>halte bus<

588 106 29
                                    

"Ganteng doang tau-taunya pengecut." (Namakamu) tersenyum smirk.

Iqbaal menatap (Namakamu) tajam. Perlahan kedua kaki terbalut celana jeans itu melangkah mendekati (Namakamu). Tentu hal itu membuat (Namakamu) memundurkan langkahnya.

"Ngapain Lo?! Mundur gak Lo?!" (Namakamu) memajukan pisau yang dipegangnya ke arah Iqbaal.

Tidak ada rasa takut sedikitpun, Iqbaal semakin maju berjalan mendekati (Namakamu) sampai punggung gadis itu bertubrukan dengan dinding dapur.

Menahan nafas. Pisau yang berada di tangan gadis itu tiba-tiba terjatuh bersamaan dengan Iqbaal yang tersenyum miring.

"Lemah," ucap Iqbaal tajam.

(Namakamu) mencebikkan bibir bawahnya, "Mundur gak Lo?!"

Iqbaal tersenyum lalu menyimpan tangannya di sisi kanan kiri kepala gadis itu. (Namakamu) menahan nafasnya menatap wajah Iqbaal sedekat ini. Jantungnya benar-benar sudah tidak aman. Mau bagaimanapun keadaannya, nyatanya ia masih mencintai Iqbaal meskipun pria itu sudah menyakiti hatinya.

"Mundur," tegas (Namakamu) seraya menahan nafasnya.

Iqbaal tersenyum simpul lalu mendekatkan wajahnya ke wajah gadis itu. (Namakamu) memejamkan matanya ketika hembusan nafas Iqbaal menerpa wajahnya. Sedetik kemudian pria itu melangkah mundur seraya memegang sendok.

"Murahan ya tetap murahan," sarkas Iqbaal.

(Namakamu) membuka matanya menatap Iqbaal yang kini berjalan keluar dapur dengan beberapa gelas dan sendok di atas nampan. Gadis itu merenggut kesal. Jadi Iqbaal mendekatinya hanya ingin mengambil tempat sendok yang ada di sampingnya?

Menyebalkan!

Kenapa harus dengan posisi itu?!

Mendengus kasar. (Namakamu) mengambil pisau di lantai lalu melanjutkan acara memotong sayuran untuk menu sup nya kali ini dengan perasaan kesalnya.

Lihat saja! (Namakamu) pasti bisa masak sup yang enak melebihi sup yang pernah Iqbaal buat.

>>><<<

"Tumben Lo mau buat jus ginian," ucap Raka seraya menyeruput segelas jus alpukat buatan Iqbaal.

Pria yang ditanya itu menghela nafas dengan segelas jus ditangannya, "Iseng."

"Bagi dong woy!" Kevin berteriak lalu turun dari kasur dan menghampiri beberapa gelas jus yang berada di atas karpet.

"Enak juga," puji Kevin. Pria itu meneguk jus alpukat sampai tak tersisa.

"Lo buat ini dimana? Bukannya Lo balik ya tadi?"

"JANGAN-JANGAN LO MALING?!"

Iqbaal berdecak, "Ya bikin di dapur lah."

Karel yang sedari tadi fokus kepada ponselnya kini menyahut seraya menatap Iqbaal, "Lo ke dapur?! Rumah gue?"

Iqbaal berdeham membuat Karel mendekati pria yang duduk di karpet bersama Arkan, Raka, dan Kevin.

"Lo ketemu (Namakamu) dong! Kalian ga-"

"Gak," potong Iqbaal cepat.

"Awas aja Lo nikung gue!" tajam Karel.

Iqbaal mendengus kasar. Siapa juga yang mau nikung Karel. Ketemu (Namakamu) aja rasanya jijik banget.

"Wangi apaan nih." Kevin mengendus-endus udara di sekitarnya.

Ketua Geng [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang