>acara sekolah<

984 151 18
                                    

Membentuk sebuah lengkungan. Gadis itu tersenyum melihat penampilannya hari ini. Kaus berwarna putih beserta rok merah kotak-kotak menghiasi tubuhnya saat ini. Tak lupa juga, ia memakai sneakers putih dan jepit hitam yang menahan poni panjangnya. Hari ini ia akan menghias dirinya dengan baik, karena pangeran berwajah dinginnya itu akan berkreasi di atas panggung.

Kedua kaki (Namakamu) berjalan menuju meja makan. Terlihat sang ibunda beserta adiknya sedang melahap beberapa makanan yang tersaji. Ia duduk kemudian tersenyum ria.

"Pagi Bun, dek!"

Alya melirik sang kakak dengan makanan yang memenuhi rongga mulutnya. Sedangkan Kanaya hanya melirik tanpa berkata.

(Namakamu) menatap nasi goreng kecap di hadapannya. Setelahnya ia menatap makanan yang berada di piring Kanaya beserta Alya. Keduanya memakan nasi putih beserta ayam goreng. Hanya dirinya yang berbeda.

"Bun, ayam goreng buat (Namakamu) mana?"

Kanaya melahap makanannya, "Ayam gorengnya habis. Jadi kamu makan sama nasi goreng aja."

(Namakamu) terdiam sejenak kemudian tersenyum mengangguk, "Iya bunda."

"Kwakak mau ayam goleng nya?" Tanya Alya seraya menatap sang kakak yang duduk di sampingnya.

(Namakamu) menggeleng, "Adek abisin aja ya. Kakak udah kenyang kok."

Setelahnya (Namakamu) beranjak mendekati sang ibunda.

"(Namakamu) mau bawa susu kotak bunda."

Kanaya menghentikan gerakannya kemudian menatap (Namakamu) lalu menatap Alya, "Kamu gak usah bawa dulu susu kotak. Itu buat Alya."

(Namakamu) terdiam sejenak kemudian mengangguk seraya menyalami tangan Kanaya.

"Aku berangkat dulu bunda."

Kanaya hanya diam seraya menatap punggung anak gadisnya yang menghilang. Apa salah ia bersikap seperti ini hanya agar gadis itu bersikap dewasa?

(Namakamu) menutup pintu utama rumahnya kemudian menunduk. Bahkan wanita paruh baya itupun tak mengucapkan kata yang biasa ia ucapkan kepada dirinya.

"(Namakamu) anak bunda yang lucu."

(Namakamu) tersenyum, mungkin perubahan sikap sang ibunda itu memang karena kesalahan dirinya. Tak apa, ia akan mencoba untuk terbiasa.

>>><<<

Rasya tersenyum dalam diam. Ia menatap gadis di hadapannya.

"Lama banget sih Ca! (Namakamu) kan jadi kesel!!" Kesal (Namakamu).

Rasya tidak mendengarkan ucapan gadis itu. Entah mengapa, hatinya merasa hangat melihat penampilan gadis itu hari ini. Rasanya, (Namakamu) terlihat cantik berkali-kali lipat meskipun ia mengetahui gadis itu memiliki otak yang kurang berfungsi dengan baik. Atau dengan kata lain—kurang waras.

"Aca ya ampun kok liatin (Namakamu) sih?!"

Rasya tersadar. Ia gugup seraya menggaruk kepalanya yang tak gatal.

"Aca kenapa sih? Kok garuk kepala?" (Namakamu) mendekat, membuat jantung Rasya memompa dua kali lebih cepat.

"Ya ampun kayaknya ada kutu nya deh di rambut Aca," Polos (Namakamu).

"Mana kayaknya kutu nya nyanyi lagi di rambut Aca."

Seketika orang-orang yang berdiri di sekitar keduanya menatap jijik kepada Rasya. Lelaki itu hanya menyengir seraya merutuki dirinya sendiri akibat ulah (Namakamu).

Ketua Geng [Completed]Where stories live. Discover now