BAB 47

137 17 1
                                    

"Aku kira dia rumah, ternyata hanya sebatas singgah."

***

Marchel menatap tempat yang dulu menjadi rumah baginya. Satu-satunya tempat yang menerima kehadiran Marchel. Tempat di mana ia berasal.

Langkah demi langkah ia pijak memasuki panti asuhan mutiara kasih. Detak jantungnya berpacu cepat. Marchel menghembuskan napas guna menghilangkan kegugupan.

"Marchel?" panggil seseorang.

Marchel membalikan badannya ketika mendengar suara yang ia sangat kenali. Matanya tiba-tiba berkaca-kaca melihat Bunda Hera—pemilik panti asuhan—.

"Bunda." Marchel menghampiri wanita patuh baya itu, lalu mencium lengannya.

"Kamu sudah dewasa, Nak." Marchel mengangguk. "Kenapa tidak pernah ke sini?" tanya Bunda Hera.

Marchel meneteskan air matanya. "Maaf, Marchel terlalu sibuk." Bunda Hera mengusap bahu Marchel.

Bunda Hera tahu bagaimana kehidupan baru Marchel setelah diadopsi. Marchel, anak yang ia temukan di depan gerbang panti kini sudah dewasa.

Hampir sepuluh tahun lamanya Bunda Hera tidak bertemu dengan Marchel. Namun, salah satu asisten Marchel selalu memberitahukan dia keadaan dan segala kegiataan Marchel.

"Masuk yuk, yang lain pasti pada kangen sama kamu." Marchel mengangguk.

***

Sejaktadi Adrian berdecak kesal dengan kelakuan Samuel yang tidak berhenti meminta bantuannya. Adrian merasa yang sekarang ada di hadapannya kini bukan Samuel.

"Sam, gue gak mau bantu lo!" kesal Adrian.

Samuel memasang wajah memelas. "Ayo dong, please."

Sejak pulang sekolah, Samuel terus merecoki Adrian. Pasalnya, Samuel meminta bantuan Adrian agar bisa menjelaskan kesalahpahaman kepada Kanna.

Samuel bukannya tidak ingin menjelaskannya kepada Kanna, ia tahu Kanna tidak akan mendengarkannya. Hanya Adrian harapannya saat ini.

Adrian menghela napas. "Mending sekarang lo telepon Kanna, terus jelasin semuanya," saran Adrian.

Samuel mengeleng. "Gak, Kanna gak bakalan angkat."

Adrian menjambak rambutnya karena kesal. Ia harus sabar menghadapi manusia semacam Samuel. Belum dicoba, tetapi Samuel sudah tahu apa yang akan terjadi.

"Samuel, lo harus tanggung jawab dong kalau jadi cowok?" Adrian menarik napas terlebih dulu sebelum kembali melanjutkan ucapannya.

"Lagian buat apa sih jelasin ini semua, kalian gak pacaran, kan?"

Samuel berdecak kesal, "Lo sendiri tau, kan, alasan kenapa gue ngejauh dari Kanna. Gue berusaha supaya Stevanie gak gangguin Kanna, cuman itu yang bisa gue lakuin untuk Kanna. Lo gak bakalan paham gimana perasaan gue ke Kanna!"

Adrian menelan ludahnya dengan susah, ia tidak menyangka Samuel akan berbicara panjang lebar. Adrian sendiri binggung harus menjawab apa.

"Lo gak bisa bantu gue sama sekali," dengus Samuel.

Setelah mengatakan itu, Samuel beranjak pergi. Ada baiknya jika Kanna terus berpikir ia dan Stevanie memiliki hubungan. Akan mempermudah baginya untuk menjauh dari Kanna.

TENEBRIS Hikayelerin yaşadığı yer. Şimdi keşfedin