BAB 7

440 169 47
                                    

"Hidupku gelap dan redup. Maukah kamu meneranginya?"

***

"Kanna pulang!" seru Kanna sesampainya di rumah.

"Putri Papah udah pulang?"

Kanna mengurungkan niatnya menaiki tangga ketika mendengar suara laki-laki yang ia kenal. Kanna membalikan badannya. Mata Kanna terbelalak ketika matanya menatap pria berusia 40-an tengah duduk bersama Bundanya.

"Papah!" Kanna berlari ke arah Chandra—Papah Kanna.

Chandra langsung sigap memeluk tubuh putri semata wayangnya. Ia merindukan Kannanya. Putri yang sudah lama tidak bertemu hanya sebatas komunikasi saja.

Kanna memeluk tubuh Chandra erat. Papahnya sangat jarang pulang. Papahnya hanya menjadikan rumah tempat istirahat sementara saja, selebihnya kantor dan pekerjaanlah rumah Chandra.

"Kanna kangen banget sama Papah," ucap Kanna.

Chandra mengangguk. Ia mengelus rambut sebahu Kanna. "Sama," balasnya. "Papah lebih kangen Kanna."

Lanna tersenyum menatap Kanna dan Chandra. Ia menghampiri keduanya. Lanna berdehem. "Bunda gak diajak nih?"

Kanna kemudian menarik Lanna untuk berpelukan. Ia kembali merasakan pelukan kedua orang tuanya. Kanna merindukan mereka berdua.

Mereka bertiga saling melepaskan pelukan.

"Papah kapan pulang?" tanya Kanna.

Chandra berekspresi seperti tengah berpikir. "Barusan," jawabnya.

"Kok gak jempuk, K, sih," kesal Kanna.

Chandra menangkup kedua pipi Kanna. "Papah, kan, cape. Masa langsung jemput Kanna."

Kanna mengerucutkan bibirnya. Lantas ia tersenyum. "Kanna seneng deh Papah sama Bunda akhirnya pulang," ucap Kanna.

Lanna dan Chandra tersenyum sendu mendengar penuturan Kanna. Kesibukan pekerjaan membuat keduanya melupakan Kanna. Lanna mengusap bahu Kanna.

"Sekali lagi maafin Bunda sama Papah, ya. Kita berdua janji bakal luangin waktu buat Kanna," ujar Lanna.

Kanna tersenyum tipis. Janji kedua orang tuanya tidak pernah ditepati. Lanna dan Chandra selalu memberikan sebuah janji, namun keduanya juga tidak ada yang menepati janji itu. Dan, Kanna selalu memahlumi kesibukan mereka.

"Oh iya, Bunda udah buatin makanan kesukaan Kanna loh."

"Nasi goreng atau tumis kangkung?" sindir Kanna.

Lanna menghela napas. Kesibukannya membuat dia lupa makanan kesukaan Kanna. Lanna tersenyum tipis. Ia mengusap rambut sebahu Kanna.

"Semua makanan kesukaan Kanna Bunda buatin." Kanna tersenyum lebar.

"Ya udah ayo makan!" seru Kanna.

***

Di lain tempat, Samuel menatap selembar surat yang tidak pernah ia buka isinya. Empat tahun surat itu masih terbungkus rapih. Dan, Samuel tidak pernah mau membuka isinya.

Satu-satunya surat dari orang yang raganya sudah di bawah tanah. Surat yang ditulis oleh orang itu. Surat yang selalu Samuel simpan dalam kotak kecil.

Memori empat tahun lalu sekilas melintas dalam benak Samuel. Samuel memejamkan mata. Berharap momori menyedihkan itu segera pergi. Ia lelah dihantui memori menyedihkan itu.

TENEBRIS Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang