>berhenti?<

743 114 9
                                    

"Udah selesai ini kita pulang ya. Dokter udah bolehin kamu pulang," Ucap Kanaya seraya menyuapi (Namakamu) sesendok bubur.

"Bunda jangan salahin Kak Iqbaal."

Kanaya terdiam sesaat lalu tersenyum, "Bunda gak salahin Iqbaal kok. Bunda juga tau ini salah teman kamu bukan salah Iqbaal."

(Namakamu) menghela nafas panjang. Untung laki-laki itu tidak menjelaskan latar belakang kejadian ini secara rinci kepada ibundanya. Oh untuk Iqbaal yang tiba-tiba datang ke gedung tua itu, kemarin (Namakamu) sempat menghubungi Iqbaal ketika berada di mobil Biya. Dan untungnya Iqbaal bisa mengacak lokasi dimana (Namakamu) berada lewat ponselnya.

"Dia Iqbaal kakak kelas kamu yang waktu itu ke cafe bunda kan sama teman-temannya?" Tanya Kanaya. Ekspresinya menggoda.

(Namakamu) mengangguk dengan perasaan sedikit malu.

"Kenapa kamu bisa sama dia?" Tanya Kanaya menggoda.

"Mmmm kebetulan aja (Namakamu) kepilih jadi vokalis band nya. Jadi (Namakamu) suka bareng dia."

"Terus kamu tidur dimana selama ini? Kamu udah nggak di skors kan?" Tanya Kanaya. Ia menyuapkan sesendok buburnya lagi kepada sang anak.

(Namakamu) menggeleng, "Nggak Bun. Mm (Namakamu) minta maaf."

Kanaya mengangkat kedua alisnya menunggu gadis itu melanjutkan pembicaraannya.

"(Namakamu) nginap di apartemen Kak Iqbaal selama ini. T-tapi (Namakamu) gak ngapa-ngapain kok," Ucap (Namakamu) menatap sang ibunda.

Kanaya menahan senyumnya, "Kamu suka Iqbaal ya?"

(Namakamu) dengan cepat menggelengkan kepalanya, "Enggak bunda."

"Masa?" Goda Kanaya.

"Ish (Namakamu) gak boong!" Rengek (Namakamu).

Kanaya terkekeh. Tangan kanannya terangkat mengusap pucuk kepala gadis itu.

"Udah ini kita pulang ya," Ucap Kanaya. (Namakamu) mengangguk.

(Namakamu) menatap sekeliling taman rumah sakit. Dia duduk di kursi roda karena belum kuat untuk berjalan. Ia suntuk di dalam kamar rawat.

(Namakamu) menghela nafas. Sudah tiga hari ia tidak melihat Iqbaal. Apa pria itu marah? Atau dia benar-benar mencoba pergi dari kehidupannya?

Sejujurnya (Namakamu) benar-benar rindu. Sangat rindu. Iqbaal hilang tanpa kabar.

(Namakamu) menunduk. Oh ayolah, mengapa ia harus menangis? Mengapa kedua matanya tidak bisa diajak kompromi untuk saat ini?

"(Namakamu)."

Dan sekarang mengapa suara itu harus terngiang-ngiang di telinga gadis itu?

"(Namakamu) ini gue."

(Namakamu) mendongakkan kepalanya. Ia terkejut, mengapa bisa ibundanya berubah menjadi sosok laki-laki yang ia rindukan akhir-akhir ini?

"Bunda mana?" Tanya (Namakamu).

Iqbaal duduk di kursi taman lalu menatap (Namakamu).

"Tante Naya udah ke dalam. Gue mau bicara berdua sama Lo," Ucap Iqbaal.

(Namakamu) menatap kedua mata Iqbaal. Tersirat kilatan aneh di kedua mata pria itu. Keduanya saling tatap untuk beberapa detik.

"Gue minta maaf," Ucap Iqbaal dingin.

(Namakamu) memainkan jari tangannya. Ia menunduk.

"Gak ada yang perlu dimaafin."

Iqbaal memegang dagu gadis itu lalu mengarahkan wajah (Namakamu) ke arahnya.

Ketua Geng [Completed]Where stories live. Discover now