22.❤

10.3K 459 6
                                    

                     Happy Reading

                               ☕

"SYA, TOLONG BELIIN MAMA GARAM!" teriak Risa membuat Nasya yang sedang menatap kearah cermin menghela nafasnya. Tidak seperti biasanya, pagi ini Nasya bersiap untuk sekolah lebih awal.

"Mama nggak tau ya ini udah jan 6 loh ntar aku telat sekolahnya." jawab Nasya lalu menghampiri mamany yang sedang bergulat dengan wajan dan solet didapur.

"Terus kalo masakanya nggak enak gimana dong? Pakek sepeda biar cepet, nih uangnya." Risa menyerahkan selembar uang berwarna hijau kepada Nasya.

Mau tidak mau akhirnya Nasya segera memakai sepatunya, lalu keluar rumah untuk membeli garam. Jangan pikir Nasya memakai motor. Nasya lebih memilih memakai sepeda, sambil olahraga pagi.

Sambil mengayuh sepedanya, Nasya mata Nasya sempat menyipit saat melihat cowok yang tak asing dimatanya. Lelaki itu sedang memakai helmnya.

Tuh kayaknya si Azka deh. Gumam Nasya

Karena memperhatikan Azka terus, Nasya tidak menyadari jika ada batu ditengah jalan. Sepeda Nasya terasa terhuyung dan...

Bruk!

"Aaaa!" pekik Nasya saat sudah terjatuh bersamaan dengan sepedanya

"Awh, sakit banget." Nasya melihat lututnya yang terluka dan mengeluarkan darah. Nasya meniup-niup lututnya. Ingin sekali Nasya menangis tapi malu.

Tin...tin...

Sebuah motor berhenti didepan Nasya. Orang itu turun lalu membantu Nasya berdiri.

"Lo nggak papa kan?" tanya Azka itu s

"Nggak papa kok." jawab Nasya menahan perihnya. "Lo kok bisa disini?" tanya Nasya lalu membantu Azka yang sedang mendirikan sepedanya.

"Tanyanya nanti aja, mending sekarang obatin luka lo aja." Nasya mengangguk lalu teringat sesuatu.

"Kenapa?" Azka menaikkan sebelah alisnya ketika melihat Nasya yang sepertinya memikirkan sesuatu.

Nasya menggaruk keningnya yang tidak gatal "Tadi gue disuruh mama beli garam. Lagian gue juga nggak papa kok." ucap Nasya lalu hendak menaiki sepedanya lagi.

"Sya. Lutut lo berdarah. Ayo gue anter pulang, sepeda lo tinggal aja dulu."

"Yaudah kalau gitu." Azka mulai membantu Nasya berdiri.

Belum sempat Nasya berdiri, ada sebuah mobil putih yang berhenti. Nasya dan Azka menoleh siapa pemilik mobil itu.

Raffa menurunkan kaca mobilnya dengan dahi yang berkerut. Lalu dengan cepat Raffa turun dari mobil.

"Ngapain disini?" tanya Raffa namun matanya menatap Azka. Sedangkan mereka berdua masih berpegangan tangan.

Karena sadar dengan hal itu, Nasya langsung melepaskan tanganya.

"K-kak Raffa..."

BUGH!

Nasya menutup mulutnya kaget saat Raffa tiba-tiba memukul Azka.

"Ngapain lo deket-deket cewek gue!" Raffa menarik kerah Azka.

Nasya memegang lengan Raffa "Kak Raffa udah, dia udah nolongin aku." Raffa melapaskan cekalanya lalu menatap Azka tajam. Melihat raut wajahnya saja Nasya sudah ketakuta.

"Ayo pulang aja..." rengek Nasya. Nasya langsung menarik Raffa.

"Azka, gue duluan ya. Makasih ud-." Ucap Nasya terpotong karena Raffa mengangkat tubuh Nasya seperti karung beras.

"Ya Tuhan! Turunin aku!"

Azka hanya mengangguk sebagai jawaban, padahal Azka kepo siapa lelaki itu.

Raffa melajukan mobilnya.

Sesampainya dipekarangan rumah Nasya, mereka berdua segera turun. Raffa melihat Nasya yang berjalan aneh.

"Kaki kamu kenapa?" tanya Raffa. Raffa memang belum tau jika ada luka dilutut Nasya.

"Jatuh dari sepeda tadi."

"Hah! Kok bisa, terus mana yang sakit?" Seketika mata Raffa melotot melihat lutut Nasya yang mengeluarkan darah. Dengan cepat Raffa menggendong tubuh Nasya. Nasya pun melingkarkan tanganya dileher Raffa, lututnya terasa berdenyut.

Saat Raffa didepan pintu, bersamaan dengan Risa yang juga membuka pintu.

"Lho lho...ini kenapa kok gendong-gendongan segala?" Risa kaget saat melihat anaknya sudah digendongan Raffa. Raffa memang sudah akrab dengan Risa, semenjak mereka jadian Nasya menceritakan semuanya pada Risa. Tidak ada yang Nasya sembunyikan.

Raffa mendudukan Nasya disofa diikuti Risa.

"Nasya jatuh bun."

"Jatuh? Kok bisa sih, padahal tadi mama suruh beli garam lo."

"Mama kok marahain aku sih! Lebih sayang garam daripada anak sendiri." Nasya mengerucutkan bibirnya.

Risa langsung mengambil kotak p3k dan mulai mengobati luka Nasya.

"Biar aku aja bun, sini." Risa menyerahkan kotak tersebut kepada Raffa. Lalu berjalan kearah dapur untuk mengambil minuman.

Raffa sudah selesai mengobati luka Nasya dan audah ditempeli penutup luka.

"Lain kali hati-hati." ucap Raffa lalu mengusap kening Nasya.

"Kalau kaki kamu masih sakit nggak usah sekolah."

"Aku nggak papa kok, lagian hari ini ada ulangan harian masa aku nggak masuk."

"Iya sayang, tapi hati-hati nggak usah banyak gerak." Raffa mencium pipi Nasya.

"Iya kak Raffa."

"Oh iya, cowok tadi siapa. Kayaknya akrab banget."

"Temen aku, dia juga satu kelas sama aku." jawab Nasya membuat Raffa mengangguk

"Jangan deket-deket sama dia. Aku nggak suka." ucap Raffa sedikit kesal.

Nasya memeluk Raffa dari samping "Iya...sayang."

"Apa tadi kamu bilang apa? Aku nggak denger." Nasya menjauhkan posisinya dari Raffa.

"Tau ah!"












                            TBC!
                     VOTE YAA:)

PACARKU ROMANTIS [END]Where stories live. Discover now