>rumah sakit<

807 108 11
                                    

(Namakamu) menggeleng-gelengkan kepalanya. Ia mengeratkan kedua tangannya, rasanya dunianya sudah hancur. Perasaannya benar-benar sudah tak bisa dijelaskan lagi.

"Lo siap?" Tanya Biya tersenyum.

(Namakamu) menunduk. Bibirnya tak sanggup lagi berbicara. Rasanya benar-benar sakit.

"Kenapa Lo? Sakit? Hah?" Tawa Biya.

(Namakamu) menggeleng-gelengkan kepalanya. Ia menggigit bibir bawahnya. Menahan rasa sakit yang menjalar di tubuhnya.

"Oke kurang sakit ya?" Biya menatap sebotol air keras kemudian tertawa.

"Good bye (Namakamu)," Tawa Biya.

Brakk

Biya terkejut menatap seseorang yang kini berdiri di dekat tangga dengan rahang yang mengeras.

"LO SENTUH DIA, HIDUP LO HANCUR!"

Gertakan itu membuat Biya sedikit menciut. Ia mencoba untuk tidak takut, tetapi percuma. Bayangan kabar kematian Adelia kini memutar di otaknya. Ia memundurkan langkahnya ketika lelaki itu berjalan dengan tawa sinisnya.

"Siapa Lo?" Tanya Iqbaal tajam.

Biya terus berjalan mundur hingga punggungnya mengenai dinding. Ia menatap kedua preman di sampingnya. Lalu dengan cepat kedua preman itu menghajar Iqbaal. Kesempatan itu Biya gunakan untuk kabur. Cih, gadis pengecut.

Bugh

Bugh

Bugh

"Bangsat!!!"

Kedua preman itu sudah terkapar dengan wajah yang babak belur. Mereka menutup matanya takut menatap lelaki yang kini tengah tersenyum sinis.

Iqbaal berdecih lalu menghampiri (Namakamu) yang kini terduduk menangis dengan tangan yang diikat kuat.

Gadis itu mendongak menatap Iqbaal yang kini memegang bahunya. Ia memberontak, mencoba untuk melepaskan tangan Iqbaal yang terus memegang lembut bahunya.

"(Namakamu) gak akan ganggu lagi. (Namakamu) mohon jangan ganggu keluarga (Namakamu)," Ucap (Namakamu) lirih.

Iqbaal mengerutkan dahinya lalu dengan segera melepaskan ikatan gadis itu. Ia menatap seluruh tubuh gadis itu luka mengeluarkan darah. Tangannya terkepal. Ia berjanji akan balas dendam.

Iqbaal mencoba memeluk (Namakamu) namun gadis itu memberontak mundur. Ia menangis sejadi-jadinya ketika teringat kata demi kata yang Biya ucapkan.

"Lo kenapa? Ini gue Iqbaal," Ucap Iqbaal bingung. Gadis itu seperti berniat menjauhinya.

(Namakamu) menggeleng-gelengkan kepalanya, "Pergi. (Namakamu) gak mau keluarga (Namakamu) meninggal."

Iqbaal benar-benar tidak mengerti. Dirinya salah apa? Bahkan ia baru saja menyelamatkan nyawa gadis itu. Tapi tingkah laku gadis itu seperti mengatakan bahwa dirinya sangat bersalah.

"(Namakamu), ini gue Iqbaal. Gue bukan orang jahat tadi," Ucap Iqbaal mencoba menenangkan. Ia memegang tangan gadis itu, meskipun gadis itu memberontak.

"Diem!" Bentak (Namakamu) seraya menangis.

"(Nam), ini gue." Iqbaal tetap memegang tangan gadis itu.

(Namakamu) tetap memberontak meskipun sepertinya tangannya tak akan pernah lepas dari lelaki itu. Ia terisak dengan pandangan yang menatap Iqbaal.

"Kak Iqbaal jahat!"

"Kenapa kakak bunuh Adelia kenapa?!" Teriak (Namakamu) terisak. Emosi nya benar-benar naik.

Iqbaal menatap kaget gadis itu kemudian mencoba memeluknya.

Ketua Geng [Completed]Where stories live. Discover now