>kapan (Namakamu) tersenyum?<

777 102 25
                                    

Gabungan dari dua part, sama aja double up kan? :P

Bacanya pelan-pelan aja soalnya panjangggggg

Happy reading!

>>><<<


"Matanya udah bengkak gini, berhenti nangis ya. Nanti nggak lucu lagi," ucap Iqbaal mencoba menghibur gadisnya—ralat, calon adiknya yang kini terus menangis dengan tatapan kosongnya.

Menghela nafas. Iqbaal mengamati air mata yang terus mengalir di pipi kemerahan milik (Namakamu). Iqbaal sudah berhenti menangis sejak beberapa puluh menit lalu, berbeda dengan (Namakamu) yang sampai saat ini masih sibuk menangis. Keduanya masih setia berada di rooftop, namun mereka kini duduk berhadapan tanpa beralaskan apapun.

Tangan Iqbaal lagi-lagi terangkat untuk menghapus air mata (Namakamu). Ia mencoba untuk tersenyum, meskipun rasanya sangat sulit.

"Tadi katanya harus kuat, kok sekarang malah adik yang nangis sih? Kakak udah nggak nangis, tapi adik terus-terusan nangis. Apa nggak kasian sama mata adik yang lucu?" tanya Iqbaal. Cowok itu terkekeh kecil. Mengasihani nasibnya yang begitu menyedihkan.

Setelah sekian lama tidak bergerak, kini kedua mata sembab itu beralih menatap Iqbaal yang tersenyum di depannya. Bukan ini senyum yang (Namakamu) inginkan. Senyum pria itu terlihat berbeda dari biasanya. Jelas (Namakamu) tahu apa maksud senyuman Iqbaal.

"Gue nggak mau jadi adek Kak Iqbaal," ucap (Namakamu) pelan. Sesaat gadis itu menghela nafas.

Iqbaal menepuk-nepuk pucuk kepala (Namakamu), "Nggak bisa. Gue maunya kita jadi adek-kakak. Biar setiap hari kita—"

"Stop kak! Bisa nggak jangan panggil gue adik?! Kita belum jadi saudara! Status Kak Iqbaal sekarang masih jadi pacar (Namakamu)!" (Namakamu) menunduk dengan bahu bergetar, "seenggaknya kita masih bisa bersama-sama sebagai pasangan sebelum besok jadi saudara."

Iqbaal menghela nafas berat ketika gadis itu lagi-lagi terisak. Rasa kecewa di hati Iqbaal memang belum memudar atau bahkan berkurang sedikitpun, tapi Iqbaal sekarang tengah mencoba untuk mengendalikan itu semua. Iqbaal harap, mungkin ini jalan yang terbaik untuk dirinya dan juga (Namakamu).

"(Nam), besok kita jalan-jalan keliling Bandung, mau?"

(Namakamu) menepis air matanya lalu menatap kedua mata Iqbaal.

"Sebagai pasangan," lanjut Iqbaal.

(Namakamu) tersenyum getir seraya mengelap pipinya. Ia menganggukkan kepalanya pelan membuat Iqbaal mengembangkan senyumnya.

"Cewek gue lucu banget kalau nangis gini. Tapi lebih lucu kalau gak nangis. Jangan nangis lagi, cowok Lo kan ada disini." Iqbaal memeluk gadis itu lalu mengelus rambut panjangnya. Sedangkan (Namakamu) kini memejamkan matanya, mencoba untuk menerima takdir pahit yang tiba-tiba datang di kehidupannya.

>>><<<

"(Nam), tuh kakak mu udah nunggu di depan," teriak Kanaya lalu menghampiri anak gadisnya yang kini tengah bergelung dengan selimut tebal.

"(Namakamu)," panggil Kanaya. Wanita paruh baya itu menatap wajah sembab sang anak. Semalam setelah (Namakamu) menghilang dari pandangan Kanaya, gadis itu tiba-tiba menghampiri dirinya di ballroom hotel dengan wajah sembabnya. (Namakamu) bahkan meminta maaf karena dirinya telah berkata tidak enak kepada sang ibunda. Gadis itu mengatakan bahwa ia tak sadar berucap demikian. Awalnya Kanaya mengira jika (Namakamu) memang menyukai Iqbaal, namun setelah mendengar penjelasan dari anaknya sendiri, sekarang Kanaya percaya bahwa gadis itu hanya terbawa emosi senang.

Ketua Geng [Completed]Kde žijí příběhy. Začni objevovat