>Om Richard<

1K 163 16
                                    

"Kamu kenapa sih (Namakamu)?"

(Namakamu) menyimpan jari telunjuknya di depan bibirnya. Kedua matanya terus melirik beberapa lelaki yang sedang ia hindari yang berada di meja pojok. Dirinya kini tengah bersembunyi di balik dinding ruang pribadi bersama ibundanya. Untungnya kelima lelaki itu tak menyadari bahwa yang tadi mereka perhatikan adalah (Namakamu).

"Sst bunda. Nanti (Namakamu) bisa ketauan sama mereka!!" Bisik (Namakamu).

Kanaya berpikir sejenak kemudian tersenyum penuh arti.

"Emang itu siapa kamu?"

(Namakamu) mengintip lewat celah pintu ruangan yang sedikit terbuka diikuti oleh ibundanya. Ia melayangkan tangannya untuk menunjuk masing-masing kelima pria itu secara bergantian.

"Yang itu namanya Kak Karel, itu Kak Arkan, itu Kak Raka, itu Kak Kevin, dan itu Kak Iqbaal," Bisik (Namakamu).

"Mereka semua kakak kelas aku, kecuali kak Iqbaal."

Kanaya mengerutkan dahinya, "Terus kak Iqbaal siapa kamu?"

(Namakamu) menolehkan wajahnya ke belakang seraya berbisik, "Calon mantu bunda."

Kanaya menahan tawanya kemudian menegakkan tubuhnya. Wanita paruh baya itu dengan santainya berjalan menuju meja yang diisi oleh geng coldiest.

(Namakamu) membulatkan kedua matanya melihat sang ibunda berjala dengan wajah jahilnya. Ia menggigit jarinya sendiri, "Bunda!! Ssst!"

Kanaya sepertinya tak mendengar (Namakamu) berbicara karena gadis itu berbisik. Ia menatap khawatir ibundanya yang kini sudah sampai di depan meja beberapa kakak kelasnya itu.

"Um, selamat siang. Kalian kakak kelasnya anak saya ya?"

Semua lelaki di meja itu menghadap ke arah Kanaya, kecuali Iqbaal. Ia sibuk meminum kopi panas. Tidak lupa kan bahwa pria itu membenci seorang wanita? Jadi, mana mungkin ia peduli terhadap Kanaya yang sekarang sedang bertanya.

Arkan menggaruk kepalanya. Ia menatap teman-temannya yang sepertinya enggan menjawab.

"Mm maaf anak Tante siapa ya?"

Kanaya terkekeh, "Namanya (Namakamu), sekolah di SMA Samudra."

Mereka terdiam sebentar dengan pikirannya.

"Yang namanya Iqbaal mana?"

Keempat lelaki itu menunjuk Iqbaal secara bersamaan. Sedangkan yang ditunjuk kini menampilkan ekspresi datarnya.

"Katanya kamu calon suami (Namakamu), iya?"

Keempat pria itu menahan tawanya ketika ekspresi Iqbaal berubah menjadi sangat datar. Ia tidak menjawab wanita paruh baya itu. Apa-apaan, siapa yang mengaku bahwa ia akan menikah dengan gadis bernama (Namakamu)? Lagipula siapa (Namakamu)? Ia tidak kenal.

"Bunda!!!"

Kanaya menolehkan wajahnya ke samping, terlihat anak gadisnya yang kini berdiri dengan kedua pipi yang bersemu. Ia menahan malu. Sungguh, ibundanya ini memang berniat mempermalukan dirinya.

"Bunda! Ayok!"

"Kamu kok pipinya kayak tomat?" Goda Kanaya.

(Namakamu) memegang kedua pipinya, "Nggak ada tomatnya Bun. Emangnya iya ya ada tomatnya? Tapi kok nggak bisa (Namakamu) pegang?" Tanya (Namakamu) seraya melirik Kanaya dan kelima pria itu secara bergantian.

Kanaya merutuki sikap anaknya yang terlihat bodoh itu. Ia tersenyum kikuk seraya menahan malu kemudian menarik pergelangan tangan anak gadisnya menuju ruangan pribadinya.

Ketua Geng [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang