>menjadi vokalis?<

850 136 17
                                    

"Kak, kita nggak akan di marahin emangnya? Kita kan nggak sekolah," Ucap (Namakamu) seraya menatap pergelangan tangannya yang ditarik oleh Iqbaal.

Iqbaal melirik (Namakamu) sekilas, "Ssst kita bisa masuk lewat rooftop.

(Namakamu) mengernyitkan kedua alisnya, "Rooftop kan ada di atas kak. Sedangkan tangga nya ada di dalam sekolah, jadi gimana caranya kita naik?"

"Terbang."

Seketika wajah (Namakamu) berbinar, "Wah terbang?! (Namakamu) baru tau kak Iqbaal bisa terbang."

Iqbaal hanya tersenyum kecil menanggapi respon gadis itu. Ia sibuk berjalan di atas trotoar dengan gadis di sampingnya.

"Tapi Kak Iqbaal tau gak sih yang terbang-terbang itu biasanya menyeramkan. Kayak kecoa terbang misalnya, (Namakamu) sih takut. Kak Iqbaal takut nggak?" Tanya (Namakamu).

Iqbaal menggeleng seraya terkekeh, "Nggak lah. Kecoa sama gue kan lebih besar gue, jadi nggak usah takut."

(Namakamu) menatap Iqbaal yang tengah menatap jalanan, "Apanya yang besar kak?"

"Ck badannya lah! Masa sayapnya!" Kekeh Iqbaal.

(Namakamu) mengerjabkan beberapa kali kedua matanya kemudian nyengir kuda. Kedua kakinya melangkah masuk ke sebuah gedung usang bersama lelaki yang kini menggenggam tangannya.

"Kak? Kita ngapain kesini?" Tanya (Namakamu) seraya memandang gedung tua yang kini menjadi tempat yang sedang ia kunjungi bersama lelaki di sampingnya.

"Ayok ikut aja."

(Namakamu) terdiam dengan pandangan yang menelusuri seluruh penjuru gedung tua itu. Ia membulatkan matanya ketika keduanya telah sampai di lantai paling atas gedung itu.

"Kak, kakak tau tempat ini darimana?" Tanya (Namakamu) seraya menatap hamparan kota di depannya.

Iqbaal tersenyum kemudian memasukkan tangannya ke saku celananya, "Ini tempat gue."

"Kak Iqbaal yang bikin?"

Iqbaal menggeleng, "Ini dibikin waktu dulu gue kelas 9. Sengaja, karena dulu gue suka menyendiri."

(Namakamu) menatap Iqbaal yang kini tengah menatap objek di depan sana.

"Emangnya kak Iqbaal nggak kesepian ya? Ini gedung tua loh?"

Iqbaal menggeleng seraya tersenyum tipis, "Gue udah terbiasa sendiri. Dan seharusnya gue gak merasa kesepian meskipun terkadang iya."

(Namakamu) menghadapkan tubuhnya ke samping sepenuhnya. Kedua ujung bibirnya terangkat.

"Kak Iqbaal pernah ngerasain yang namanya kehilangan?"

Iqbaal ikut membalikkan tubuhnya ke samping. Alhasil kedua orang itu kini saling berhadapan dengan sebuah kilatan di kedua matanya masing-masing.

"Gue nggak pernah ngerasain kehilangan."

(Namakamu) mengalihkan pandangannya dari lelaki itu kemudian menghela nafas.

"Kalau gitu, berarti kak Iqbaal beruntung."

Iqbaal menatap gadis itu. Apakah gadis itu pernah merasakan kehilangan? Bagaimana rasanya?

"Lo pernah kehilangan?"

(Namakamu) menatap kedua bola mata teduh milik Iqbaal.

"Lebih tepatnya proses."

Iqbaal sedikit tersentak dengan ucapan gadis itu, "Maksud Lo?"

(Namakamu) tersenyum, "Bunda dan adik, benci (Namakamu) karena mereka termakan berita gak bener yang sekarang lagi beredar tentang (Namakamu)."

Ketua Geng [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang