BAB 16

318 84 22
                                    

"Bahagianya aku sederhana. Kamu ada dan nyata saja sudah membuatku bahagia."

***

Bel pulang sekolah sudah berbunyi. Kanna segera beranjak menuju parkiran. Raya mengerinyit heran melihat Kanna yang terlihat buru-buru.

"Tenang aja kali, K, gerbang gak bakal ditutup kalau mau pulang," cibir Raya.

Kanna menghentikan gerakannya yang akan memasukan buku. Ia menyengir ke arah Raya. "Gue buru-buru banget. Ada hal penting. Bersangkutan dengan jiwa dan perasaan!"

"Apa hubungannya pulang sama perasaan?" Raya bertanya.

"Adain ajalah."

Raya berdecak, "Aneh lo!"

"Ya udah, gue pergi dulu. Baibai Rayaku!" pamit Kanna sambil berlari. Raya bergidik jijik mendengar panggilan Kanna.

Kanna berlari menyusuri koridor dengan perasaan gembira. Kapan lagi Samuel mau berbicara dengannya? Ini merupakan hal langka. Dan, Kanna tidak mau melewatinya.

"Kanna!"

Kanna memberhentikan laju larinya. Ia membalikan badannya ke arah Tristan. Tristan berlari ke arah kanna dengan wajah cool-nya. Seharian ini ia tidak bertemu dengan Kanna karena ada urusan yang penting.

"Mau pulang? Bareng yuk?" ajak Tristan sesampainya di hadapan Kanna.

Kanna kembali teringat dengan ucapan Raya yang mengatakan jika Tristan menyukainya. Hal itu membuat Kanna merasa canggung bertemu dengan Tristan. Ia berencana menjaga jarak dengan Tristan.

Kanna sendiri merasa Tristan tidak pernah memiliki rasa kepadanya. Karena menurutnya, Tristan tidak pernah menyuarakan rasa sukanya. Berbeda dengan lelaki kebanyakan. Hal itulah yang membuat Kanna tidak percaya.

Tristan menatap Kanna binggung. Hari ini Kanna nampak berbeda. Tidak biasanya Kanna diam saja. Tristan mengulurkan tangannya ke arah Kanna. Namun, Kanna tepis.

"Lo kenapa? Masih sakit?" tanya Tristan cemas.

Kanna mengeleng. "Enggak."

"Terus?"

"Gue gak papa."

Tristan mengerinyit mendengar jawaban Kanna. Mana mungkin Kanna baik-baik saja. Jawaban Kanna terdengar begitu cuek dan datar.

"Ada masalah?" tanya Tristan lagi.

Kanna berdecak kesal, "Enggak, gue buru-buru, ada urusan penting." Kanna melanjutkan larinya yang terhenti.

Tristan menatap Kanna dengan pandangan binggung. Kanna seolah menjaga jarak dengannya. Tristan berpikir kesalahan apa yang telah ia buat hingga membuat Kanna marah.

Seseorang berdehem. Tristan menoleh ke arahnya. "Belum ngungkapin apa-apa, tapi doi udah menjauh," sindir Raya.

Tristan berdesis. Raya selalu menganggunya. Entah dengan sindiran atau pertanyaan yang sulit Tristan jawab jika berada di depan Kanna.

Tristan melangkah pergi meninggalkan Raya. Raya tersenyum remeh. Tristan cowok pengecut yang tidak berani mengungkapkan perasaannya.

***

Samuel melangkah keluar kelas. Kanna pasti menunggunya. Adrian mencekal lengan Samuel. Samuel menatap binggung ke arah Adrian.

"Mau ke mana lo?" tanya Adrian.

"Pulang," jawab Samuel.

TENEBRIS Où les histoires vivent. Découvrez maintenant