59. ❤

6.8K 310 8
                                    

                  ❤Happy Reading❤                                

Karena merasa kesepian dirumah, Nasya memilih untuk pulang kerumahnya-mama Risa. Dan disinilah Nasya sekarang, duduk bersama papanya yang kebetulan hari ini cuti.

"Papa jangan kecapekan kerja terus, liat tuh muka papa kelihatan capek banget," ucap Nasya yang melihat papanya terlihat sedikit pucat.

"Iya sayang, makanya papa hari ini nggak kerja mau istrirahat. Badan papa rasanya juga pegel semua,"

"Sini biar aku pijitin," tawar Nasya.

"Mama aja mijitin, tenaga kamu mah mana ada," cibir Dipta membuat Nasya mendengus kesal dan menyilangkan kedua tanganya didepan dada.

"Papa ih! Nyebelin!" protes Nasya.

Dipta mengacak lembut rambut anak semata wayangnya yang sekarang sudah tidak sepenuhnya menjadi tanggung jawabnya lagi

"Jangan marah-marah, nanti anak kamu galak kalau udah lahir,"

"Lah mana bisa, dimana-mana bayi kalau baru lahir itu nangis pa! Bukan marah-marah!" ucapan Nasya membuat Dipta menggelengkan kepalanya.

"Terserah kamu aja, papa capek," Nasya memajukan bibirnya.

"Ada apa ini, kamu kenapa sayang kok cemberut gitu?" Risa duduk disamping Nasya lalu mengelus perut Nasya yang kian membesar.

"Papa tuh! Ngajakin beranten terus," adu Nasya.

"Papa ini ya, udah mau punya cucu tingkahnnya masih kaya anak-anak. Gimana mau memberi contoh yang baik buat cucu kita,"

"Hilih, siapa juga yang ajakin berantem,"

"Papa," ucap Nasya

"Nasya tu,"

"Papa!!!!"

"Na-"

"Udah diem! Jadi dipijitin nggak nih!" omel Risa membuat Nasya tertawa meledek papanya.

"Kamu masih sering mual ya?" tanya Risa sambil memijati bahu suaminya.

"Udah jarang ma sekarang,"

"Raffa gimana?"

"Kak Raffa ya gitu, kerja terus tiap hari," ucap Nasya lesu membuat Risa tersenyum menatapnya.

"Kerja juga buat kamu juga, kamu nggak boleh ngeluh. Tetep patuh sama suami kamu, jangan ngelawan nanti dosa loh, kamu juga harus ngertiin suami kamu juga,"

"Iya mama," jawab Nasya seenaknya lalu memakan kue yang dibuat Risa tadi.                                                                
                                                                        
                             ⚪⚪⚪                             

Sekarang Nasya masih dirumahnya dan menunggu Raffa menjemputnya, namun sampai sekarang belum datang juga.

"Kok kak Raffa belum jemput sih," Nasya mondar mandir didepan rumahnya sambil menggigit ujung kukunya. Apalagi cuaca sudah mulai mendung dan mungkin sebentar lagi akan turun hujan.

"Apa susul aja ya," Nasya masuj kedalam rumahnya untuk menemui papanya.

"Pah!" panggil Nasya

"Iya Nasya, kenapa?" jawab Dipta yang baru saja keluar dari kamar mandi.

"Aku mau nyusul kak Raffa aja, biasanya jam segini udah pulang pa. Terus sekarang belum datang juga katanya mau jemput aku, aku hubungin juga nggak bisa pa, gimana dong," ucap Nasya khawatir

"Kamu yakin mau nyusul Raffa? Nggak mau nungguin aja, mungkin Raffa kena macet juga,"

Nasya menggeleng "ayo pa anterin,"

"Iya-iya bentar,"

.
.
.
.
.

Setelah diantar papanya, Nasya akhirnya sampai.

"Kamu hati-hati ya," ucap Dipta mengelus rambut anaknya, entah kenapa ada rasa tidak tega untuk pulang dan meninggalkan Nasya.

"Iya pah, makasih," Nasya mencium pipi Dipta lalu keluar mobil.

Kaki Nasya berjalan melewati ruangan-ruangan yang hampir tidak ada orangnya, karena sudah pada pulang. Tapi juga ada beberapa orang yang masih disana.

Entah kenapa ada perasaan tidak enak saat Nasya sudah sampai didepan pintu ruangan Raffa.

Saat Nasya ingin membuka pintunya, Nasya menurun tanganya dan tidak jadi membukannya.

"Mungkin kak Raffa ketiduran kali ya," ucap Nasya pada dirinya sendiri.

Nasya menghembuskan nafasnya kasar.

"Bismillah.... semoga kak Raffa emang masih sibuk sama kerjaan kantornya,"

Tangan Nasya sudah membuka pintu ruangan Raffa, dan ternyata tidak ada seseorang sama sekali. Nasya akhirnya memasuki ruangan itu, namun matanya tertuju kepada dua orang yang sedang duduk disofa.

Deg

Tangan wanita yang berada dipangkuan Raffa yang artinya itu suaminya sendiri sudah bergelayut manja dileher Raffa.

Sesak, yang Nasya rasakan sekarang bagai ada ratusan duri yang menusuknya secara bersamaan. Tenggorokanya terasa sakit, bahkan air matanya sudah tidak bisa dibendung lagi. Apalagi Raffa hanya memakai kemeja tanpa jas, dan tidak menyadari kehadiranya sama sekali.

Nasya tersenyum pahit lalu keluar ruangan itu dengan cepat membuat suara langkahnya terdengar ditelinga Raffa. Raffa membulatkan matanya melihat siapa yang baru saja memasuki ruanganya.

"N-nasya...."

"Kamu manggil siapa sih?" tanya wanita yang menggunakan dress pendek diatas lutut itu.

"Lepas!" Raffa berlari keluar untuk mengejar Nasya yang sudah menangis tidak karuan. Bahkan tidak peduli dengan orang-orang yang melihatnya, yang Nasya ingin hanya menangis sekencang-kencangnya.

"Maaf..."









                   Bersambung.....                   

  

PACARKU ROMANTIS [END]Where stories live. Discover now