BAB 57

139 19 1
                                    

"Terpaksa melepaskan karena sebuah paksaan."

***

Samuel sudah sampai ke taman dekat danau di mana ia akan bertemu dengan Stevanie. Jujur saja Samuel cukup penasaran dengan niat Stevanie yang mengajaknya bertemu.

Samuel menemukan Stevanie yang hanya mengenakan pakaian tidurnya saja. Samuel berjalan menghampiri Stevanie. Alisnya mengerut melihat pundak Stavanie bergetar.

"Stevanie?" panggil Samuel.

Stevanie menoleh ke arah Samuel. "Sam." Stevanie langsung memeluk tubuh Samuel erat.

Samuel terkejut dengan tindakan Stevanie yang tiba-tiba saja memeluknya. Ketika ia berniat mendorong Stevanie, namun Stevanie menahannya.

"Tolong jangan lepasin dulu," pinta Stevanie.

Samuel mengiyakan permintaan Stevanie walau ia tidak nyaman dengan tindakan Stevanie. Dapat Samuel rasakan jika Stevanie menangis dipelukannya.

"Lo kenapa?" tanya Samuel.

Stevanie melepaskan pelukannya. "Ada yang mau gue omongin sama lo." Stevanie duduk di bangku yang sudah disediakan.

Samuel duduk di sebelah Stevanie sambil menunggunya tenang. Samuel heran dengan Stevanie sekarang ini. Pasalnya ia belum pernah melihat Stevanie menangis seperti saat ini.

"Maafin gue, Sam," lirih Stevanie.

Samuel dapat mendengar suara Stevanie walau hanya lirihan saja. "Untuk?"

"Semuanya." Stevanie memandang Samuel dengan mata yang sembab. "Gue banyak salah, terutama sama lo dan Kanna."

Samuel menatap Stevanie heran. "Kesalahan apa?"

Stevanie menundukan kepalanya. "Gue udah pisahin kalian berdua," jawabnya.

Samuel membuang wajah setelah mendengar jawaban Stevanie. Belum waktunya Stevanie menyesali perbuatannya. Samuel sangka Stevanie akan membicarakan Mahendra.

"Lo cuman mau ngomong itu?" Stevanie mengangguk.

Samuel menghela napas melihatnya, ia kesal. Samuel tidak dapat informasi apapun dari Stevanie.

"Ada hal lagi yang mau gue bicarain," serius Stevanie. "Tentang Papah."

Samuel langsung menoleh ke arah Stevanie ketika mendengar perkataannya. Mendengarnya membuat ia emosi.

"Apa?" jawab Samuel sambil menahan emosi.

Stevanie membalikan badannya menghadap Samuel dengan kepala menunduk. Ia meremas lengannya yang berkeringat.

"Sebenarnya ...," jeda Stevanie. "Bokap nyuruh gue buat deketin lo, dia maksa gue biar bisa dekat sama lo."

Samuel terkejut mendengar penuturan Stevanie. Ia sama sekali tidak paham apa maksud Mahendra sebenarnya. Untuk apa Mahendra memaksa Stevanie agar dekat dengannya?

"Jelasin lebih rinci," pinta Samuel.

"Gue gak tau apa alasan bokap nyuruh gue deketin lo. Dia selalu mantau lo lewat gue. Gue udah gak kuat, Sam." Terdengar nada frustasi dari Stevanie.

Mahendra hanya memperalat Stevanie saja. Samuel sendiri tidak paham dengan segala hal yang direncanakan Mahendra.

Untuk apa Mahendra memantau dirinya lewat Stevanie? Apa sebenarnya yang direncanakan Mahendra? Semua pertanyaan itu memenuhi isi pikiran Samuel.

"Dia juga maksa gue buat misahin lo sama Kanna. Semua yang gue lakuin itu ide dari bokap," lanjut Stevanie.

Stevanie menutupi wajahnya setelah menceritakan semuanya kepada Samuel. Ia sudah tidak tahan lagi berurusan dengan Mahendra. Hidupnya penuh dengan tekanan serta paksaan yang tidak pernah Stevanie inginkan.

TENEBRIS Where stories live. Discover now