>rumah Kak Karel<

695 104 12
                                    

Iqbaal menghela nafas kemudian menarik lengan (Namakamu). Gadis itu menurut kemudian masuk ke dalam mobil milik Iqbaal.

Iqbaal menjalankan mobilnya tanpa menatap atau berbicara kepada (Namakamu) sedikitpun.

"Kak Iqbaal marah ya?" Tanya (Namakamu).

Iqbaal diam. Wajah laki-laki itu sangat tidak bersahabat.

"Kak Iqbaal. (Namakamu) minta maaf, (Namakamu) gagal dapat nilai 100 ujian praktik," Ucap (Namakamu) dengan wajah muram.

Iqbaal melirik (Namakamu) sekilas kemudian menatap jalanan kembali. Sedangkan (Namakamu) sudah menunduk, takut jika pria itu marah.

"Jauhin Rasya."

(Namakamu) terkejut. Benar-benar terkejut. Pertama karena Iqbaal yang tiba-tiba berbicara. Kedua karena perkataan Iqbaal itu tidak mungkin ia ikuti. Baru saja dirinya berbaikan dengan sahabatnya itu, masa iya harus bermusuhan kembali?

"Kak, (Namakamu) gak bisa," Ucap (Namakamu) tak enak.

Iqbaal terdiam sesaat. Wajahnya benar-benar datar.

"Gue gak suka Lo deket dia."

(Namakamu) menghela nafas. Lebih baik ia diam. Ia juga masih bingung, kenapa Iqbaal gak suka dirinya berdekatan dengan Rasya?

Iqbaal menginjak pedal rem ketika telah sampai di parkiran apartemen miliknya. Lelaki itu keluar disusul (Namakamu).

Keduanya berjalan dengan keadaan saling diam, menaiki lift menuju lantai 30. Tempat apartemen Iqbaal berada.

Iqbaal membuka pintu apartemennya kemudian melangkah menuju dapur. (Namakamu) mengikuti. Entahlah ia juga tak tahu harus apa.

"Kak Iqbaal."

Iqbaal menuangkan air putih ke dalam gelasnya lalu meneguknya sampai habis. Selanjutnya ia membuka kulkas dan mengambil satu susu kotak lalu duduk di kursi meja makan.

(Namakamu) mengerucutkan bibirnya kemudian duduk di hadapan Iqbaal. Ia benar-benar tergoda dengan susu kotak yang Iqbaal minum.

"Kak Iqbaal aku mau itu," Ucap (Namakamu) polos.

Iqbaal lagi-lagi mengabaikannya.

"Kak Iqbaal."

(Namakamu) menghela nafas panjang, "Iya deh (Namakamu) minta maaf gak bisa nepatin janji."

"Bukan itu yang gue mau."

(Namakamu) mengerjabkan kedua matanya. Tadi Iqbaal berbicara? Benarkah?

"Terus apa kak? Kak Iqbaal mau (Namakamu) ganti bass baru?"

"Iya nanti (Namakamu) ganti tapi nggak sekarang kak," Lanjutnya.

"Gue mau Lo jauhin Rasya," Tegas Iqbaal.

(Namakamu) menumpu dagunya kemudian menatap wajah datar Iqbaal. Kenapa sih kakak kelasnya itu? Kok jadi jutek?

"Yaudah iya kak, (Namakamu) jauhin Aca," Pasrah (Namakamu).

Bagaimanapun juga hanya Iqbaal yang peduli padanya. Bahkan sepertinya semesta pun tak perduli padanya.

"Gue gak minta Lo jauhin Aca, tapi Lo jauhin Rasya."

(Namakamu) melongo kemudian tertawa seraya memukul-mukul meja makan kaca itu. Iqbaal kali ini menatap (Namakamu). Ada yang salah dengan dirinya?

"Yaampun kak! Aca itu Rasya. Itu nama panggilannya!!!" Kekeh (Namakamu).

Iqbaal mendengus seraya melempar bekas susu kotak ke dalam tempat sampah.

"Kak Iqbaal maafin (Namakamu) kan?" Ucap (Namakamu) dengan mata berbinar.

Ketua Geng [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang