BAB 38

147 24 1
                                    

"Kebenaran akan selalu ada."

***

"Permisi." Kanna mengetuk pintu ruang kepala sekolah.

"Masuk, Kanna." Kanna membuka pintu bercat putih itu.

Hal yang pertama ia lihat ialah Lanna, Bundanya. Kanna mengerutkan alisnya binggung. Kemudian pandangan matanya mengarah pada kepala sekolah.

"Begini—"

"Bunda kok tumben ke sini?" Kanna memotong ucapan kepala sekolah terlebih dulu.

Lanna tersenyum tipis. "Bunda pengen aja liat sekolah kamu," jawab Lanna.

Lanna kemudian berdiri, ia berjalan menghampiri Kanna. Pandangan Kanna mengarah pada pakaian Lanna. Alisnya mengerut.

"Bunda baru pulang dari pengadilan?" Pertanyaan Kanna membuat Lanna menghentikan langkahnya.

Lanna mengangguk. "Kita ngomong di luar aja." Lanna kemudian menarik tangan Kanna.

Keduanya kini sudah berada di taman belakang sekolah. Kebetulan bel pergantian pelajaran sudah berdering sejak tadi. Kanna sudah meminta Raya untuk memberitahukan kepada guru mata pelajaran bahwa ia izin.

Baik Kanna ataupun Lanna sama sekali tidak ada yang membuka suara. Keduanya memilih bungkam. Kanna sibuk bertanya perihal keputusan pengadilan, sedangkan Lanna sibuk merangkai kalimat yang pas untuk berbicara dengan Kanna.

Lanna berdehem. "Kanna?" panggilnya.

Kanna menoleh. "Ada yang mau Bunda omongin."

"Soal apa?"

"Begini," jedanya. "Perceraian ditunda terlebih dulu. Bunda sudah bilang kepada Papah kamu bahwa Bunda masih ingin bersama demi Kanna. Bunda gak mau lukain perasaan Kanna demi keegoisan kita sendiri."

Kanna mendengar penjelasan Lanna dengan seksama. Kanna tidak memotongnya sama sekali. Kanna menghela napas.

"Kanna gak masalah kok kalian mau pisah," balas Kanna.

Dahi Lanna mengerinyit. "Maksud kamu?"

Kanna menarik napasnya dalam-dalam. "Jangan jadikan Kanna alasan kalian tetap bersama. Kanna gak mau, memaksakan kalian tetap bersama sedangkan diantara Bunda sama Papah sama sekali gak ada cinta."

Lanna menundukan pandangannya. Hatinya seakan tertohok mendengar ucapan Kanna. Tidak terlintas dalam pikiran Lanna bahwa Kanna akan mengucapkan hal tersebut.

Hubungannya dengan Chandra sudah diujung perpisahan, namun ia terlambat memperbaiki hubungan tersebut karena sebuah keegoisan demi pekerjaan.

Lanna merasa gagal menjadi seorang Ibu. Banyak hal yang telah ia tidak ketahui tentang Kanna. Ke mana saja ia selama ini?

Lanna kembali menatap Kanna, diraihnya tangan Kanna. "Bunda sayang Kanna, Bunda gak mau lukain perasaan Kanna."

"Bunda lakuin ini demi ngejaga perasaan aku? Aku gak papah kok." Kanna berusaha menahan air matanya. "Bunda sama Papah bisa pisah, jangan perduliin perasaan aku. Kalian berhak bahagia dengan pilihan masing-masing."

"Kanna." Lanna meneteskan air matanya mendengar ucapan Kanna.

Kanna mengusap air mata Lanna. "Kalian berdua tetap jadi orangtua Kanna yang paling terbaik!" Kanna berusaha tersenyum.

Lanna menyium punggung lengan Kanna. "Bunda sayang Kanna," ucap Lanna tulus. "Maaf Bunda belum bisa menjadi Ibu yang baik untuk Kanna."

Kanna mengeleng. "Bunda yang terbaik." Lanna kemudian menarik tubuh Kanna dalam pelukannya.

TENEBRIS Where stories live. Discover now