BAB 4

509 203 77
                                    

"Masa lalu hanya bagian dari kehidupan kita yang dulu, biarkan semuanya mengalir seperti air."

***

Sesampainya di rumah, Kanna langsung menghempaskan tubuhnya ke kasur. Hari ini rasanya cukup panjang. Kanna mendesah lelah.

Kanna melirik jam dinding. Ia lalu beranjak untuk membersihkan diri. Setelah lima belas menit, Kanna selesai membersihkan diri.

Rumahnya sepi, orang tuanya tidak ada di rumah. Mereka sibuk bekerja. Tanpa memperdulikan apakah Kanna kesepian atau tidak.

Kanna sendiri lambat laun mulai mengerti kesibukan orang tuanya. Ia sudah terbiasa. Walau kedua orang tuanya jarang berada di rumah, mereka selalu menanyakan kabar Kanna.

Kanna menuruni tangga. Hari ini ia memutuskan memasak untuk makan malam nanti. Kanna memang sudah terlatih. Ia pandai memasak sejak kecil.

Kanna membuka lemari pendingin. Ia memperhatikan bahan-bahan masakan. Kanna berdecak. Bahan-bahan di dapur sudah habis. Terpaksa Kanna harus keluar, membeli bahan masakan.

***

Di lain tempat, Samuel berdecak kesal karena makanan di dalam lemari pendingin sudah habis. Tanpa sisa. Ia lupa memeriksanya kembali.

Samuel segera mengambil kunci motornya. Tidak lupa hoodie yang selalu ia pakai jika berpergian.

Samuel mengendarai motor di atas rata-rata. Sesekali ia menyalip pengendara lain. Samuel sudah lihai dalam berkendara. Tidak perlu cemas jika ada polisi yang menilangnya, karena ia sendiri sudah memiliki SIM.

Sesampainya di parkiran supermarket, Samuel langsung masuk ke dalam. Ia tidak memperdulikan tatapan kagum kasir yang tengah berjaga. Seperti biasa, Samuel akan bersikap acuh.

Samuel segera mencari bahan makanan yang ia butuhkan. Manik matanya berhasil menemukan apa yang ia cari. Namun, tangan lain berhasil mengapainya duluan.

Samuel menoleh ke arah tangannya mengambilnya. Lalu, kemudian ia berdecak. Dia lagi!

"Kak Uel!"

Samuel meneruskan pencariannya. Ia tidak memperdulikan Kanna yang sejak tadi memanggil namanya. Samuel mendengus kesal. Kenapa harus bertemu Kanna di sini? Apa tidak ada lagi supermarket di daerah sini? Kenapa juga harus Kanna yang bertemu dengannya?

"Kak Uel cari apa?" tanya Kanna.

Samuel menulikan telinganya. "Biar Kanna bantu, ya?" pinta Kanna.

"Gak usah," tolak Samuel.

"Ih, gak papa, Kanna iklas kok." Samuel memberhentikan langkahnya. Diikuti Kanna. Ia menoleh ke arah Kanna dengan tatapan tajam andalannya. "Budeg!"

Kanna mengerjapkan matanya. Samuel lalu melanjutkan langkahnya yang terhenti. Kanna terus bercelotoh, namun Samuel sama sekali tidak mendengarnya. Ia lebih fokus memilih bahan masakan, daripada mendengarkan Kanna.

"Kak Uel sadar, gak? Kayaknya kita jodoh, deh," cerocos Kanna.

Samuel menghembuskan napasnya. Ia berusaha sabar menanggapi ucapan Kanna.

TENEBRIS Opowieści tętniące życiem. Odkryj je teraz