>latihan<

815 114 10
                                    

"Kita nikah besok."

(Namakamu) menatap Kevin dengan gelengan kepalanya, "Lo gila ya?"

Kevin bersidekap dada seraya tertawa miring, "Gila? Gue gila?"

Kedua bola mata gadis itu menatap tajam Kevin. Dadanya naik turun, menahan emosi yang mula memuncak menguasai tubuhnya. Gadis itu mengepalkan kedua tangannya diam-diam.

"LO YANG GILA!" Bentak Kevin.

"Kenapa sih Lo selalu nolak gue?" Tanya Kevin dengan sorot mata yang memancarkan kemarahan.

"Gue gak akan pernah mau jadi istri Lo! Sampai kapanpun!" Tegas (Namakamu).

Kevin mencengkram kedua bahu gadis itu kuat kemudian menatap wajah gadis itu dengan senyum miring yang tak pernah hilang dari wajahnya.

"Lo gak bisa kemana-mana sekarang. Nyokap Lo udah serahin Lo ke gue. Jadi, kemanapun Lo lari, Lo akan berada di dalam lingkaran hidup gue," Ucap Kevin pelan namun terkesan mengancam.

(Namakamu) mencoba melepaskan tangan Kevin dari kedua bahunya, namun sepertinya tenaga gadis itu jauh lebih rendah dibandingkan tenaga Kevin.

"Lepas! Bunda nggak akan mungkin nyerahin gue sama Lo!" Bantah (Namakamu).

Kevin terkekeh sinis, "Kasian banget ya hidup Lo. Gak tentu arah, dibuang nyokap, dijadiin jaminan bokap, dan akhirnya sekarang? Lo jadi jalang."

Plak!

"Cukup! Gue gak seperti apa yang Lo kira! Gue bukan jalang!" Ucap (Namakamu) dengan emosi yang memuncak.

Sedetik kemudian gadis itu berlari dengan sebelah tangan yang terus mengusap kedua matanya yang mengeluarkan air. Sedangkan Kevin hanya mengelus pipi kirinya kemudian tersenyum sinis.

"Bunda nggak mungkin nyerahin (Namakamu) sama Kak Kevin!" Isak (Namakamu).

Gadis itu terhenti kemudian berjongkok dan melipat tangannya. Bahunya bergetar hebat, rasanya hari-harinya semakin hancur. Apa ini pertanda bahwa ia tak akan bisa mengalahkan Richard beserta anak setannya itu?

"Ayah kenapa ayah jahat!!!" Teriak gadis itu seraya memukul-mukul aspal jalanan.

"Ayah kenapa jadiin (Namakamu) jaminan? Ayah kenapa rela lihat (Namakamu) menderita??"

"(Namakamu) udah nggak kuat lagi ayah... Tapi (Namakamu) nggak mau kehilangan bunda dan adek..." Lirih (Namakamu).

Untuk beberapa saat, biarkan air matanya mengalir membasahi wajahnya. Biarkan hatinya hancur untuk saat ini. Apalagi yang harus ia lakukan? Menyerah? Rasanya tak mungkin. Itu sama saja akan membunuh dirinya sendiri. Lalu ia harus bagaimana? Teman saja ia sudah tak punya. Iqbaal? Iya, mungkin hanya pria itu satu-satunya orang yang peduli pada hidupnya.

Tling!

Kedua tangannya melayang mengusap wajahnya yang memerah. Setelahnya gadis itu merogoh ponsel yang berada di saku roknya kemudian mulai membaca beberapa notif pesan di lockscreen-nya.

Om Richard
Malam ini temani saya di rumah. Kalau tidak, saya pastikan hidup kamu akan lebih hancur.

Kak Iqbaal
(Nam)? Udah sampe? Nanti malam latihan, gue jemput ya.

Kak Fara
Hai (Nam), apa kabar? Sini dong ke rumah gue. Gue send alamatnya ya! Gue tunggu ya malam ini!

Bagaimana ini? Mengapa semua orang seperti berniat membuatnya bingung?

Siapa yang harus ia pilih?

>>><<<

"Hai (Nam)!! Gila apa kabar Lo??" Antusias Fara seraya memeluk gadis di hadapannya.

Ketua Geng [Completed]Where stories live. Discover now