62. ❤

6.9K 303 10
                                    

Pagi ini Raffa sudah dihadapkan dengan dua orang yang berstatus sebagai orang tuanya, dan disinilah sekarang mereka diruang tamu dengan Raffa yang duduk didepan Zafi dan Rani dibatasi dengan meja.

Raffa memijit pelipisnya lalu menyandarkan tubuhnya disofa, kepalanya sangat pusing bahkan meeting yang akan dilakukan pagi ini Raffa tunda. Pikiranya sama tidak fokus apalagi semalam Raffa tidak bisa tidur dan mungkin hanya dua ham saja Raffa tidur.

Rani menggelengkan kepalanya melihat anaknya lalu mendekati Raffa "Ada masalah apa kamu sama Nasya, kenapa nggak bilang sama mama?" tanya Rani to the point, kali ini Rani menahan amarahnya karena tidak tega harus memarahi Raffa dikondisi seperti ini.

Raffa menghembuskan nafasnya lalu menatap papa dan mamanya bergantian "Ma....pa... bantuin Raffa minta maaf," mohon Raffa karena Raffa tidak tahu lagi bagaimana caranya untuk meminta maaf dan menjelaskan semuanya kepada Nasya.

"Kamu cerita dulu apa masalahnya, biar nanti nggak salah paham," ucap Zafi serius.

Lalu dengan berat hati Raffa terpaksa menceritakan semuanya kepada kedua orang tuanya, Raffa juga tidak mau menyembunyikan masalah ini apalagi mereka sudah tau jika dia dan Nasya sedang tidak baik-baik saja.

Rani dan Zafi mendengarkan penjelasan Raffa bahkan Rani berkali-kali memotong pembicaraan Raffa karena sudah tidak bisa menahan marahnya. Namun Zafi terus menenangkan Rani karena dia tau dengan marah-marah juga tidak akan menyelesaikan masalah.

Raffa menatap kedua orang tuanya penuh rasa bersalah dan memohon supaya mau membantu menjelaskan semuanya kepada Nasya.

"Mama dari dulu kan udah bilang, nggak usah deketin perempuan murahan itu tapi kamu terus melawan mama!" Ucap Rani dengan raut wajah kesal menatap putranya.

"Raffa kan nggak tau ma, kalau ternyta dia it-"

"Sudah! Lagian itu juga dulu ma tidak usah diungkit-ungkit lagi, sekarang Raffa juga sudah punya istri yang baik. Mending sekarang kita kerumah Nasya biar masalahnya cepat selesai," potong Zafi supaya tidak memperpanjang masalah.

Rani menatap sinis Zafi lalu melangkah keluar mendahului mereka. Zafi hanya menggelegkan kepalanya melihat sifat Rani yang terkadang masih seperti anak kecil.

Zafi menepuk pundak Raffa "Selesaikan masalahmu dengan istri kamu, jangan pernah ngomong kasar sama dia. Jelaskan baik-baik, papa percaya sama kamu," ucap Zafi membuat Raffa sedikit tenang karena sudah percaya dengan Raffa.

"Ayo pa," ajak Raffa membuat Zafi meghentikan langkah Raffa.

"Kenapa lagi pa?" tanya Raffa sedikit kesal.

"Sebaiknya kamu ganti celana, masa kamu mau pakek kolor kaya gitu kerumah mertua," Zafi menggelengkan kepalanya, apa yang dipikirkan putranya ini sebenernya.

Raffa menghela nafasnya lalu kakinya melangkah menuju lantai atas dan mengganti celananya.

"Papa tunggu dimobil," ucap Zafi sebelum meninggalkan Raffa.

Raffa hanya mengangguk sebagai jawaban.



***





Mobil Zafi sudah terparkir dihalaman rumah yang bernuansa putih lalu mereka bertiga keluar yang didahului Zafi. Sementara Raffa berjalan dengan beriringan dengan mamanya.

Zafi memencet bel beberapa kali namun tidak ada yang membuka pintunya, namun tidak lama kemudian munculah papa Nasya.

"Wah bagaimana kabar kalian? Lama juga kita tidak bertemu," ucap Dipta lalu menyuruh mereka masuk.

"Alhamdulillah, baik," jawab Zafi seadanya karena dia juga merasa sedikit tidak enak sudah bertamu terlalu pagi.

Sekarang mereka sudah duduk disofa dan saling berhadapan.

"Maaf jika kita kesini terlalu pagi, karena hubungan Raffa sama Nasya sedang tidak baik makanya kita mau menyelesaikanya sekarang. Lagian juga tidak baik juga jika suami istri harus pisah, apalagi Nasya juga sedang hamil,"

Dipta menghela nafasnya lalu memihit pelipisnya, apalagi badanya juga masih agak mering membuat kepalanya semakin pusing.

"Saya juga bingung, dari kemarin Nasya nggak mau keluar kamar bahkan sampai tidak mau makan. Saya juga khawatir sekali dengan kesehatan Nasya dia kan lagi mengandung dan...Nasya itu orangnya keras kepala," ucap Dipta membuat Raffa semakin merasa bersalah, Rani mengelus punggung tangan Raffa yang duduk disampingnya.

"Nasya sekarang dimana ya?" tanya Rani

"Dikamar sama mamanya," Rani mengangguk dan langsung menaiki tangga yang akan diikuti Raffa namun ditahan oleh sang papa.

"Kamu disini dulu," ucap Zafi yang tau jika anaknya tidak bisa sabaran.

Raffa mengehmbuskan nafasnya kasar lalu kembali duduk dan terus melihat mamanya yang menaiki tangga.

Sampai didepan pintu kamar Nasya, Rani mengetuknya membuat Risa dan Nasya yang didalamnya menoleh. Risa kaget dan langsung menghampiri Rani "Ya ampun, sampai nggak tau kalau kamu kesini," ucap Risa yang dibalas senyuman oleh Rani.

"Gimana keadaan Nasya?" tanya Rani, karena memang Risa yang memberi tahu tentang masalah mereka kepada keluarga Raffa.

Rani menghampiri Nasya dan memeluknya erat membuat Nasya semakin menangis "Sayang, udah jangan nangis dibawah ada Raffa kamu mau kan dengerin penjelasannya, Bunda bakal temenin kamu sama mama juga oke?" Nasya menggeleng cepat dan mengeratkan pelukanya membuat Rani menatap Risa.

Risa juga bingung bagaimana cara nya supaya Nasya mau mendengarkan semuanya dan tau apa yang sebenarnya terjadi.

Rani mengusap pelan rambut Nasya "Mau ya..."

Nasya melepaskan pelukanya dan manatap mamanya, sedangkan Risa tersenyum dan mengangguk.

Rani menghapus air mata Nasya dan menuntunya keluar namun Nasya tetap duduk dan tidak mau berdiri.

"Sayang...kok nggak jadi," ucap Rani lalu menghela nafasnya dan tau jika Nasya sulit untuk dipaksa.

Risa yang melihatnya segera turun kebawah lalu duduk disamping suaminya.

"Raffa...mending kamu susul aja diatas Nasya nggak mungkin mau kesini," ucap Risa membuat Raffa segera menaiki tangga menuju kamar Nasya.

"Iya ma," jawab Raffa sebelum pergi.

Sampai didepan pintu Raffa tidak langsung masuk, pintunya sedikit terbuka dan memperlihatkan Nasya yang sedang duduk dengan mamanya seperti membicarakan sesuatu, Raffa berharap Raffa menjelaskan semuanya kepada Nasya dan Nasya percaya lalu memaafkanya.

Rani yang melihat kehadiran Raffa, mengusap pelan pipi Nasya dan mencium keningnya "Dengerin bunda ya, semua masalah pasti bisa diselesaikan, ingat hati boleh panas tapi kepala harus tetap dingin, oke sayang bunda keluar dulu,"

Sempat Nasya menahan tanganya namun Rani melepaskanya pelan dan tersenyum, lalu segera keluar kamar dan bertemu Raffa didepan pintu.

"Ma gimana?" tanya Raffa

"Kamu jelasin sendiri, mama udah bilang sama Nasya," ucap Rani sambil memegang bahu Raffa. Raffa mengangguk lalu memasuki kamar Nasya dengan hati-hati.












Bersambung.....

PACARKU ROMANTIS [END]Where stories live. Discover now