>tengah malam<

611 109 35
                                    

Ada yang udah lupa sama cerita ini? Wkwk sorry baru update, nulis part akhir² itu gabisa asal²an harus seserius mungkin wkwk

Yang belum makan, makan dulu
Yang belum mandi, mandi dulu
Yang belum minum, minum dulu

Jangan lupa tarik nafas, terus buang. Wajib banget khusus part ini 🥰

Selamat membaca!—3

>>><<<

"Ayo minum, haus kan?"

(Namakamu) lagi-lagi mengangguk lalu mulai meminum minumannya. Karel tersenyum menatap (Namakamu) yang meneguk minuman itu sampai habis tak tersisa.

"Enak?" tanya Karel.

(Namakamu) menyimpan gelas kosong itu ke atas meja lalu menatap Karel.

"Kok susu nya rasanya beda ya kak?" tanya (Namakamu).

Karel tersenyum, "Biasanya emang kayak gitu rasa susu dingin.Tapi enak kan?"

(Namakamu) mengangguk seraya tersenyum. Gadis itu menyenderkan punggungnya ke sofa yang ia duduki. Meski sedikit terasa sakit akibat lukanya yang belum sepenuhnya kering, tapi gadis itu tetap menyenderkan punggungnya. Pegal juga jika harus terus-menerus duduk tegak.

"Kok teman-teman Kak Karel belum datang? tanya (Namakamu) seraya menatap ke arah pintu klub.

Karel berdeham lalu ikut mengedarkan pandangannya, "Belum datang. Paling mereka lagi di jalan."

(Namakamu) ber-oh ria lalu mengangguk-anggukkan kepalanya. Dua puluh menit keduanya terdiam, kini gadis itu merasakan ada yang aneh di tenggorokannya. Tangannya terangkat mengelus bagian rahangnya.

"Kenapa (Nam)?" tanya Karel ketika gadis itu sibuk berdeham seraya memegang tenggorokannya.

(Namakamu) menatap Karel dengan tatapan tak enaknya, "Tenggorokan gue nggak enak kak. Kenapa ya?"

Karel merubah ekspresinya menjadi khawatir, "Yang bener (Nam)? Nggak enak gimana?"

(Namakamu) memejamkan matanya sesaat seraya berdeham untuk menetralkan rasa tidak enak di tenggorokannya.

"(Nam), kamu kenapa?" tanya Karel lagi. Pria itu memegang pundak gadisnya.

"Tenggorokan gue s-sakit kak," ucap (Namakamu) terbata. Sungguh, (Namakamu) tidak kuat menahan rasa sakit sekaligus gatal yang memenuhi tenggorokannya.

Karel menatap gadis itu khawatir lalu menangkup kedua pipinya, "Kamu inget makan apa? Kok bisa? Kamu nggak apa-apa kan?"

Perkataan Karel seperti angin lalu baginya. Ia tidak bisa menjawab ucapan pria itu. Rasanya berbicara pun ia tidak bisa karena tenggorokannya yang tiba-tiba terasa sakit dan gatal.

Karel yang melihat kedua mata (Namakamu) berkaca-kaca pun segera memberikan air putih pada gadis itu. Tapi, gadis itu menolaknya, membuka mulut saja rasanya sulit bagi (Namakamu).

"(Nam), Lo nggak apa-apa kan?" tanya Karel khawatir.

(Namakamu) terus berdeham untuk menghilangkan rasa sakit sekaligus gatal di area tenggorokannya. Gadis itu bergerak gusar. Semakin lama ia berdeham, semakin sakit juga tenggorokannya.

"(Nam)?"

Karel melihat kedua mata (Namakamu) yang kini setengah terbuka. Sepertinya gadis itu tidak bisa mengontrol rasa sakit di tenggorokannya. Dengan cepat, ia menggendong gadis itu lalu berjalan menaiki tangga menuju sebuah kamar di lantai atas klub itu.

(Namakamu) yang merasa tubuhnya seperti ada yang mengangkat pun tidak bisa berbuat apa-apa. Suaranya seperti tercekat, bahkan untuk membuka mulutnya pun rasanya tidak bisa.

Ketua Geng [Completed]Место, где живут истории. Откройте их для себя