>berita buruk<

1K 160 13
                                    

Otak (Namakamu) kini berputar. Ucapan Rasya beberapa jam yang lalu seakan terus mengulang di benaknya. Ia memasuki kelas dengan tatapan kosongnya.

"Iya, mau-maunya si Rasya nemenin tuh cewek gatel."

"Gak ada harga dirinya!"

"Kalau gitu si Rasya sama aja gak punya harga diri kayak dia, UPS!"

"Yaelah Lo pada baru tau ya. DIA KAN SUKA DI BAYAR SAMA OM-OM!"

(Namakamu) menghentikan langkahnya ketika mendengar sindiran terakhir yang dikeluarkan oleh teman sekelasnya. Ia terdiam sesaat, mencerna kata demi kata yang mereka ucapkan.

"Ah kata siapa Lo?"

"Beritanya sih gitu. Lo pada baru tau ya? Ketinggalan jaman banget!"

"Jangan-jangan dia bayar sekolah pake duit om om lagi, wupsy!!"

"Kalau gue sih gak akan mau ya temenan sama cewek kayak dia hihh."

"Liat aja, si Rasya aja jadi culun gitu haha."

(Namakamu) mempercepat jalannya. Ia mengambil ransel nya kemudian keluar dengan kaki yang melangkah cepat. Lebih baik ia pulang daripada harus mendengarkan ucapan-ucapan yang tidak ada benarnya itu.

Kedua mata (Namakamu) membola pada gadis yang kini tengah berdiri di depan gerbang utama. Ia menghampirinya seraya tersenyum.

"Bella disney!"

Gadis bernama Bella itu membalikkan badannya, menatap (Namakamu) seolah gadis itu adalah sesuatu yang menjijikkan. Ia menatap (Namakamu) dari atas ke bawah.

"Kenapa Bel? Baju (Namakamu) ada yang salah ya?" (Namakamu) memperhatikan seragam yang ia kenakan lalu menatap Bella kembali.

"Lo beneran sering layani om-om?"

(Namakamu) memelototkan matanya. Bagaimana bisa Bella berucap seperti teman sekelasnya?

"Ngg—"

"Bel!"

Bella menoleh ke samping. Temannya datang.

"Ngapain sih Lo masih aja gaul sama tuh anak? Lo tau kan berita tentang dia?"

Bella terdiam seraya melirik (Namakamu).

"Yuk kita balik. Jangan temuin dia lagi, Lo mau harga diri Lo di injak-injak?" Sinis Biya kemudian menarik pergelangan tangan Bella. Bella menatap (Namakamu) sesaat sebelum ia melangkahkan kakinya bersama Biya.

(Namakamu) menghela nafas. Ponselnya berdering panjang. Ia memencet tombol hijau kemudian mendekatkannya ke telinga sebelah kanannya.

"Iya Bun?"

"..........."

"Tap—"

"........."

Pip.

(Namakamu) menatap layar ponselnya. Ia menghela nafas. Jika sudah begini, ia harus meminta izin kepada Pak Dodi agar tugasnya menjaga Abian diundur menjadi malam untuk hari ini. Karena ibundanya yang menyuruhnya pulang tanpa harus beralasan.

>>><<<

'PLAK!'

Tubuh gadis itu mematung. Tangannya otomatis terangkat memegang pipi sebelah kanannya. Ia menatap sang ibunda yang tiba-tiba menamparnya saat ia baru tiba di rumah.

Ketua Geng [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang