15.❤

11.3K 527 6
                                    

                     Happy Reading

                               •
                               •
                               •



Waktu semakin malam, Nasya dan teman-temanya masih berada didalam tenda. Karena sebentar lagi akan ada acara api unggun dan pensi.

"Hwaa...." Nara mengutak-atik tasnya berharap menemukan lipstiknya. Dengan mulut yang masih mendumel tidak jelas Nara terus membongkar isi tasnya.

"Lo nyari apaan sih, Ra. Plis deh berisik banget!" Salsa melempar bantalnya tepat mengenai wajah Nara.

"Make-up gue nggak ada...gimana nih."

"Gue kayaknya ada deh." ucap Dita lalu membuka tas bagian bawahnya. Seingatnya dia pernah menaruh lipstik disitu.

"Ha! Beneran! Mana cepetan cari." Nara yang awalnya duduk disebelah Nasya loncat kearah Dita dengab wajah berbinar.

"Nih." Dita melempar lipstiknya yang langsung ditangkap oleh Nara.

Teman-temanya menatap Nara sambil geleng-geleng kepala.

"Seberapa pentingnya sih itu buat lo?" tanya Dita membuat Nara menghentikan aktivitasnya lalu menaruh cermin dan lipstik tersebut.

Matanya melihat satu persatu temanya.

"Asal kalian tau ya, kita ini perempuan loh. Kalau dandan itu menurut aku wajib, bukan untuk tebar pesona atau apapun. Selagi kita bisa merawat diri kita, kenapa tidak? Bahkan Tuhan ngasih kita tubuh yang mendekati sempurna ini, kita juga harus merawatnya." Nara menjeda ucapanya

"Asal gue seneng, bakal gue lakuin. Gue nggak peduli orang-orang mau bilang apa tentang gue. Kita hidup bukan untuk dinilai, tapi kita hidup untuk menilai diri kita sendiri, apakah kita sudah mensyukuri apa yang diberikan Tuhan, atau belum." setelah mengucapkan itu Nara menyerahkan lipstik tersebut kepada Dita. Setidaknya wajahnya tidak terlihat pucat.

Lalu Nara keluar tenda meninggalkan temanya yang melongo menatap kepergianya.

"Ngomong apa sih?" tanya Salsa

Dita dan Nasya menghendikan bahunya lalu ikut menyusul Nara.

"Nara tunggu!"

"Sini!"

Akhirnya mereka berempat duduk menghadap panggung. Panggung yang dibuat juga cukup sederhana. Karena acara yang akan dilakukan adalah pensi, kelas Nasya sama sekali belum memilih siapa yang akan mewakilkan.

"Kelas kita siapa?" tanya Nasya

"Nggak tau. Mana sih temen kita? Kok nggak ada."

"Lah itu Raka! RAKA!" Dita memanggil Raka supaya mendekat kearahnya.

"Hm.." sahut Raka setelah didepan Dita.

"Suara lo bagus." Raka menaikkan sebelah alisnya mendengar ucapan Dita. Sudah Raka tebak ini cewek pasti ada maunya.

"Why?"

"Lo wakilin kelas kita ya...buat pensi nanti. Lo kan jago gitar terus bisa nyanyi, apa salahnya sih kalau lo manfaatin bakat lo."

Raka tampak berfikir lalu detik kemudian Raka mengangguk.

"Tapi ada syarat-"

Ucapan Raka terpotong karena Arka--ketua osis itu sudah berdiri diatas panggung.

"OKE TEMEN-TEMEN SEMUA. ACARA KITA MALAM INI ADALAH PENSI. JADI SETIAP KELAS HARUS ADA PERWAKILAN, JIKA TIDAK ADA YANG MEWAKILI....AKAN MENDAPATKAN KONSEKUENSI DENGAN HARUS BERJOGET DIDEPAN PANGGUNG DAN MENGHADAP SEMUA PENONTON." Semua siswa yang mendengarkannya kaget sekaligus tertawa. Tidak bisa membayangkan betapa malunya jika harus berjoget didepan panggung.

Sangat memalukan.

"SEMUA SUDAH SIAP?" tanya Arka

"SIAP!!!!" ucap seluruh siswa serentak

Arka menggeser posisinya menjadi dipojok panggung. Lalu mengambil selembar kertas yang akan ditulisi angka. Setelah itu Arka mengguntinya satu persatu dan menggulungnya. Untuk urutan tampil akan diacak sesuai dengan nomor yang dia dapat.

"SILAHKAN PERWAKILAN SETIAP KELAS SATU ORANG UNTUK MENGAMBIL NOMOR URUT."

Kelas Nasya diwakili oleh Baren, selaku ketua kelas mereka.

"Nomor berapa woy!"

Baren mengangkat kertasnya dan menunujukan angka "3". Berati akan tampil diurutan ketiga.

***


Berbeda dengan kelas Raffa yang sangat ramai saling tunjuk-menunjuk siapa yang akan mewakili kelas mereka.

Dengan tanpa dosa, Raffa malah duduk dikursi bawah pohon yang lumayan jauh dengan panggung dengan kaki kirinya berada diatas kaki kananya.

Matanya menatap Nasya yang sedang bercanda dengan teman-temanya dan sesekali tertawa. Meskipun agak gelap, Raffa bisa melihat jika Nasya tersenyum sangat manis.

"Cantik." gumamnya.

Karena sama sekali tidak ada yang mau, akhirnya kelas Raffa hanya memiliki satu tujuan.

Raffa.

Ya, cowok itu memiliki suara yang cukup bagus dan pandai bermain gitar.

Raffa melangkahkan kakinya menuju temanya.

"Raffa aja tu suruh nyanyi. Kelas kita tampil pertama, terus belum tau siapa yang mau wakilin." ucap Seina

"Kok gue!" ucap Raffa tidak terima

"Raffa plisss..."

"SEKARANG KITA MULAI YA...UNTUK PESERTA PERTAMA KITA ADALAH....."

"KELAS 12 A...!"

Raffa mengehla nafasnya, lalu dengan langkah malas kakinya menaiki panggung.

Suara tepuk tangan mulai terdengar, siulan dan beberapa teriakan kaum hawa mulai terdengar.

"Buset kak Raffa coy!"

"Aaaa! Sumpah ganteng banget"

"Aduh damage nya itu lo sampai sini"

"Hah! Sama kak Dinda juga"

"Cocok mereka berdua!"

"Ada apaan dah, rame bener." ucap Salsa lalu mencari sumber teriakan itu dan matanya membulat melihat Raffa dan Dinda diatas panggung.

"Syaaa! Kak Raffa buruan lihat." teriak Salsa tidak tahu tempat, padahal banyak pasang mata yang menatapnya. Tapi tenang saja Salsa tidak peduli, urat malunya sudah putus.

Mendengar teriakan itu Nasya melihat ke atas panggung, dan benar saja ada Raffa dan seorang perempuan.

_________



Raffa melirik Dinda yang mengikutinya dibelakang.

"Ngapain?" tanya Raffa membuat Dita tersenyum.

"Mau ikut lo, gue juga mau nyanyi."

"Lo aja kalau gitu." ucap Raffa lalu berniat pergi. Kalau sudah ada Dinda kenapa harus dia juga.

"Raffa ih! Lo sama gue. Nggak usah banyak tanya." Dinda menarik tangan Raffa supaya segera naik keatas panggung.
















See you next part❤
Jangan lupa bintangnya🤗

PACARKU ROMANTIS [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang