64. ❤

7.7K 343 12
                                    

Pagi ini Nasya dan Raffa kembali kerumahnya. Iya, rumah mereka berdua, semalam Raffa juga ikut menginap dirumah Nasya. Sebenarnya Raffa sudah membujuk Nasya supaya mau balik kerumah mereka sendiri tapi tidak mau dan alhasil pagi ini mereka memutuskan untuk balik.

"Yaudah hati-hati ya sayang," ucap Risa kepada anaknya Raffa dan Nasya yang akan berangkat

"Iya ma," jawabnya

Lalu mereka memasuki mobil dan melaju.

Selama diperjalanan Raffa melihat Nasya hanya diam saja tidak seperti biasanya. Lalu tangan kirinya menyentuh punggung tangan Nasya "kenapa?" tanya Raffa

Nasya menatap Raffa lalu hanya menggeleng sebagai jawaban. Raffa menghela nafasnya "Kamu mau apa?"

Lagi-lagi Nasya hanya menggeleng membuat Raffa bingung harus bagaimana, mungkin saja Nasya belum memaafkan sepenuhnya.

"Kita jalan-jalan mau nggak?" tanya Raffa membuat Nasya menatap Raffa

"Nggak mau,"

"Iya,"

Setelah itu hanya hening diantara mereka, sampai mobil Raffa sampai dihalaman rumahnya.

Saat Raffa hendak membukakan pintu untuk Nasya, sudah terlebih dahulu Nasya keluar dan mendahului Raffa. Raffa hanya mengikuti Nasya saja dan tidak mau banyak bicara daripada membuat Nasya semakin marah.

Nasya membuka pintu rumahnya lalu menuju lantai atas, sedangkan Raffa?

Dia hanya ikut saja.

Merasa kesal dengan Nasya, Raffa menarik pergelangan Nasya hingga Nasya menabrak dada bidang Raffa.

"Kenapa sih diam terus dari tadi? tanya Raffa to the point.

"Lepasin," ucapnya karena tangan Raffa sudah berada dipinggang Raffa.

"Masih marah?"

"Nggak,"

"Sayang, kamu itu udah istriku kalau ada apa-apa bilang jangan tiba-tiba marah kaya gini," ucap Raffa membuat Nasya mendongak menatapnya.

"Aku nggak marah,"

Raffa menaikkan sebelah alisnya "Terus?"

Nasya tidak menjawabnya namun malah memeluk Raffa erat. Raffa membalas pelukanya dan mengelus rambut istrinya dan sesekali menciumnya.

__________

Nasya sudah menyiapkan baju yang akan dipakai oleh Raffa. Sambil menunggu Raffa selesai mandi, Nasya merebahkan tubuhnya diatas kasur. Kadang perutnya juga sering terasa tidak enak membuat Nasya harus banyak istrirahat.

Raffa keluar kamar mandi dengan rambut yang masih basah, lalu menatap istrinya kasihan.

"Perut kamu masih sakit? Kita kerumah sakit aja ya," ucap Raffa lalu mendekat kearah Nasya.

"Nggak usah, nanti juga sembuh,"

"Beneran?"

Nasya mengangguk lalu kembali duduk.

"Aku nggak jadi kerja," Raffa melepas kembali kemeja yang dia pakai, rasanya tidak tega jika harus meninggalkan Nasya.

"Eh jangan, aku nggak papa kok bentar lagi juga sembuh." ucap Nasya lalu ingin memakaikan dasi untuk Raffa.

Karena Raffa adalah suami yang mengerti keadaan, Raffa sedikit menunduk supaya istrinya tidak kesusahan memasangkan dasinya.

Raffa menatap setiap inci wajah istrinya, cantik satu kata yang dipikiran Raffa. Nasya yang merasa diperhatikan dengan cepat memasangkan dasinya, entah kenapa jika harus dipandang lama-lama menjadi grogi sendiri meskipun mereka sudah bersuami istri.

"Udah," ucap Nasya

"Makasih," Raffa mengecup hidung Nasya.

