BAB 12

359 121 25
                                    

"Tenang, aku ikut bahagia kalau kamu juga bahagia, walau bahagia kamu sama dia."

***

"K, makan dulu, ya."

Kanna mengeleng, ia menutup mulutnya. "Enggak mau."

Tristan menghela napas. Sejak tadi Kanna terus menolak untuk makan. Berkali-kali ia membujuk Kanna, namun Kanna selalu menolak.

Tristan meletakan mangkuk berisi bubur. Ia duduk di brankar. "Nanti lo tambah sakit, K."

Kanna berdecak, "Tapi, gue mual makannya," balas Kanna.

Kanna mengerucutkan bibirnya. Tristan berdecak, "Ya udah, makan buah aja."

Kali ini Kanna mengangguk. Tristan mengacak rambutnya. Tangan Tristan kemudia mengambil buah yang berada di atas nakas. Ia mengupas buah jeruk.

"Nih."

"Gak disuapin?"

"Manja," cibir Tristan.

Tristan menyodorkan jeruk ke arah mulut Kanna. Kanna tersenyum senang. Setidaknya ada seseorang yang selalu ada untuknya.

"Makasih banyak ya, Tris," ucap Kanna tulus.

Tristan menoleh. "Untuk?"

"Semuanya," jawab Kanna. "Cuman lo satu-satunya sahabat yang paling gue sayang."

Nyeri rasanya ketika Kanna menyebut kata 'Sahabat'. Tristan tahu, perasaannya kepada Kanna akan terhalang oleh hubungan persahabatan mereka. Tristan tahu, Kanna tidak akan membalas perasaannya.

"Tris?" panggil Kanna.

Tristan tersentak. "Ah? Iya, lo butuh sesuatu?"

"Gue boleh nanya?"

Tristan mengangguk. "Boleh."

Kanna menatap Tristan serius. "Lo ... pernah suka sama seseorang?"

Iya, dan orang yang gue suka itu elo-batin Tristan. "Pernah," jawab Tristan.

Kanna manggut-manggut. "Siapa? Kok lo gak pernah cerita sama gue?" tanya Kanna penasaran.

"Ada deh."

Kanna berdecak, "Oh, pasti cewek yang satu eskul sama lo itu, ya?" tanya Kanna penuh selidik.

"Dia itu temen gue. Gak usah ngaco deh," ketus Tristan.

Kanna terkekeh, "Ya, siapa tau friendzone."

Tristan sempat tertegun. Kanna seolah menyindir dirinya. Ia menundukan kepalanya.

"Nih, ya, gue kasih petuah." Kanna membenarkan posisi duduknya. "Kalau lo suka sama cewek, kejar cewek itu. Perjuangin dia. Dan, jangan pernah nyakitin perasaannya. Jangan pernah ninggalin disaat dia udah bener-bener sayang sama lo."

Tristan terkekeh. Kanna memberikan dia petuah seolah-olah dia pernah merasakan yang namanya patah hati karena ditinggal. Padahal, dekat dengan cowokpun Kanna tidak pernah. Kecuali Tristan sendiri.

"Kok malah ketawa?" tanya Kanna kesal.

"Lucu aja," jawab Tristan.

"Apanya yang lucu?"

"Elo."

Kanna berdecak, "Gue emang lucu, gak usah heran," ucap Kanna percaya diri.

Tristan mencubit kedua pipi Kanna. "Gemes banget sih gue sama lo. Bisa-bisanya Tante Lanna ngelahirin anak segemes lo."

TENEBRIS Where stories live. Discover now