33.❤

7.2K 361 10
                                    

Aachen, Jerman

Lelaki jangkung dengan jaket hitamnya serta celana jeans itu memasukan tanganya kedalam saku jaketnya, karena udara cukup dingin. Kakinya melangkah menuju tempat yang hampir setiap hari dia kunjungi untuk melepas lelah karena kesibukannya.

Namun Raffa sangat benci dengan gadis yang berada disampingnya ini, karena akhir-akhir ini gadis itu selalu membuntuti kemana saja dia akan pergi. Dan bencinya lagi ternyata gadis itu juga berasal dari Indonesia.

Selama berjalan gadis itu terus merengek minta ditemani Raffa untuk jalan-jalan.

"Aku laper nih, makan yuk," gadis yang bernama Alin itu terus menggoyahkan lengan Raffa sambil merengek seperti anak kecil.

Raffa tetap diam dan mengabaikan Alin tanpa menoleh sedikitpun. Alin mendengus kesal lalu berlari mendahului Raffa dengan kaki yang dihentak-hentakan.

Namun saat gadis itu menoleh kearah belakang untuk melihat Raffa apakah Raffa akan mengejarnya, Alin justru tersandung batu yang berada ditengah jalan.

Bruk

Alin terjatuh dan lututnya tergores karena dia memakai celana pendek. Raffa yang melihat itu menghela nafasnya lalu mendekati Alin yang sudah siap untuk menangis.

Alin terus memegangi lututnya yang luka dan sesekali meniupnya. Raffa mengulurkan tanganya kepada gadis itu. Dengan senang hati Alin menerima uluran itu.

"Ceroboh," ucap Raffa setelah Alin berdiri. Alin semakin menangis karena Raffa selalu menyalahkanya padahal kan dia lari juga karena sebal dengan Raffa yang terus bersifat acuh padanya.

"Huaaaa-" Raffa menyumpeli mulut Alin dengan rambut panjang Alin, membuat Alin ingin muntah.

"Diem, cengeng banget sih jadi orang," ucap Raffa lalu meninggalkan Alin sendiri tanpa melihat luka dilutut Alin namun Alin terus mengejar Raffa.

Saat Alin mengejar Raffa, tiba-tiba Raffa berhenti mendadak membuat Alin menabrak punggung Raffa.

Duk

"Awh,"

Raffa menoleh kebelakang membuat Alin kaget dan jantungnya berdegup kencang karena jarak mereka sangat dekat. Raffa menatap Alin sebentar lalu berjongkok didepan Alin.

"Jantung apa kabar dirimu kalau Raffa sampai menggendongku" batin Alin menggebu-gebu.

Raffa melihat luka dilutut Alin, cukup parah kalau untuk perempuan. Alin menggigiti jarinya gugup, kalau saja dia boleh berteriak ingin rasanya dia berteriak sekencang-kencangnya namun saat ini situasi lagi tidak pas karena tempat cukup ramai.

Setelah melihat luka Alin, Raffa berdiri tanpa ada niat untuk menggendong Alin. Pupus sudah harapan Alin, dilempar ke awan lalu dijatuhkan kelaut yang paling dalam, ew.

Alin mengerucutkan bibirnya pertanda kesal.

Raffa mengeluarkan penutup luka yang berada disaku celananya dan menempelkan kelutut Alin dengan hati-hati. Ya meskipun Raffa sangat kesal dengan gadis itu Raffa tetap tidak mau kasar dengan Alin, apalagi menyangkut fisik.

Tanpa sepatah kata pun Raffa melanjutkan jalanya, dan meninggalkan Alin yang masih cengo. Padahal Alin ingin berterimakasih pada Raffa.

"Kamu kenapa sih, sukanya main tinggalin aku aja," ucap Alin sambil menyamakan langkahnya dengan Raffa.

Raffa hanya menoleh sebentar, membuat Alin geram "aku ini manusia loh Raffa, bukan setan!" kesal Alin, karena selalu diabaikan.

"Yang bilang lo setan juga siapa?" jawab Raffa seadanya.

Setelah itu hanya diam diantara mereka berdua, Alin hanya mengikuti kemana Raffa akan pergi.

Setelah sekitar 5 menit berjalan kaki, Raffa berhenti disebuah tempat makan yang sederhana namun sangat nyaman jika ditempati. Banyak macam tumbuhan dan bunga yang dipasang setiap sudut ruangan.

Kenapa Alin bisa melihatnya? Karena sebagian tempat makan itu berdinding kaca transparan. Alin terus mengikuti Raffa masuk kedalam tempat makan itu. Namun sebelum membuka pintu Alin sempat mencekal lengan Raffa membuat Raffa menyipitkan kedua matanya menatap gadis itu.

"Kita ngapain kesini?" pertanyaan bodoh yang keluar dari mulut Alin.

"Makan, katanya lo ajak gue makan tadi," jawab Raffa lalu berbalik dan menuju meja yang paling pojok, karena meja lainya sudah penuh. Alin tersenyum mendengar jawaban Raffa, dia mengikuti Raffa dengan semangat bahkan luka dilututnya pun sudah tidak terasa.

Raffa segera memesan makanan dua porsi, setelah pelayan menghampiri mejanya dan menyodorkan sebuah buku menu.

Sambil menunggu pesanan datang, hanya diam diantara mereka. Sebenarnya Alin ingin sekali bertany-tanya pada Raffa tapi sepertinya Raffa sedang malas diajak bicara. Daripada makan hati lebih baik diam saja.








Gimana lanjut nggak?

Jangan lupa tinggalkan jejak😊


PACARKU ROMANTIS [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang