>rencana nginap<

591 99 22
                                    

Kedua kaki (Namakamu) menginjak-injak tanah. Tangannya mengepal, rasanya ia benar-benar kesal. Iqbaal—pria itu meninggalkannya.

Apa salahnya dirinya ikut pulang dengan Iqbaal? Toh ia juga tak mungkin kembali dengan pria itu.

Memang dasarnya pelit ya pelit!

"Awas aja Lo!" kesal (Namakamu).

Gadis itu kembali melangkahkan kedua kakinya menuju halte. Ia mendudukkan bokongnya seraya menghela nafas.

Hari semakin larut malam. Rasa kantuk pun semakin menyerang kedua matanya. (Namakamu) melirik jam yang melingkar dipergelangan tangannya. Sudah 30 menit berlalu semenjak dirinya duduk di halte ini.

Bagaimana ini?

Tidak mungkin kan ia tidur disini semalaman?

"Mba, ayo naik!"

(Namakamu) mendongakkan kepalanya dengan cepat. Ia mengerutkan dahinya menatap seorang pria dewasa yang kini duduk di atas motor di hadapannya.

"Ayo naik," ucap pria tersebut.

"Siapa?" tanya (Namakamu) bingung. Pasalnya pria itu tiba-tiba muncul dihadapannya. Padahal tadi tak ada satu orang pun disini.

"Mbak (Namakamu) kan? Ayo naik."

"Kok tau saya?" tanya (Namakamu) seraya menunjuk dirinya.

Pria dewasa itu tersenyum, "Ayo naik mba. Nanti keburu malam."

Perlahan gadis itu bangkit lalu berjalan menuju motor pria dewasa itu. Kedua matanya mengerjab seiring otak nya yang masih berputar mengenai pria di depannya ini.

"Bapak siapa?" tanya (Namakamu).

Pria dewasa itu tersenyum, "Saya ojek mba. Mari saya antarkan pulang."

Gadis itu tak bergeming. Bagaimana ia bisa ikut dengan pria itu jika ia saja tak tahu siapa sebenarnya pria itu. Bahkan pria dewasa itu mengetahui namanya. Aneh bukan?

"Gak usah dipikirin mba. Nanti saya jelasin kenapa saya tahu nama mba. Yang penting ayo naik dulu, keburu larut malam," ucap pria itu ramah.

(Namakamu) menaiki motor pria itu secara perlahan. Dilihat dari wajahnya, sepertinya tukang ojek ini baik. Dan sepertinya memang bukan preman ataupun orang jahat.

"Jadi, kenapa bapak tahu nama saya?" tanya (Namakamu) setelah pria dewasa itu menjalankan motornya.

>>><<<

"Jadi, bunda minta Iqbaal untuk menginap disini nemenin kamu sama Alya."

Gerakan tangan gadis itu otomatis terhenti. Kedua matanya beralih menatap sang ibunda yang kini sedang melahap makanannya.

Ucapan sang ibunda membuatnya benar-benar terkejut. Mana mungkin Iqbaal mau menginap di rumahnya hanya untuk menemani dirinya dan sang adik?

Itu hal yang sangat mustahil.

"(Nam)? Kok malah liatin bunda sih? Iqbaal pasti mau. Bunda yakin. Lagian Iqbaal kemana kok jarang kesini?" tanya Kanaya seraya melahap sesendok nasi goreng buatannya.

"Bunda jangan aneh-aneh deh. Iq—Kak Iqbaal kan lagi sibuk. Jadi nggak mungkin bisa nginap disini," alibi (Namakamu). Sebisa mungkin ia menyembunyikan ekspresi kagetnya. Pasti bundanya akan bertanya jika dirinya menampilkan ekspresi terkejutnya.

"Sibuk? Sibuk apaan? Nanti biar bunda yang bilang. Kamu kirim aja nomor nya ke bunda."

Mampus.

Ketua Geng [Completed]Where stories live. Discover now