37. ❤

7K 312 8
                                    

"Mau ngomong apaan sih sebenernya, gue ada urusan bentar lagi," ucap seorang lelaki yang tak lain adalah Raffa. Sudah hampir setengah jam dia bersama Alin disebuah cafe namun hanya diam diantara mereka. Sedangkan Alin hanya menunduk dia bingung harus berbicara apa kepada Raffa, karena hanya Raffa yang mungkin bisa menolongnya.

Tiba-tiba Alin menangis namun air matanya segera dia usap dengan tanganya, matanya menatap Raffa penuh harap.

"Kalau kesini cuma nyuruh liat lo nangis mending gue pergi aja, buang-buang waktu!" Raffa berdiri lalu hendak pergi.

Alin segera mencekal lengan Raffa "Raf... jangan pergi..." ucap Alin lemah. Raffa yang melihatnya tidak tega lalu kembali duduk.

"Udah nggak usah nangis lagi, lo mau ngomong apa? Selagi gue bisa bantu gue bakal bantu lo," Raffa meneguk minumanya lalu menatap Alin.

"Mama sakit Raf, aku harus balik buat lihat keadaan mamaku. Tau sendiri kan aku cuma punya dia..." Alin terus meneteskan air matanya.

"Terus?"

"Kamu mau kan temenin aku kesana, plis Raf," Alin memohon supaya Raffa mau menemaninya. Raffa hanya mendengus kesal, kenapa harus dia yang diajak? Ya meskipun Raffa tau Alin hanya hidup bersama mamanya. Lalu kenapa Alin bisa kuliah di Jerman? Sudah pasti karena prestasi Alin yang tidak bisa diragukan lagi sehingga dia mendapat beasiswa. Alin ingin sekali membahagiakan mamanya karena hanya mamanya satu-satunya keluarga yang Alin punya. Papanya? Dia sudah meninggal waktu Alin kecil karena kecelakaan beruntun.

Namun mamanya sempat kecewa dengan Alin, karena sudah menolak perjodohannya dengan alasan Alin tidak suka dengan lelaki itu, meskipun dia sudah mapan dan masih muda serta wajahnya yang tidak bisa dibilang pas-pasan itu sudah tertangkap basah Alin saat dia bersama seorang wanita yang bermesraan dalam mobil. Alin sudah memberitahu mamanya kalau lelaki itu tidak baik dan sudah berselingkuh, namun apa yang bisa Alin lakukan mamanya tetap tidak percaya dan tetap ingin menjodohkannya, karena mama Alin percaya jika dengan dia dijodohkan dengan denganya masa depan Alin pasti terjamin.

Alin terus menolak perjodohan itu, sehingga mamanya sempat drop dan sakit-sakitan. Dan sekarang keadaannya sudah parah, Alin harus menemui mamanya.

"Kenapa harus gue?" Raffa mengangkat sebelah alisnya.

"Cuma kamu Raf yang bisa bantuin aku. Aku mohon saat aku nemuin mama disana aku udah tunangan sama kamu,"

Tak

Apaan ini? Enak sekali Alin bilang seperti itu. Apa dia pikir semudah itu dia menerimanya sedangkan ada hati yang harus Raffa jaga.

"Sory, gue nggak bisa. Lagian lo gila apa ngajakin tunangan, hah?!" Raffa memijat pangkal hidungnya karena tidak percaya dengan omongan Alin.

"Raf...plis tolongin aku mama pasti kecewa sama aku kalau sampai aku masih sendiri, aku harus cari pengganti mas Daren. Nggak papa kita cuma bohongan didepan mama yang penting mama sehat dulu, masalah tunangan bisa kita pikirin lagi," Alin memelas pada Raffa.

"Daren siapa?" tanya Raffa membuat Alin menghela nafasnya. Dia memang harus menceritakannya semua pada Raffa supaya dia tidak salah paham dan tau maksud Alin. Alin rela cintanya tidak dibalas Raffa, dia ikhlas menghilangkan perasaan nya pada Raffa. Jujur Alin saat ini sama sekali tidak memikirkan perasaanya pada Raffa, yang dia pikirkan hanya mamanya.

.
.
.
.

Setelah menjelaskan semuanya pada Raffa, akhirnya Raffa mempertimbangkanya.

"Keputusannya aku tunggu besok Raf, aku juga harus buru-buru balik ke Indonesia secepatnya. Harapanku kamu mau nolongin aku Raf, makasih aku pergi duluan," setelah mengucapkan itu, Alin meninggalkan cafe itu.

Sedangkan Raffa bingung sendiri, dia juga kasihan dengan Alin meskipun sering membuatnya kesal karena tingkahnya. Dia bisa melihat tidak ada kebohongan di mata Alin, dia benar-benar butuh bantuanya.

__________________

Dilain tempat

Gadis yang berbaring itu terus memainkan game dihandphonenya,  dengan alasan bosan. Sudah empat hari Nasya dirumah sakit dan belum diperbolehkan pulang, jika boleh mungkin besoknya Nasya akan pulang.

Suara ketukan pintu membuat Nasya kaget dan menaruh handponenya.

"Masuk aja," ucap Nasya sedikit keras.

Lalu munculah Dita dan Salsa yang membawa aneka buah-buahan didalam plastik putih transparan membuat Nasya bisa melihatnya.

"Loh mama lo kemana?" tanya Dita lalu meletakan buah-buahan meja disamping Nasya.

"Beli makan tadi katanya," jawab Nasya.

"Kapan lo boleh pulang Sya?" Salsa mendekati Nasya dan duduk dikursi disebelah Nasya.

Nasya menghembuskan nafasnya

"Besok kalau boleh," ucap Nasya lesu sambil menekuk wajahnya.

"Nggak usah sedih gitu muka lo, jelek tau hahahaha," sahut Dita disusul tawanya membuat Nasya kezellll.

"Pergi aja lah kalian!" Ucap Nasya kesal membuat Salsa dan Dita tidak bisa menahan tawanya. Padahal mereka cuma bercanda malah diambil hati.

"Beneran nih diusir, yaudah ayo Sal kita pergi aja," Dita menarik lengan Salsa membuat Nasya menahanya.

"Baperan," cibir Nasya.

"Situ kali yang baperan mbak," ucap Dita tidak mau kalah

"Serah lu,"

Bersambung.....

Jangan lupa vote....❤

  

PACARKU ROMANTIS [END]Where stories live. Discover now