>keracunan?<

1K 160 12
                                    

(Namakamu) menatap beberapa orang yang berlalu lalang di depannya. Pasar malam sudah mulai sepi karena hari pun semakin larut malam. Ia menghela nafas. Kemana Iqbaal? Lelaki itu menghilang sejak dirinya pamit untuk membeli air mineral. Tepatnya saat 2 jam yang lalu.

3 jam.

4 jam.

5 jam.

Sudah cukup. Kemana pria itu? Apa ia sengaja meninggalkan nya sendiri disini? Tapi (Namakamu) tidak yakin dengan pikirannya itu. Karena ia sangat percaya bahwa Iqbaal telah berubah.

Gadis itu menatap langit yang bergemuruh. Sepertinya hujan akan segera turun dalam hitungan detik. Ia menatap sekelilingnya, tak ada satu orang pun yang setia berada di pasar malam ini. Bahkan pedagang-pedagang pun sudah tidak ada disini. Bagaimana ini? Apakah ia harus menunggu Iqbaal? Atau lebih baik ia pulang?

"Gue beli air minum dulu ya. Lo tunggu disini sampai gue balik."

(Namakamu) menggeleng-gelengkan kepalanya. Ia harus menunggu lelaki itu sampai ia kembali. Kedua tangannya memeluk tubuhnya erat ketika rintik hujan mulai turun bersama petir yang menggelegar.

Gadis itu menunduk. Seketika rasa sakit muncul di bagian kepalanya bersamaan dengan dadanya yang terasa sesak. Ia memegang erat kursi yang didudukinya seraya menahan sakit yang tiba-tiba muncul.

Tanpa disadari, air mata (Namakamu) jatuh dari kedua bola matanya. Ia sudah tak kuat lagi, tapi ia tak bisa meninggalkan pasar malam ini. Bagaimana jika Iqbaal mencarinya?

(Namakamu) sekarang tak bisa melakukan apa-apa. Yang hanya ia lakukan adalah memeluk tubuhnya sendiri seraya menahan rasa sakit. Ia berharap lelaki itu segera datang.

>>><<<


"Gue mau pulang, kak!"

Kevin menahan lengan gadis itu sehingga membuat posisinya kembali tertidur. Ia menatap wajah pucat (Namakamu). Satu jam yang lalu ia menemukan gadis itu tergeletak di kursi taman pasar malam yang ia lewati. Dan ia membawa gadis itu ke rumahnya. Tak ada salahnya kan? Lagi pula gadis itu sebentar lagi akan menjadi miliknya seutuhnya.

"Lo masih sakit."

(Namakamu) melirik jam dinding yang berada di kamar Kevin setelahnya ia menatap lelaki yang duduk di tepi ranjang.

"Gue mau pulang. Bunda pasti nyariin gue!" Ucap (Namakamu) keras.

Kevin tersenyum miring, "Ini jam 1 malam. Gak usah so deh (Nam), Lo mau diculik?"

(Namakamu) menatap kedua tangannya. Benar kata Kevin, di satu sisi ia sangat takut jika pria yang sering beradu dengan minuman keras mengganggunya. Namun, bagaimana dengan sang ibunda?

"Kak, gue mau pulang," Ucap (Namakamu) pelan.

Kevin menarik selimut yang menutupi tubuh (Namakamu) kemudian ikut berbaring di samping gadis itu. (Namakamu) yang mendapat perlakuan itu pun dengan cepat beranjak dari ranjang kemudian memukul lelaki itu.

"Gak usah keterlaluan ya Lo!" Emosi (Namakamu).

Kevin menatap (Namakamu) yang kini berdiri di samping ranjang. Ia menarik pergelangan tangan gadis itu membuat wajah (Namakamu) mengenai dada bidang Kevin.

"Diem disini. Atau waktu Lo habis sekarang juga?" Kevin tersenyum miring.

(Namakamu) memejamkan matanya. Ia memukul dada bidang Kevin kemudian berlari menuju pintu kamar. Sepertinya saat ini semesta tak berpihak pada gadis itu. Buktinya sekarang ia tengah memukul-mukul pintu agar pintu itu tidak terkunci lagi.

Ketua Geng [Completed]Where stories live. Discover now