BAB 31

188 32 1
                                    

"Tugasnya sahabat itu ada ketika sahabatnya terpuruk."

***

Samuel menatap sekeliling kamarnya. Teringat dengan kedatangan Tama membuatnya malas melalukan aktivitas pada hari ini.

Dengan gampangnya, Tama meminta maaf. Selama ini ke mana dirinya? Lupakan jika ia masih memiliki seorang putra yang masih hidup.

Samuel tersenyum miring mengingat kalimat penyesalan Tama. Semua sudah terlambat. Nasi sudah menjadi bubur.

Karena kesalahannya, Samuel harus kehilangan Lisa. Dan, Samuel akan selalu membenci pria yang menyandang sebagai Ayah biologisnya.

Perasaan benci itu sudah menutupi hati Samuel. Luka dimasa lalu yang sulit ia obati. Bertahun-tahun Samuel lewati untuk keluar dari zona ini.

Pria itu tidak pernah menganggapnya sebagai seorang putra. Samuel hanyalah pajangan saja. Bukan penerus atau bahkan putra seorang pengusaha besar.

Samuel harus besar tanpa campur tangan Tama. Berbagai usaha ia lakukan agar bisa bertahan hidup. Tama tentunya tidak pernah memperdulikan hidup Samuel

Hidup Tama hanya dipenuhi pekerjaan dan pekerjaan. Seluruh hidupnya diwarnai dengan berkerja.

Dulu, Samuel ingin mengikuti jejak Tama. Samuel kecil ingin menjadi penerus Tama. Namun, Tama hanya ingin Marchel yang menjadi penerusnya. Bukan dia.

Mengingat itu, Samuel tersenyum lirih. Miris sekali jalan hidupnya. Hadirnya tidak pernah diharapkan.

Samuel harus menelan kepahitan hidupnya. Terutama untuk menutupi identitas aslinya. Samuel harus menghapus segala hal yang bersangkutan dengan mereka.

Media tidak akan tahu hidup Samuel. Mereka hanya tahu jika Samuel Dewantara hidup bahagia. Nyatanya semua itu palsu.

"Hidup itu lucu."

***

Kanna melangkahkan kakinya disepanjang koridor dengan perasaan kacau. Besok adalah hari sidang pertama perceraian kedua orang tuanya. Kanna berharap hari esok dihilangkan saja.

Chandra sudah memberitahukan Kanna bahwa ia sudah membelikan unit apartemen untuk Kanna. Bukan senang, Kanna justru menolaknya.

Kanna masih berharap semua ini mimpi. Ia terbangun, dan masih melihat kedua orang tuanya saling melempar cinta. Namun, kenyataannya, ini hanya perandaian.

Chandra dan Lanna lebih memilih berpisah. Kanna harus menerima keputusan keduanya walau berat.

Chandra juga menanyakan keputusan Kanna. Ia kembali mempertanyakan akan ikut dengan siapa nanti Kanna. Kanna hanya diam.

Hati kecilnya tidak ingin memilih keduanya. Kanna jelas tidak ingin memihak siapapun. Kanna beranggapan keduanya sudah menyiksa batinnya.

Terhitung sudah satu minggu ini Kanna kurang tidur. Kedua orang tuanya seolah menekan kehidupan Kanna. Batin Kanna tersiksa.

"KANNA!" teriakan seseorang menghentikan langkah Kanna.

Kanna menoleh, Raya berlari ke arahnya. Tidak seperti biasanya, Kanna hanya diam. Tidak tersenyum atau menyapa dengan ceria Raya.

TENEBRIS Where stories live. Discover now