BAB 34

179 30 1
                                    

"Cahaya dibalik gelap itu kamu."

***

Tara dan Samuel tengah duduk saling diam, mereka berdua memilih bungkam satu sama lain. Tidak ada yang membuka suara sama sekali.

Helaan napas terdengar dari bibir Tara. Berhadapan dengan Samuel membuatnya mati kutu. Samuel kini berbeda dengan Samuel yang dulu.

Mata Tara memperhatikan arsitekstur bangunan yang tengah ia dan Samuel tempati. Bangunan khas zaman 90-an.

"Anda sering ke sana?" Pertanyaan Samuel mengalihkan perhatian Tara.

Tara menoleh ke arah Samuel. Mengerti akan pertanyaan yang Samuel anjurkan. Tara mengangguk sekilas. "Sebulan sekali Papah sering ke makan Mamah kamu."

Samuel mendengus geli. "Saya kira anda sudah melupakannya."

Tara menundukkan kepalanya mendengar penuturan Samuel. Hatinya merasa perih mendengar ucapan formal yang Samuel tunjukan padanya.

"Uel, bisakah kita berbicara layaknya Ayah dengan seorang anak?" Samuel mengeleng. "Anak anda bukan saya," tegas Samuel.

Tara menghela napas. "Kapan kamu mau memaafkan Papah?" Samuel mengedikan bahu. "Mereka juga merasa bersalah, termasuk Marchel," lanjutnya.

Samuel menatap dingin Tara. Tidak merasa terpengaruh dengan perkataan Tara sama sekali. Baginya, ucapan yang Tara lontarkan hanyalah omong kosong.

Samuel tersenyum sinis. "Merasa bersalah setelah empat tahun? Ke mana aja kalian selama ini?" Tara menundukan kepala ketika mendengar ucapan menohok Samuel.

"Saya kesepian, batin saya tersiksa, dan kalian sama sekali tidak memperdulikan itu sama sekali!" Samuel menghembuskan napas kasar. "Apa anda tidak pernah berpikir sedikitpun, bahwa saya sangat tersiksa?"

Tara meneteskan air matanya. Rasa penyesalan itu kian melebar mendengar segala penderitaan Samuel selama ini. Ayah macam apa dirinya?

"Papah—"

"Saya pamit." Samuel berdiri tanpa mau mendengar ucapan Tara.

Melihat Samuel pergi, Tara segera berdiri untuk mengejarnya.

"Samuel!" panggilnya sedikit berteriak. "Kembali ke rumah, atau gadis itu akan mendapatkan masalah?"

Langkah Samuel terhenti mendengar ucapan Tara. Ia segera membalikan badannya mengarah kepada Tara. Tangannya terkepal erat.

Samuel tahu siapa yang dimaksud Tara.

***

Suasana malam diguyur hujan lebat. Gemuruh dilangit saling membalas. Kilatan begitu jelas terlihat. Namun, Kanna tidak mencemaskannya sama sekali.

Sejaktadi Kanna tidak henti-hentinya tersenyum sambil bersenandung. Hari ini ia sangat bahagia, akhirnya Samuel mau menerima cintanya.

Kanna menghempaskan dirinya ke kize size, sembari memegang ponsel yang menampilkan foto Samuel. Kanna terus menciumi layar ponsel.

"Kak Uel." Kanna mengubah posisi tidurnya. "Ternyata kita senasib, sama-sama terluka."

Ponsel Kanna bergetar, menampilkan nama Samuel pada layar utama. Kanna segera mengeser tombol hijau dan bangkit dari posisi tidurnya menjadi duduk.

"Halo?" Masih belum ada sautan dari Samuel. "Kak Uel?"

"Kanna?"

TENEBRIS Where stories live. Discover now