61. ❤

7K 306 22
                                    

Waktu sudah mulai gelap, sedangkan Nasya masih berada didalam kamarnya dengan matanya yang sembab karena terlalu lama menangis. Nasya tidak mau pulang kerumahnya dan memutuskan untuk tinggal dirumah mamanya sampai perasaannya sedikit tenang, meskipun itu tidak mungkin.

"Nasya...Mama masuk ya," ucap Risa sambil membuka pintu kamar anaknya

Nasya tidak menjawabnya, lalu Risa duduk disamping Nasya dan mengusap pelan rambutnya "Udah malem loh, kamu belum makan. Makan dulu ya," bujuk Risa

"Nanti aja ma, belum laper," jawab Nasya seadanya.

Risa menghela nafasnya "Coba kamu telfon Raffa, mama tau kamu memang lagi ada masalah tapi kamu juga nggak boleh gitu,"

Nasya melirik benda pipihnya diatas nakas yang sengaja dia matikan.

"Hpnya Nasya matiin ma," Risa hanya bisa diam, Nasya tetaplah Nasya yang tidak mau dipaksa.

"Yaudah kalau gitu mama keluar dulu ya, kalau ada apa-apa panggil mama aja," ucap Risa lalu mengecup puncak kepala anaknya.

Nasya hanya mengangguk lalu kembali merebahkan tubuhnya.

//pukul : 22.00//

Sudah dari tadi Nasya berusaha tidur namun tetap tidak bisa, kejadian tadi siang terus berputar kepala Nasya membuat hatinya terasa semakin sakit.

Nasya menopang dagunya sambil mengamati langit malam yang dihiasi bintang dan bulan lewat jendela kamarnya, meskipun tadi cuaca tidak baik namun malamnya menjadi indah. Seperti saat ini, Nasya yakin setelah merasa sedih pasti akan merasakan bahagia juga.

Terlalu sibuk dengan pikiranya sendiri, Nasya tiba-tiba teringat sesuatu lalu ujung bibirnya terangkat meskipun sedikit terpaksa.

Tanganya mengelus perutnya yang sudah sedikit membesar "Tuh kan, mama lupa kalau ada kamu. Maafin mama ya, sekarang kita makan yuk," ucap Nasya lalu menuruni tangga untuk menuju dapur. Nasya tidak boleh egois apapun yang terjadi dan apapaun masalahnya Nasya juga harus memikirkan kesehatannya, apalagi sedang mengandung saat ini.

Nasya membuka kulkas yang berisi berbagai macam makanan, namun matanya tertuju pada buah apel merah.

"Kayaknya enak nih," Nasya mengambil buah apel itu dan mengupas lalu memakannya.

Nasya hanya menghabiskan separuhnya lalu kembali lagi kekamarnya, Nasya tidak ingin makan saat ini daripada harus dipaksa namun hanya sia-sia karena akan dimuntahkan.

"Kak Raffa lagia ngapain ya...udah makan belum ya..." ucap Nasya dengan air matanya yang sudah menetes.

Nasya mengusap air matanya lalu mengambil handponenya dan menyalakanya.

Ting ting

Banyak sekali notifikasi yang masuk dari Raffa. Nasya hanya membuka tanpa membalasnya, lalu tepat saat itu juga ada panggilan masuk dari Dara.

"Woy!"

"Malem-malem telfon kenapa, Dar?"

"Besok lo masuk kan?"

"Nggak tau ya besok,"

"Hah! Lo sakit ya? Suara lo lemes gitu? Woy kenapa lo Sya?"

"Gue nggak papa cuma masuk angin doang kok, gue mau tidur nih. Matiin ya,"

"Yah lo mah, yaudah kalau gitu. Selamat tidur haha,"

"Iya Dara,"

Nasya segera mematikan sambungnya karena jika bicara dengan Dara tidak mungkin ada habisnya dan itu malah membuat Nasya semakin pusing.                              
                                                                        
                          ⚪⚪⚪                                                                   

Raffa membuka pintu rumahnya kasar dan mengabaikan bi Ami yang kaget karena sedang beres-beres. Raffa menuju kamarnya lalu terus mencoba menghubungi Nasya. Namun sialnya nomor Nasya tidak aktif membuat Raffa semakin bingung harus bagaimana lagi.

"Sial!" Raffa membanting handponenya dikasur lalu menuju kamar mandi untuk mengguyur tubuhnya yang sudah basah.

Tidak butuh waktu lama Raffa sudah keluar dengan rambutnya yang masih basah dan menetes dipelipisnya.

Suara ketukan pintu membuat Raffa berdecak kesal "Masuk aja," ucap Raffa lalu munculah bi Ami.

"Ada tamu dibawah katanya nyariin mas Raffa," ucap bi Ami membuat Raffa mengerutkan keningnya, siapa tamu yang datang malam-malam.

"Bilang bi, kalau saya lagi tidur."

"Nggak bisa mas, soalnya tamunya perempuan katanya ada urusan penting sekali," ucap bi Ami seadanya karena memang seperti itu kenyataannya.

"Ck! yaudah bentar," bi Ami hanya mengangguk lalu meninggalkan Raffa.

Raffa tidak tau siapa tamunya yang datang, dan hanya memakai kaos putih polos seadanya dan celana pendek. Kalau memang tamunya adalah orang yang berkaitan dengan perusahaan pasti sudah mengabari sebelumnya, dan ini sama sekali tidak ada perjanjian apapun.

Raffa menuruni tangganya dan langsung menuju ruang tamu, Raffa memelototkan matanya kaget. Bagaimana tidak yang datang adalah Laura, lalu bagaimana wanita itu bisa tahu alamat rumahnya yang sekarang, namun Raffa tidak memikirkan hal itu karena semuanya pasti bisa dilakukan oleh mantan kekasihnya itu.

Laura tersenyum senang saat melihat Raffa yang sudah bersandar didinding tanpa berniat duduk disofa.

"Ngapain lo kesini?" tanya Raffa ketus membuat raut wajah Laura yang awalnya gembira menjadi sedih.

"Kangen sama kamu," ucpnya enteng lalu berdiri dan menghampiri Raffa.

Raffa memutar bola matanya malas "Cih! Jijik,"

Laura menyipitkan kedua matanya "Tapi kamu sayang kan sama ak-"

"Itu dulu! Mending sekarang lo pulang atau gue panggilin satpam didepan buat ngusir lo," potong Raffa karena sudah muak dengan tingkah Laura.

"Panggil aja, aku juga nggak bakalan pulang. Mau liat istri kamu katanya lagi hamil ya, beneran anak kamu atau bukan?" tanya Laura yang diakhiri dengan tawanya yang menyeramkan seperti kuntilanak membuat Raffa bergidik ngeri, sebenarnya orang ini sehat atau tidak.

Raffa tesenyum meremehkan "Jelas anak gue lah,"

"Aku nggak percaya," Laura menyilangkan kedua tanganya lalu menepis jaraknya dengan Raffa.

Raffa tidak bisa mundur karena terhalang dinding, jari-jari Laura dengan kuku yang berwarna biru muda itu menyusuri dada bidang Raffa membuat Raffa was-was.

"Aku mau jadi milikmu..." bisik Laura sambil memeluk leher Raffa.

Raffa diam membeku, gampang sekali Laura berkata seperti itu seakan tidak ada beban, namun tidak lama kemudian Raffa menyingkirkan tubuh Laura lalu meninggalkannya.

"Dasar wanita gila!"














                      Bersambung........             

PACARKU ROMANTIS [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang