>balkon kamar<

753 124 6
                                    

Hembusan angin menerpa wajah cantik gadis itu. Kedua matanya perlahan terbuka, udara dingin kini menusuk bagian kulit telanjang nya. Ia menatap langit-langit kamar. Sepertinya ini bukan kamarnya. Dan memang benar, (Namakamu) baru teringat, dirinya menginap di apartemen Iqbaal.

(Namakamu) menolehkan wajahnya ke samping. Ia terkejut. Mengapa bisa ia memeluk Iqbaal. Oh sial, kemana guling yang membatasi keduanya?!

Dengan cepat (Namakamu) melepaskan kedua tangannya yang melingkar di pinggang lelaki itu. Gadis itu merutuki dirinya sendiri. Bagaimana jika Iqbaal tahu bahwa ia memeluknya? Bisa kacau (Namakamu) harus cium apalagi jadi istri Iqbaal.

Bukan nggak mau. Tapi (Namakamu) gak sanggup. Kalian memangnya sanggup?

(Namakamu) menangkup kedua pipinya. Ia merasa pipinya menghangat ketika teringat dirinya tidur di dada bidang lelaki itu.

Gadis itu menggeleng-gelengkan kepalanya seraya tersenyum. Kedua kakinya melangkah menuju balkon kamar apartemen Iqbaal. Ternyata jendelanya terbuka, pantas saja udara begitu dingin sampai membuat dirinya terbangun di tengah malam seperti ini.

"Demi apa (Namakamu) tidur sama kak Iqbaal!!!"

(Namakamu) menatap langit malam dengan senyumannya. Ia meloncat-loncatkan kakinya. Saking senangnya. Ah, kapan lagi dia bisa sedekat itu dengan Iqbaal?

"Kenapa kabur?"

(Namakamu) menolehkan wajahnya ke samping. Jantungnya berpacu dengan cepat. Melihat seorang lelaki sudah tersenyum di sampingnya.

"K-kak Iqbaal kok bangun?" Tanya (Namakamu).

Mampus. Gimana kalau Iqbaal tau dia meluk tubuhnya?

Bisa kacau ini.

Iqbaal tersenyum seraya memainkan rambutnya. (Namakamu) salah tingkah melihatnya. Kenapa Iqbaal makin ganteng kalau bangun tidur?!

Rasanya (Namakamu) ingin berteriak sekarang juga.

Tolong (Namakamu)!

"Mulai detik ini lo jadi istri gue," Ucap Iqbaal santai.

(Namakamu) membulatkan matanya lalu memukul lengan pria itu. Iqbaal terkekeh menatap wajah memerah (Namakamu).

"Nggak! (Namakamu) kan gak langgar hukuman!!" (Namakamu) protes. Padahal jantungnya deg-degan.

"Terus tadi siapa ya yang meluk gue? Terus yang tidur pake bantalan tangan gue siapa ya?" Iqbaal bergumam. Berniat menjahili (Namakamu).

(Namakamu) mengerucutkan bibirnya kemudian menangkup wajahnya. Kedua pipinya sangat merah membuat Iqbaal gemas terhadap gadis itu.

"Sini cubit dulu pipinya." Iqbaal mendekati (Namakamu) kemudian memegang wajahnya.

(Namakamu) menatap kedua mata Iqbaal. Oh ayolah, rasanya Iqbaal ingin sekali memakan gadis itu. Mata yang bulat, hidung yang mancung, juga bibir berwarna merah muda.

"Kenapa gak ngaku udah langgar hukuman?" Tanya Iqbaal lembut. Kedua tangannya masih menangkup pipi gadis itu. Sedangkan (Namakamu) memegang kedua tangan Iqbaal yang berada di pipinya.

"(Namakamu) nggak sengaja kak. Maaf ya jangan hukum (Namakamu)," Ucap (Namakamu) dengan puppy eyes nya.

Iqbaal menahan tawanya kemudian mendekatkan wajahnya ke wajah gadis itu. (Namakamu) menahan nafas, siapapun tolong (Namakamu)!!

"Kenapa gak mau nerima hukuman hm?" Bisik Iqbaal.

(Namakamu) memejamkan matanya. Ia bisa merasakan nafas Iqbaal yang menerpa wajahnya.

Ketua Geng [Completed]Where stories live. Discover now