"Kak Raffa hati-hati ya," Nasya menyalami tangan Raffa yang dibalas kecupan didahinya.

"Iya sayang, kamu juga hati-hati dirumah, kalau ada apa-apa panggil bi Ami aja," Raffa mencium kedua pipi Nasya.

"Iya,"

"Ada yang lupa," ucap Raffa membuat Nasya mengerutkan keningnya. Lalu Raffa mendudukan Nasya dipinggir kasur, sedangkan Nasya hanya pasrah.

Raffa berlutut didepan Nasya dan membuka sedikit baju bawah Nasya dan menampilkan perut Nasya yang sudah membesar.

Raffa mencium perut Nasya "Papa kerja dulu ya, kamu dirumah sama mama," ucap Raffa seperti sedang berbicara dengan anak kecil.

"Iya pa, papa semangat ya kerjanya," Nasya menirukan suara anak kecil membuat Raffa gemas.

Cup

"Aku berangkat ya,"

.
.
.
.
.

Nasya memakan snack sambil menonton televisi. Saat Nasya sedang asik menonton acara favoritnya, suara bel rumah membuat Nasya harus membuka pintunya meskipun sedikit malas.

Cklek

Pintu sudah dibuka dan menampilkan wanita cantik yang wajahnya tidak asing dimata Nasya siapa lagi kalau bukan Laura.

Nasya ingin kembali menutup pintunya namun dengan cepat ditahan Laura "Nggak sopan banget sih! yang ada dimana-mana tamu itu disuruh masuk," Laura dengan percaya dirinya masuk kedalam rumah.

Dengan cepat Nasya mendorong tubuh Laura "nggak usah masuk rumah gue, buat pelakor kaya lo gue nggak bakal izinin lo buat masuk," ucap Nasya sambil menyilangkan medua tanganya didepan dada.

Laura menyibakan rambutnya kebelakang membuat Nasya berdecih.

Laura tertawa jahat lalu mendorong bahu Nasya dengan jari telunjuknya, Nasya langsung menepis tangan Laura kasar

"Lo pikir gue baru pertama nginjek rumah ini, gue udah pernah kali," ucap Laura membuat Nasya berfikir, berati wanita gila ini pernah kesini sebelumnya tapi kapan? Dan kenapa Nasya tidak pernah tahu?

"Nggak usah kaget, bahkan gue kesini waktu dirumah cuma ada Raffa dan kita berdu-"

"Ngapain lo disini!" ucap seseorang yang tiba-tiba datang.

"K-kak Raffa kok balik?" tanya Nasya saat melihat Raffa kembali lagi. Tanpa menjawab Nasya, Raffa menarik pergelangan tangan Nasya dan membawanya masuk kedalam rumah.

"Pergi lo dari sini!" ucapnya kepada Laura.

Laura memelototkan matanya "Gue mau bicara sam-"

"PAK SATPAM! URUS WANITA GILA INI!" teriak Raffa kepada satpam yang berada didepan rumahnya.

Laura kebingungan, tanganya sudah dipegang oleh dua orang lelaki yang membawanya pergi dari rumah Raffa.

"URUSAN KITA BELUM SELESAI! LIHAT AJA LO!" Laura menunjuk Nasya dan menatapnya tajam.

Raffa dengan cepat menutup pintunya dan memeluk Nasya khawatir "kamu nggak papa kan? Nggak diapa-apain kan sama dia?"

"Nggak,"

"Kak Raffa ngapain balik lagi?"

"Ada berkas yang ketinggalan. Untung aja langsung pulang kalau nggak gimana coba, tadi wanita gila itu bilang apa aja sama kamu? Jangan percaya dia pasti bohong,"

Nasya melepaskan pelukanya

"Aku percaya sama kak Raffa," ucap Nasya membuat Raffa menghela nafasnya dan mencium kening Nasya lama.














Bersambung...

Vote yaa

PACARKU ROMANTIS [END]Where stories live. Discover now