BAB 35

179 26 1
                                    

"Sekarang kita asing ya, enggak sedekat dulu."

***

Kanna sudah bersiap dengan seragam sekolahnya. Setelah dirasa cukup, Kanna keluar kamar. Hal pertama yang ia lihat ketika menginjak anak tangga yang terakhir adalah sosok wanita berusia 40-an yang tengah tersenyum lembut.

Lanna, wanita itu merupakan Bunda Kanna. Ia merentangkan tangannya agar Kanna memeluk dirinya. Kanna hanya diam saja.

Senyum Lanna seketika luntur melihat reaksi Kanna.

"Kanna?" panggilnya. "Kemari, Nak."

Kanna mengeleng pelan. "Bunda kapan pulang?"

Lanna menghela napas. "Tadi malam," jawabnya. "Kamu gak mau peluk Bunda?"

Mata Kanna memanas, ia rindu dengan Bundanya. Sangat merindukan sosok wanita di hadapannya kini. Namun, Kanna terlanjur kecewa terhadap Lanna.

Lanna yang melihat Kanna hanya diam, memilih menghampiri Kanna terlebih dulu. Rasanya, sudah bertahun-tahun lamanya ia pergi meninggalkan Kanna seorang diri.

"Kanna," panggil Lanna sesampainya di hadapan Kanna. "Ikut Bunda, ya," pintanya.

Kanna mengeleng pelan. "Kenapa?" tanya Kanna. "Kenapa Kanna harus ikut Bunda?" lanjutnya.

Lanna tertegun melihat mata berkaca-kaca Kanna. Disentuhnya pundak Kanna, namun Kanna justru memundurkan langkahnya.

"Ke mana aja Bunda selama ini?" Kanna berkata dengan suara bergetar. "Bunda ninggalin Kanna dan sekarang Bunda minta Kanna buat ikut Bunda?" Kanna menatap tidak percaya Lanna.

Lanna berusaha mengapai lengan Kanna. Namun, Kanna kembali menghindar. "Bunda tahu, Kanna pasti kecewa. Bunda cuman ingin Kanna ikut dengan Bunda," pintanya dengan lirih.

"Enggak," selanya. "Kanna gak mau ikut Bunda!" tolak Kanna.

Lanna menghela napas. "Kanna sayang, Bunda akan memastikan kebahagiaan kamu di sana."

Tanpa terasa, air mata Kanna menetes tanpa dipinta. "Kanna lebih bahagia di sini. Dan," jedanya. "Tolong jangan paksa aku buat memilih. Biar aku jalani kehidupan aku sendiri. Aku udah terbiasa tanpa kalian."

Mendengar ucapan Kanna, hati Lanna teriris. Tidak menyangka akan apa yang diucapkan Kanna. Kedua mata Lanna berkaca-kaca.

Dengan rasa sesal, Lanna berujar, "Maafin Bunda, maaf sudah membuat kamu terluka."

Kanna memalingkan wajahnya. Melihat Lanna menangis membuatnya merasa bersalah. Namun, hatinya terluka akan keputusan yang dibuat kedua orang tuanya.

"Bunda tahu keputusan yang diambil ini salah, tapi ...," jeda Lanna. "Kanna harus memahaminya."

Kanna langsung menatap Lanna. "Kenapa harus Kanna yang memahani kalian! Kenapa di sini Kanna yang harus mengalah! Kalian sama sekali enggak paham apa yang Kanna inginkan!" marah Kanna.

Kanna menangis setelah mengatakan hal tersebut. Sedangkan Lanna, perasaan bersalah itu kian menumpuk. Ia sudah banyak melukai perasaan Kanna.

"Baiklah, sekarang keputusan ada di tangan kamu. Bunda cuman ingin yang terbaik buat Kanna. Bunda gak tau, apa selama ini Bunda sudah menjadi sosok Ibu yang baik untuk Kanna?"

Lanna mengusap pipinya yang berair. "Bunda sayang Kanna," lanjutnya dengan nada tulus.

Setelah mengatakan itu, Lanna membalikan badannya untuk pergi. Ada harapan dalam hatinya bahwa Kanna akan menahan dirinya. Namun, sampai langkah ke tiga Kanna belum juga mengatakan apa-apa.

TENEBRIS Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang