>sofa apartemen<

754 116 12
                                    

"Berhenti jadi vokalis. Lo akan terlepas dari lingkaran hidup gue."

(Namakamu) menatap Iqbaal. Entah apa yang ada dipikiran lelaki itu.

Iqbaal menatap (Namakamu) datar. Tidak ada lagi sorot kehangatan yang dipancarkan oleh kedua matanya.

"Tanda tangan," perintah Iqbaal.

(Namakamu) menghela nafas lalu menatap kertas itu. Disana tertera, jika dirinya digantikan maka yang akan menjadi vokalis baru adalah—

"Kenapa harus dia?" tanya (Namakamu) kecewa. Setelah membaca surat yang diberikan Iqbaal, kekecewaannya bertambah.

Iqbaal terus menatap gadis itu dingin, "Karena dia lebih layak."

(Namakamu) merasakan hatinya terasa sakit. Kedua matanya perlahan berkaca-kaca. Apa katanya? Gadis itu layak menggantikannya? Apa dia lebih baik dari dirinya?

"Kenapa? Keberatan?" tanya Iqbaal datar. Kedua tangannya berada di saku celana hitam yang dikenakannya.

(Namakamu) menatap Iqbaal lagi. Sebisa mungkin ia tak akan menjatuhkan air matanya di depan lelaki itu.

(Namakamu) tersenyum miris, "Nggak. Biya emang pantas gantiin (Namakamu)."

Iqbaal sedikit tersenyum, "Bagus."

(Namakamu) menahan segala rasa yang memenuhi dadanya. Ia mengambil pulpen yang terletak di atas nakas lalu menatap Iqbaal.

"Kenapa lagi?" tanya Iqbaal datar.

(Namakamu) diam. Raut wajahnya begitu menampilkan kekecewaan terdalam. Ia menunduk, hendak menandatangani surat itu namun suara Iqbaal menghentikannya.

"Dan sekarang Lo nyerah dengan semuanya?"

(Namakamu) terdiam dengan pulpen yang hampir menyentuh kertas. Apa katanya? (Namakamu) menyerah?

Iqbaal tersenyum miris, "Bahkan sekarang gue baru sadar. Lebih munafik Lo daripada Biya."

(Namakamu) terdiam menahan nafasnya. Iqbaal mengangkat dagu gadis itu membuat air matanya meluncur mengenai pipinya.

"Kenapa Lo harus ngalah sama perasaan Lo sendiri?"

"Apa segitu buruknya gue di mata lo yang bahkan Lo nggak tau kejadian sebenarnya tentang masa lalu gue?" Iqbaal menatap kedua mata sembab gadis itu.

"Lo mau pergi cuma karena masa lalu buruk gue?"

Iqbaal terkekeh miris, "Sebenernya Lo nggak cinta sama gue. Lo terobsesi sama gue kan?"

(Namakamu) terdiam lalu menggeleng pelan. Ia memejamkan matanya sesaat seraya menahan sesaknya.

(Namakamu) bingung harus bagaimana. Di satu sisi ia tidak mau meninggalkan Iqbaal, tapi ia terlalu kecewa dengan masa lalu laki-laki itu. Apalagi rasa takut ya semakin besar ketika Biya berkata bahwa dirinya akan dijadikan Adelia kedua oleh Iqbaal.

Iqbaal melepas tangannya dari dagu gadis itu. Ia menatap ke sembarang arah. Rasanya ia tidak rela jika gadis itu pergi dari hidupnya. Tapi mau bagaimana lagi?

(Namakamu) menatap Iqbaal sesaat lalu menunduk menatap surat yang diberikan Iqbaal. Ah bahkan ia baru tersadar, surat itu kini sudah sedikit basah akibat air matanya.

Kedua mata (Namakamu) terpejam sesaat lalu ia menghela nafas. Tangan kanannya mulai menggerakkan tinta di atas surat itu. (Namakamu) menandatangani nya.

Sekarang dia bukan vokalis band Iqbaal lagi. Dia akan benar-benar keluar dari lingkaran hidup Iqbaal.

Mengapa rasanya begitu sakit?

Ketua Geng [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang