30.❤

8.2K 349 3
                                    


Bel istirahat berbunyi, Nasya dan Dita membereskan buku-buku yang beserakan dimejanya kedalam tasnya lalu menuju kantin untuk memberi makan cacing diperut mereka.

Nasya dan Dita berjalan sambil bergandengan tangan dan mengabaikan manusia tidak berwujud yang sedari tadi membututi mereka berdua, siapa lagi kalau bukan Azka.

Nasya dan Dita juga sampai heran dengan Azka, nggak punya kerjaan lain apa selain ngekorin mereka.

Setelah sampai dikantin Nasya segera  duduk dikursi kayu yang panjang sedangkan Dita memesan makanan untuk mereka berdua, kecuali Azka!.

Azka menahan Dita saat dia akan memesan makanan.

"Biar gue aja, mending lo berdua aja duduk manis disitu," ucap Azka sambil menaik turunkan alisnya.

Dita segera duduk disamping Nasya, membuat Azka mencegahnya.

"Eit, itu tempat duduk gue jangan lo dudukin ntar bau menyan," Dita menabok lengan Azka membuat sang empu meringis, dasar ya cewek emang mainya kasar.

"Lo pikir gue dukun apa pakek bau menyan segala, lagian gue itu wangi sepanjang hari,"

"Pergi nggak lo," Azka menjambak rambut Dita yang dikuncir kuda membuat Dita sedikit mendongak.

Dita menggeram kesal lalu duduk dikursi depan, jadi sekarang Dita berhadapan dengan Nasya.

"Nah gitu dong," ucap Azka lalu meninggalkan mereka.

Setelah itu Dita membiarkan Azka memesanakan makanan, ya daripada harus ngantri disana mending Azka aja, secara dia kan juga menawarkan diri.

Nasya hanya terkekeh melihat perdebatan mereka berdua.

"Tuh orang dikasih makan apa sih nyebelin banget jadi orang," dumel Dita sambil menghentakan kakinya.

Nasya hanya menghendikan bahunya acuh membuat Dita menatapnya malas.

"Eh Sya ngomong-ngomong kemarin gimana soal Azka?" tanya Dita yang melihat Nasya hanya diam saja.

Kemarin setelah Nasya diajak bolos sama Azka, pulangnya Nasya bercerita dengan Dita tentang Azka yang ngungkapin perasaanya.

"Ya gitu deh masih sama aja, gue juga udah bilang sama dia kalau temenan aja," jawab Nasya.

"Terus?" tanya Dita.

"Iya,"

"Iya gimana sih Sya? yang bener dong," kesal Dita yang mendengar jawaban Nasya tidak nyambung.

"Ya Azka bilang iya gitu katanya, tapi gue juga nggak tau," Nasya menghendikan bahunya.

"Yaudah nggak usah dipikirin, terus hubungan lo sama kak Raffa gimana?" tanya Dita membuat raut wajah Nasya menjadi sedih.

"Susah banget hubungin kak Raffa, terakhir kali dia ngirim pesan lewat e-mail minggu lalu, terus gue hubungin nomornya juga nggak aktif," ucap Nasya lesu.

Dita mengelus tangan Nasya "mungkin dia sibuk Sya, lo nggak boleh mikir yang macem-macem sama dia. Jarak lo sama kak Raffa kan juga jauh pasti ada saja yang menghalangi, yang penting lo sabar. Lain kali coba hubungin terus kak Raffa pasti juga bisa. Lagian dia pasti hubungin lo kok, percaya deh sama gue," ucap Dita lalu mencubit kedua pipi sahabatnya gemas.

"Senyum dong tayang,"

Nasya tersenyum paksa membuat Duta mendengus kesal "senyum itu yang iklas," cibir Dita.

"Pesanan datang," ucap Azka sambil membawa nampan berisi tiga mangkok bakso.

"Lo cocok Az kalau jadi pelayan," sahut Dita membuat Azka menatapnya tajam.

"Gundulmu,"

Azka menonyor kepala Dita, lalu duduk disamping Nasya.

"Mau gue suapin" tanya Azka pada Nasya yang sedang menyuapkan baksonya dengan malas.

Nasya menggeleng "nggak usah, gue bisa sendiri,"

Sedari tadi Azka memperhatikan Nasya makan yang menurutnya menggemaskan.

Saat dipertengahan makan mereka, tiba-tiba Salsa datang lalu menumpahkan minuman yang dia pegang tepat mengenai Nasya.

Nasya kaget begitu juga Azka dan Dita.

Dita menatap Salsa tajam lalu berdiri hendak membalas Salsa namun ditahan Nasya. Nasya menggeleng memberi isyarat supaya Dita tidak membalasnya.

Azka juga menatap Salsa tajam, membuat Salsa ketakutan. Dia tidak habis pikir respon Azka seperti ini.

Nasya melihat bajunya yang sudah basah, dia harus cepat-cepat ganti baju karena mengenai dalaman Nasya juga.

Dita menarik tangan Nasya menuju uks untuk ganti baju. Sebelum meninggalkan kantin Dita sempat mendekati Salsa lalu menunjuk wajah Salsa "sekali lagi lo buat ulah, gue nggak bakal diem!"

Nasya langsung menarik Dita, bisa perang dunia kalau dibiarin.

"Lo pikir gue takut apa?" Ucap Salsa lalu menyilangkan tanganya didepan dada.

"Dasar orang nggak tau minta maaf!" Ucap Dita lalu kembali mendekat ke arah Salsa namun dengan cepat Nasya menarik tangan Dita untuk meninggalkan kantin yang pastinya pusat perhatian tertuju pada merkea berempat.

Azka menatap Salsa tajam lalu menarik tangan Salsa dengan paksa membuat Salsa terus meronta.

"Lepasin, sakit tau lagian lo kasar banget sih sama cewek," ucap Salsa namun Azka tetap menarik tangan Salsa.

Azka membawa Salsa ke dekat gudang belakang sekolah tanpa memperdulikan ocehan Salsa.

Azka mendudukan Salsa dikursi yang sudah berdebu. Azka mengunci tubuh Salsa dengan tanganya yang berada si samping kursi.

Salsa jadi takut, wajah Azka semakin memerah karena marah.

Azka mendekatkan wajahnya "mau lo apa?!" Tanya Azka lirih namun penuh penekanan.

Salsa hanya menggeleng, matanya berkaca-kaca, Salsa sangat takut saat ini.

Azka yang melihatnya jadi tidak tega lalu mengelus pipi Salsa lembut. Salsa menatap Azka yang tersenyum ke arahnya.

"Lo suka sama gue kan?" tanya Azka membuat Salsa membeku, mulutnya ingin berkata iya namun lidahnya sangat kaku untuk digerakkan.

Azka tersenyum

"Mulai sekarang lo pacar gue,"

PACARKU ROMANTIS [END]Where stories live. Discover now