BAB 2

734 270 163
                                    

"Mengejar seseorang yang tidak ingin dikejar."

***

Kanna terus-menerus mengirim pesan kepada Samuel lewat akun fake miliknya. Ia sudah membuat lima puluh akun fake demi mengirim pesan kepada Samuel. Akun aslinya tidak pernah Samuel terima. Alhasil, Kanna membuat lima puluh akun fake.

Tapi, dari lima puluh akun fake yang Kanna punya, tidak ada satupun akun Kanna yang dibalas oleh Samuel. Ia juga membeli ponsel lagi hanya demi mengirim chat kepada Samuel. Tapi, tidak ada satupun chat Kanna yang dibalas oleh Samuel.

"Ish!"

Raya berdecak dengan tingkah sahabatnya ini. "Udah sih, sayang banget tuh kuota dipake sia-sia."

"Gak ada yang sia-sia kalau demi Kak Uel," balas Kanna sambil menganggkat tangan kanannya yang dikepal.

Raya tidak habis pikir, mengapa ia memiliki teman sebodoh Kanna?

"Gue mau nyari Kak Uel dulu, ah."

Raya berdecak kesal, "Dia gak pernah nyariin lo kali, ngapain dicariin," ketus Raya.

Kanna menyaut, "Kak Uel itu kayak harta karun, pas hilang dicariin."

Raya memutar bola matanya. Kanna selalu saja bodoh. Ia tidak pernah berhenti mengejar-ngejar Samuel. Sudah berulang kali Raya mengatakan hal-hal yang menyakitkan kepada Kanna, namun Kanna tetap saja bertahan dengan perasaannya.

Kanna langsung pergi mencari keberadaan Samuel. Ia menyusuri koridor. Tidak memperdulikan tatapan sinis orang-orang sekitar. Kanna bersikap bodo amat.

Mata Kanna berbinar ketika melihat Adrian, sahabat sekaligus teman sekelas dan sebangku Samuel. Tanpa berpikir panjang kaki pendek Kanna segera berjalan ke arah cowok bongsor yang tengah duduk di bangku koridor. Entah sedang melakukan apa.

"Hay, Kak Rian," sapa Kanna riang.

Adrian segera menghentikan aktivitasnya. Ia menoleh kaget ke arah Kanna. Adrian mengelus dadanya.

"Ada apa?" tanya Adrian.

Senyum Kanna semakin melebar. "Liat Kak Uel aku gak?" tanya Kanna antusias.

Adrian berdecak. Ia sering sekali diperlakukan seperti itu oleh para pengemar Samuel. Seolah dirinya pengantar pesan-pesan dari pengemar Samuel.

"Enggak!" ketusnya.

Kanna mengembungkan pipinya. "Masa gak tau?"

Adrian menjambak rambutnya gemas. "Udah lebih dari sepuluh orang nanya keberadaan Samuel! Dan, gue gak tau di mana tuh bocah!" teriak kesal Adrian.

Kanna mengerjap kaget. "Aku, kan, cuman nanya," balas Kanna pelan.

"Cari aja sono! Gue sama sekali gak tau dimana Samuel."

Kanna menghentak-hentakan kakinya kesal. Bukannya mendapatkan jawaban yang pasti, Kanna justru mendapatkan semprot dari Adrian.

"Pantes aja muka Kak Adrian jelek, gak ada cakep-cakepnya!" Kanna segera berlari tanpa mendengar balasan Adrian.

TENEBRIS Where stories live. Discover now