakhir yang diucapkan Nasya. Ngebut?

"Nasya! Mama nggak mau kal-"

"Udah ya ma. Lagian mama mau ngomel kaya apa pun udah terlanjur. Nggak bisa dirubah lagi. Nasya capek, mau kekamar dulu." ucap Nasya lalu melanjutkan menaiki tangga.

Nasya membuka pintu kamarnya lalu membanting tubuhnya diatas kasur. Matanya memandang langit kamarnya. Bayangan wajah Raffa selalu terngiang-ngiang.

Mengapa cowok tersebut meminta nomornya? Sial. Nasya mudah sekali memberinya nomor hpnya. Padahal Nasya belum kenal sama sekali. Kalau lelaki itu nakal gimana.

Nasya memejamkan matanya. Telinganya mendengar suara notifikasi dari benda pipih yang berada ditasnya.

Nasya mengambil benda itu dan...

Deg!

Ada sebuah pesan masuk dari nomor yang tidak dia kenal.

From  :  0856478*****

|Udh sampe rmh? Bsk gue jmpt, gk ad penolakan|

Nasya memelotot kaget, Nasya menebak sudah pasti itu adalah cowok yang meminta nomornya tadi yang tak lain adalah Raffa--kakak kelasnya sendiri. Bagaimana Raffa bisa tahu rumahnya?

Sudahlah Nasya sangat pusing sendiri dengan pikiranya.

Kenapa Nasya menjadi gugup sendiri. Bahkan dia belum mengenal nya sama sekali. Detik kemudian Nasya membalas pesan itu.

|Ini siapa?|

Ting

|gw Raffa|

Nasya mematung ditempat, bagaimana jika Raffa besok akan menjemputnya? Oh tidak. Nasya pasti akan digosipi seisi sekolah jika tau dia bersama Raffa.

Nasya mengacak rambutnya frustasi

"Ya tuhan!"

                           ⚬⚬⚬

Hari ini Nasya harus berangkat lebih pagi dari biasanya. Dengan alasan supaya dia tidak jadi dijemput Raffa. Dan Nasya bisa memakai alasan piket jika ditanya oleh Raffa.

"Tumben berangkat pagi?" tanya Risa kepada Nasya yang sedang mengikat tali sepatunya.

"Murid baru itu harus rajin. Makanya Nasya berangkat lebih pagi."

Setelah itu Nasya mencium tangan Risa dan keluar rumah.

Nasya membuka pintu rumahnya

Deg!

Oh tidak!

Apa Nasya salah lihat jika ada Raffa yang sudah berada dihalam rumahnya. Dengan tangan yang dimasukan kesaku celananya, Raffa tersenyum tipis menatap gadis itu.

Nasya meneguk salivanya

"K-kok kak Raffa bisa disini?" tanya Nasya lalu menutup pintunya.

"Kenapa nggak bisa? Cepetan masuk." ucap Raffa lalu mendahului memasuki mobilnya.

Nasya melangkah ragu, benarkah dia akan satu mobil dengan lelaki itu.

"Mau masuk nggak?" tanya Raffa melihat Nasya yang mematung ditenpat.

"Mau."



***


"Kok lo bisa sama dia gimana?"

"Jangan-jangan lo pacaran ya?"

pertanyaan beruntun yang dilontarkan Dita membuat Nasya mendengus kesal. Ingin sekali  menabok mulut Dita. Saat ini mereka sedang dikantin.

"Yakali gue pacaran sama dia. Kenal aja belum lama kok." ucap Nasya lalu memasukan bakso kedalam mulutnya.

"Ya siapa tau. Gue kan cuma nebak." sahut Dita

"Nggak usah mikir aneh-aneh, gue nggak ada apa-apa sama dia."

"Gak asik lo."

Tidak Nasya sadari ada seseorang yang memperhatikanya dari tempat yang tidak jauh denganya.

Melihat temanya melamun, Arga menabok bahu Raffa cukup keras.

"Kesambet tau rasa lo!"

"Ck! Sialan lo." umpat Raffa karena memang kaget dengan ulah Arga.

"Hahaha. Sakit nggak Raff?" tanya Arga membuat Raffa memicingkan matanya

"Lo kan abis putus cinta. Pasti ada sakit-sakitnya gitu." Jeka langsung menonyor kepala Arga

"Lo pikir apaan!"

"Jangan mikir enggak-enggak deh. Eh emang sih otak lo ngeres. Gue bilang ada sakit-sakitnya pasti lo pikiran lo udah kemana-mana kan?" tuding Arga menunjuk wajah Jeka.

"Gak usah nunjuk-nunjuk!" Jeka menepis kasar tangan Arga. Karena memang tidak suka ditunjuk-tunjuk.

"Sorry. Santai aja kali!"

"Gue nggak sakit hati. Cewek kayak gitu juga nggak pantes dipertahanin. Dan..." Raffa menggantung ucapanya membuat kedua temanya menatapnya serius.

"Gue udah punya gantinya."

Kedua teman Raffa mengangga lebar lalu mengikuti arah pandangan Raffa.

"L-lo yakin?" tanya Arga yang menadapat anggukan serius dari Raffa.

"Tuh cewek kayaknya juga polos." ucap Jeka

"Gue suka cewek polos." ucap Raffa membuat kedua temanya terbahak.

Lalu Arga menepuk bahu Raffa "Gue dukung lo."

Raffa tersenyum miring sambil menatap gadis yang tidak jauh darinya.

                            ⚬⚬⚬

Bel pulang sudah berbunyi, semua murid berhamburan keluar kelas. Beda dengan Nasya yang masih duduk dibangkunya sambil menopang dagunya.

"Nasya!" panggil salah satu murid yang bernama Alisa.

"Kenapa?"

"Lo cariin tuh,"

Nasya mengangkat sebelah alisnya

"Siapa?"

Alisa tidak menjawab, namun gadis itu mengkode supaya Nasya segera keluar kelas. Lalu Nasya berdiri dri duduknya dan keluar kelas.

Nasya kaget saat dia menemukan sosok Raffa didepan pintu.

"Pulang sama gue aja." ucap Raffa seperti perintah

"Nggak usah. Aku minta jemput orang rumah aja bisa kok."

"Lo berangkat sama gue, jadi lo pulang harus sama gue."

"Y-yaudah iya."















                               TBC!
                           Vote yaa...












PACARKU ROMANTIS [END]Donde viven las historias. Descúbrelo ahora