>senyum terakhir<

1.4K 128 56
                                    

6000+ words.
Hope enjoy for the last part!~

>>><<<

"(Nam)?"

Kanaya menepuk pelan pipi anak gadisnya. Seketika keningnya berkerut kala kedua matanya menangkap pipi anaknya basah karena air mata yang mengalir dari kedua matanya yang terpejam. Posisinya kini gadis itu tengah melipat tangannya di atas brankar dengan kepala yang ia simpan di atas lipatan tangannya.

Semalam Kanaya dan Nathan tidak kembali lagi ke rumah sakit, karena keduanya sedang mengurus perpindahan tempat tinggal ke rumah milik Nathan. Jadilah mereka meninggalkan (Namakamu) dan Iqbaal di rumah sakit. Hingga pagi ini, Kanaya melihat (Namakamu) yang tengah tertidur dengan kepala yang ia sandarkan di atas lipatan tangannya.

Kanaya bingung, gadis itu tertidur tapi mengapa air matanya mengalir? Apa gadis itu hanya bermimpi buruk? Kanaya pikir sepertinya iya.

"Kenapa Nay?"

Kanaya membalikkan badannya sesaat lalu menatap anak gadisnya lagi, "Ini kayaknya dia mimpi buruk."

Nathan mengerutkan dahinya lalu menghampiri ibu dan anak itu. Ia melihat objek yang kini menjadi perhatian Kanaya.

"Bangunin aja. Ini udah jam lima pagi, takutnya kalau kelamaan tidur, makin mimpi buruk," ucap Nathan membuat Kanaya mengangguk.

Wanita paruh baya itu menepuk pelan pipi anaknya. Seiring detik berjalan, akhirnya gadis itu membuka kedua mata nya yang membengkak. Tentu hal itu mengundang pertanyaan dari kedua orang tuanya.

"Kamu kenapa nak? Kok bengkak matanya, abis nangis ya? Coba cerita sama bunda," tutur Kanaya. Lalu wanita itu menggeser satu kursi lalu mendudukinya.

(Namakamu) menegakkan tubuhnya lalu mengusap pipinya. Ia tersenyum, "(Namakamu) mimpi buruk bunda."

"Sampe nangis banget?" tanya Nathan membuat (Namakamu) terkekeh.

"(Nam) juga nggak tau kenapa bisa nangis," kekeh (Namakamu).

Kanaya mengelus rambut gadis itu, "Syukurlah, bunda kira kamu lagi ada masalah."

(Namakamu) hanya membalas senyuman atas ucapan Kanaya. Padahal jika kalian ingin tahu, sedari malam gadis itu tidak bisa berhenti menangis. Bercerita tentang beratnya hidup yang dijalaninya membuat hatinya kembali merasakan rasa sakit yang luar biasa. Apalagi kini sang pendengar yang sama sekali tak akan lagi memperdulikan dirinya. Membuat beban yang dipikulnya semakin berat.

"Bunda sama papa minta maaf, kita nggak balik lagi semalam. Kita bakal pindah ke rumah papa, semalam bunda udah pindahin semuanya," jelas Kanaya seraya menatap anaknya.

(Namakamu) mengerjabkan matanya, "P-pindah ke rumah Kak Iqbaal?"

Kanaya tersenyum, "Iya, mau kan?"

(Namakamu) terdiam lalu mengangguk-anggukkan kepalanya.

"Lagipula tadi kita udah ketemu dokter, Iqbaal katanya boleh pulang hari ini."

(Namakamu) menatap sang ibunda dengan wajah berbinar, "Beneran bunda?"

Kanaya mengangguk, "Iya. Bunda sama papa punya rencana buat liburan bareng kalau kondisi anak pertama bunda udah benar-benar sehat lagi."

"Iya, kata bunda mu, kamu suka banget kan liburan?" lanjut Nathan.

(Namakamu) terdiam dengan otak yang memutar. Lalu sedetik kemudian ia menganggukkan kepalanya, meskipun sudah jelas ia tak akan ikut acara liburan keluarganya.

Kanaya tersenyum lalu mengelus pucuk kepala anak gadisnya. Sedangkan gadis itu kini menghela nafas berat, berusaha untuk tidak terlihat sedih karena sore ini ia akan meninggalkan orang-orang terdekatnya.

Ketua Geng [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang